TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Dua langkah lagi…Ya, two steps forward… Jika mampu mengatasi An Se Young [Korsel] di semifinal dan menang di final [melawan He Bing Jiao atau Carolina Marin], Gregoria Mariska Tunjung akan menjadi pebulutangkis ke-14 atau pebulutangkis putri Indonesia keempat yang meraih medali emas di Olimpiade.
Tapi, pertanyaannya, mampukah Gregoria menorehkan namanya bersama Susi Susanti, Apriani Rahayu/Gresia Polii, sebagai peraih medali emas di Olimpiade?
Bagi gadis kelahiran Wonogiri, medali emas, nampaknya, jadi target utamanya. Dia akan ngotot. Pasalnya, selain bisa menjadi hadiah HUT Kemerdekaan Indonesia, juga hadiah terindah bagi dirinya. Dia akan berulangtahun ke-25 pada 11 Agustus 2024. Dia lahir 11 Agustus 1999. “Saya akan melakukan semua yang saya bisa,” tutur juara Jepang Master 2023 itu.
DAFTAR PERAIH MEDALI EMAS BULUTANGKIS DI OLIMPIADE
Atlet | Nomor | Tempat | |
1992 | Alan Budikusuma | Tunggal Putra | Barcelona |
Susi Susanti | Tunggal Putri | Barcelona | |
1996 | Richard Mainaky/Ricky Subagja | Ganda Putra | Atlanta |
2000 | Tony Gunawan/Candra Wijaya | Ganda Putra | Sydney |
2004 | Taufik Hidayat | Tunggal Putra | Athena |
2008 | Markus Kido/Hendra Setiawan | Ganda Putra | Beijing |
2016 | Tantowy Ahmad/Liuyana Natsir | Ganda Campuran | Rio |
2020 | G Polii/A.Rahayu | Ganda Putri | Tokyo |
BACA JUGA: Gregoria Mariska Tuntaskan Dendam Dan Ke Semifinal Olimpiade Paris
Untuk menggapai itu, jelas, bukan jalan ringan buat Gregoria. Di semifinal dia akan menghadapi pemain nomor satu dunia asal Korsel, An Se Young yang menyingkirkan pemain Jepang, Akane Yamaguchi. Skor dari tujuh pertemuan antara Gregoria dan tunggal putri asal Korea Selatan tersebut 0-7.
Tapi, melihat hasil melawan Intanon Ratchanok, rekor pertemuan antar mereka tidak banyak berpengaruh. Justru itu bisa menjadi bumerang bagi An Se Yong dan keuntungan bagi Gregoria. Lantaran, rekor kemenangan itu, bisa membuat An tampil overconfidence. Sebaliknya, bagi Gregoria, rekor itu membuatnya tampil lebih spartan.
Melihat penampilan melawan Intanon di perempat final, putri pasangan suami-isteri Gregorius Maryanto–Fransiska Romana, mulai terlihat mampu membaca permainan lawan. Gregoria pun mulai mampu menguasai diri saat tertekan maupun unggul.
Kesuksesan unggul setelah tertinggal dalam rally-point [deuce] di set akhir –baik melawan Kim Ga Eun (Korsel) di 16 besar dan Intanon di perempat final—adalah bukti itu semua. Dia mampu menjaga ketenangan dan berbalik mendominasi permainan.
BACA JUGA: Tradisi Emas di Olimpiade Jangan Jadi Racun Bagi Gregoria – LIVE
“Kita harapkan bisa satu emas dari Gregoria. Tradisi emas sempat lewat pada 2012, tapi 2016 dan 2020 kita dapat,” ujar Ketua Umum Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Agung Firman Sampurna.
Kini, yang paling dihaapkan, kita semua jangan membuat Gregoria tertekan oleh slogan mempertahankan tradisi emas Olimpiade itu. Gregoria harus tampil lepas. Tanpa beban. Biarlah Gregoria berjuang dengan tekad dan caranya sendiri.