Jumat, 22 November 2024

Sejak Kapan Indonesia Mengenal Mudik Lebaran? Ini Sejarah dan Manfaat Ekonomi Mudik

Pada pekan akhir Ramadhan jelang Lebaran Idul Fitri pembicaraan kita tidak jauh-jauh dari mudik, sebenarnya mulai kapan ada mudik Lebaran di Indonesia?

Hot News

TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Pada pekan akhir Ramadhan jelang Lebaran Idul Fitri pembicaraan kita tidak jauh-jauh dari mudik, sebenarnya bagaimana sejarah mudik Lebaran di Indonesia?

Mudik menggambarkan kegiatan seseorang pulang ke tanah kelahiran, lebih khusus lagi pulang untuk merayakan momen Lebaran Idul Fitri bersama orang tua dan sanak saudara.

Baca juga: Cuti Bersama Lebaran Idul Fitri 1443 H Berapa Hari? Ini Aturan Mudik Lebaran biar Aman  

Salah satu versi menyebutkan bahwa mudik berasal dari Bahasa Melayu, yaitu “udik” yang artinya hulu atau ujung.

Kata udik menggambarkan kegiatan masyarakat Melayu yang tinggal di pinggir sungai dan sering bepergian ke hilir sungai menggunakan perahu atau biduk.

Setelah selesai urusannya, maka kembali pulang ke hulu pada sore harinya.

Baca juga: Uji Coba Ganjil Genap di Tol Mudik Lebaran 2022: Pelanggar Kena Tilang Gak Ya?

“Konteksnya pergi ke muara dan kemudian pulang kampung. Saat orang mulai merantau karena ada pertumbuhan di kota, kata mudik mulai dikenal dan dipertahankan hingga sekarang saat mereka kembali ke kampungnya,”kata Antropolog UGM Prof Heddy Shri Ahimsa-Putra.

Dari sejarah mudik Lebaran mulai dikenal luas di era 1970-an, setelah orde baru melakukan pembangunan pusat pertumbuhan di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan.

Imbasnya adalah warga desa melakukan urbanisasi pindah ke kota untuk menetap dan mencari pekerjaan.

Baca juga: MUDIK LEBARAN 2022: Uji Coba Ganjil Genap di Jalan Tol Mulai Hari Ini

Para pekerja kota yang berasal dari desa ini sebenarnya terbiasa hidup dekat dengan kerabat, karena itulah mereka menunggu libur panjang untuk bisa berkumpul kembali dengan keluarga.

“Mereka kangen keluarga dan menunggu libur yang panjang agar bisa berkumpul. Di Indonesia, libur panjang biasanya pada saat Idul Fitri karena mayoritas penduduknya muslim,” ujar dia.

“Berbeda di Amerika dan Eropa, warganya banyak pulang kampung saat perayaan thanksgiving atau perayaan natal,” paparnya.

Budayawan Mohamad Sobari juga mendukung analisis ini.

Baca juga: Kapan Bayar Zakat Fitrah? Ini Waktu-waktu yang Dianjurkan     

Menurut dia tradisi mudik Lebaran Idul Fitri di Indonesia mulai terjadi saat proses urbanisasi memuncak sebagai konsekuensi pembangunan di kota-kota besar pada zaman orde baru.

Pada era tahun 70-an muncul pusat-pusat industrialisasi baru di kota-kota besar Indonesia sebagai konsekuensi masuknya modal-modal asing.

Sejak saat itu kota-kota besar menjadi menarik bagi masyarakat pedesaan karena menjanjikan kehidupan ekonomi yang lebih baik.

“Sejak saat itu ada gelombang urbanisasi. Hingga mudik lebaran menjadi fenomena sosiologis yang penting dan dialami oleh banyak sekali warga Indonesia,” ujar dia.

Baca juga: Ini 4 Penyakit yang Mengintai Saat Lebaran, Jangan Berlebihan Makan Lemak dan Manis

Tradisi mudik, menurut Sobari sangat positif, karena bisa menjadi mekanisme alamiah untuk mendistribusikan kesejahteraan yang ada di kota ke wilayah pedesaan.

Sepanjang jalan yang dilalui, para pemudik biasanya membelanjakan uangnya untuk berbagai kebutuhan seperti makan, oleh-oleh atau keperluan lain.

“Ini membantu pemerintah untuk mendistribusikan kesejahteraan, jadi tidak hanya terpusat di kota-kota besar. Tapi juga ke wilayah pinggiran,” ujarnya.

Mudik menggerakkan ekonomi

Mudik Lebaran menurut Sobari juga perlu didorong menjadi momentum untuk membangkitkan perekonomian desa.

Misalnya dengan menggunakan uang yang dibelanjakan untuk keperluan mudik menjadi lebih produktif, misalnya pengembangan peternakan atau pertanian.

Mudik Lebaran memang bisa saja diperluas maknanya bukan sekadar momentum kultural dan religius semata, namun bisa memperbesar dampak ekonomi bagi masyarakat pedesaan.

Baca jugaCuti Bersama Lebaran Ditetapkan 4 Hari, Tidak Kurangi Cuti Tahunan ASN 2022, Asyik

Bayangkan saja, untuk sementara waktu perputaran uang berpindah dari kota-kota besar ke pelosok-pelosok daerah.

Bank Indonesia menambah alokasi uang tunai layak edar sebesar Rp27,4 triliun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama Ramadhan dan Idul Fitri 2022.

Total uang yang telah disiapkan bank sentral menjadi Rp202,7 triliun untuk penuhi kebutuhan masyarakat hingga lebaran tahun ini.

Baca juga: Polisi Hentikan Contraflow di Km 47—Km 70 Jalan Tol Jakarta—Cikampek

BAZNAS, Lembaga Amil Zakat Nasional pernah memperkirakan pemudik akan membelanjakan dana kepada usaha kecil menengah (UKM) untuk berbagai kebutuhan mudik dan lebaran senilai Rp 60,12 triliun yaitu sebesar 36%.

Dana sosial yang dibawa masyarakat selama mudik dan lebaran sebesar Rp48,9 triliun atau 29%.

Sedangkan sisanya untuk belanja ke sektor transportasi, komunikasi dan lainnya ke perusahaan besar atau perusahaan negara sebesar Rp 57,89 atau sekitar 34%.

 

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Piala Dunia FIFA 2026: Ini Syarat Indonesia Lolos

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Peluang Indonesia menjadi  satu dari dua negara di Grup C yang lolos  dari babak ketiga Kualifikasi...