TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Sepak bola Indonesia melahirkan ‘lagu wajib’ baru? Ya, dan Anda mungkin bertanya: Lagu apa atau apa judulnya? Jika Anda rajin menyaksikan pertandingan tim sepak bola Indonesia, Anda pasti menemukan jawabannya.
Kini, setiap kali usai berlaga di Tanah Air, pemain dan ofisial Timnas Indonesia berdiri melingkar, mengikuti lingkaran putih di bagian tengah lapangan. Mereka berdiri menghadap penonton. Penonton berdiri. Dan, selang berapa lama, terdengar:
Tanah Airku, tidak kulupakan,
Kan terkenang, selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh,
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanahku yang kucintai
Engkau, kuhargai
Walaupun banyak negeri kujalani,
Yang mahsyur permai dikata orang,
Tetapi kampung dan rumahku,
Di sanalah ku merasa senang
Tanahku tak kulupakan,
Engkau kubanggakan.
Itu adalah lirik lagu Tanah Air, yang diciptakan Ibu Soed pada 1927. Lagu itu, kini, disadari atau tidak, seperti ‘lagu wajib’ sepak bola Indonesia. Dinyanyikan usai berlaga di event besar di Tanah Air.
- BACA JUGA: Menakar Peluang Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026
- Baca Juga: Indonesia Hadapi Arab Saudi, Australia, Jepang, di Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026
Lagu Tanah Airku, kini, seperti ‘menggeser’ populeritas Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan di dalam stadion. Usai berlaga, lagu itu, kini mulai gandrung dinyanyikan oleh para pemain, bersama ofisial tim, berdiri di lingkaran tengah lapangan hijau. Dan didukung para penonton dari tribune stadion. “Bulu kudug berdiri…” ujar satu pendukung tim nasional Indonesia usai menang dari Filipina.
Bahkan, saat lagu akan dilantumkan, semua penonton pun ikut berdiri tegap dan menyanyikannya bersama seperti saat mengumandangkan lagu Indonesia Raya sebelum laga. “…Tanahku yang kucintai… Engkau, kuhargai.”
‘Lagu kebangsaan’ itu, kini, merasuk ke jiwa penonton, pemain bahkan menggilas populeritas Anang Hermansyah-Arsanty. Duet itu ‘diganyang’ saat mencoba untuk menyela kebiasaan baru itu. Anang-Arsanty harus rela: Mundur teratur dan pulang dari Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Seperti sebuah kutipan, begitulah rasa ketika menyanyikan lagu Tanah Air bersama di dalam stadion. “Dipercaya ketika mendengar lagu kebangsaan negara asalnya, masyarakat akan bereaksi dengan perasaan bangga dan patriotisme dan lagu tersebut memiliki kekuatan untuk menyatukan orang-orang dalam asosiasi serupa.”
Ibu Soed, bisa jadi, tak pernah membayangkan, lagunya kini kembali populer melalui sepak bola Indonesia. Tanah Airku lagu nasional Indonesia yang diciptakan oleh Ibu Soed pada tahun 1927 –dan dinyanyikan oleh Rita Effendy– terinspirasi terhadap para pahlawan yang menimba ilmu di Belanda dan Jerman.
Sepulangnya mereka dari sana mereka mengaplikasi ilmunya untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Seperti yang terkandung dalam lagu ini, syairnya, menceritakan seorang WNI yang mengembara ke berbagai negara, tetapi tetap kembali ke Indonesia untuk kemajuan tanah air tercinta.
Ibu Soed nama aslinya Saridjah Niung. Dia lahir 26 Maret 1908 dan wafat 26 Mei 1993. Dia adalah seorang pemusik, guru musik, pencipta lagu anak-anak, penyiar radio, dramawan dan seniman batik Indonesia. Lagu-lagu yang diciptakan Ibu Soed sangat terkenal di kalangan pendidikan Taman Kanak-kanak Indonesia.
Tepat tanggal 28 Oktober 1928, Ibu Sud bersama aktifis gerakan mendeklarasikan Sumpah Pemuda. Ibu Sud yang dikenal sebagai pionir pencipta lagu serta pandai bermain biola bertugas sebagai protokol acara.
Dalam catatan sejarah Ibu Soed telah mendapatkan penghargaan Museum Rekor Indonesia. Sebab produktif menciptakan 480 lagu. Mulai dari Burung Kutilang, Naik Delman, Kupu-Kupu, Naik-Naik ke Puncak Gunung, Desaku, Hai Becak, Berkibarlah Benderaku, Bendera Merah Putih termasuk Tanah Airku.
Lagu itu, kini, sepert menggambarkan ‘kisah’ para anak bangsa, yang akhirnya menegaskan kebangsaannya –Thom Haye, Sandy Walsh, Jay Idzes, Shanye Pattynama, Ragnar Oratmangoen, Justin Hubner, Ivar Jenner, Rafael Struick, Jordi Amat, Nathan Tjoe A On, Calvin Verdonk– usai mengembara di negeri Kincir Angin, Belanda bersama orang tua mereka, yang memiliki ‘trah Merah-Putih’ di darah mereka. Termasuk untuk Marselino Ferdinan, Pratama Arhan, Asnawi Mangkualam, yang rela kembali dari Belgia, Korea Selatan ketika Merah-Putih memanggil.
“Dan, tahukah Anda, bisa memakai bintang dan garis, saat Anda melangkah di salah satu blok atau, Anda tahu, saat Anda turun dari pesawat terbang atau saat Anda mendengar lagu kebangsaan diputar, Anda tahu, itu salah satu dari perasaan terbesar di dunia karena Anda tahu ada orang-orang di rumah yang mendukung dan memperhatikan Anda,” kata Michael Phelps, mantan perenang kompetitif Amerika dan atlet Olimpiade paling sukses dan paling berprestasi sepanjang masa.
Semoga, semangat cinta Merah-Putih di lagu Tanah Airku menginspirasi dan membangun semangat dan pantang menyerah Timnas Indonesia di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, September 2024 – Juni 2025.
Di sanalah ku merasa senang
Tanahku tak kulupakan,
Engkau kubanggakan.