TENTANGKITA.CO – Depok baru baru ini menjadi buah bibir pasalnya mendapatkan predikat sebagai kota dengan kualitas udara paling buruk dan polusi tinggi.
Penelitian dan survei yang diumumkan oleh IGAir ini mengejutkan semua pihak termasuk Wali Kota Depok, Mohammad Idris.
Secara terang terangan Wali Kota Depok ini menyatakan menyanggah hasil survei terkait kualitas udara buruk di Kota Depok tersebut.
BACA JUGA:Sejarah dan Awal Mula Nama Kota Depok yang Dapat Predikat Kawasan dengan Kualitas Udara Buruk
Menurutnya terkait survei tentang udara Wali Kota Depok ini mengaku bahwa kualitas udara di Kota Depok tidak seburuk hasil survei tersebut.
Sementara bagi yang ingin tahu bagaimana keelokan dan keindahan bangunan serta tempat tempat legendaris yang ada di Depok? Berikut informasi kawasan yang mempesona ada di Kota Depok
1. Gereja GPIB Immanuel Depok
Gereja ini berlokasi di jalan Pemuda, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Bangunan ini didirakan untuk dijadikan sebagai rumah peribadatan bagi para budak yang dimerdekakan oleh Cornelis Chastelein.
Chastelein merupakan sosok tuan tanah yang kiprahnya tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Kota Depok. Hidup sebagai pegawai tinggi VOC telah memberikan beliau hidup berkecukupan di tanah jajahan.
Melalui kekayaan yang ia miliki, Chastelein membeli lahan untuk mengembangkan sektor agraria di wilayah selatan Batavia. Ia membeli tanah-tanah di kawasan Batavia dan sekitarnya, khususnya wilayah bagian selatan. Di antaranya Sringsing (Srengseng), Depok, Mampang, dan Karanganyar (Cinere).
BACA JUGA:Roberto Mancini ‘Mendarat’ Di Timnas Arab Saudi
2. Monumen Chastelein
Nama Cornelis Chastelein berasal dari orang Belanda yang tiba di tanah air Indonesia pada tahun 1674. Kemudian pada tahun 1914, Tugu Cornelis Chastelein dibangun sebagai perayaan kematian Chastelein yang ke-200 dan bentuk apresiasi masyarakat Depok kepadanya.
Akan tetapi, pada tahun 1960-an, monumen Cornelis Chastelein dirobohkan. Banyak asumsi soal perusakan tugu ini, ada yang mengatakan karena Chastelein anggota VOC sehingga membawa ingatan penjajahan.
Meskipun demikian, pada hari kematian Chastelein yang ke-300, yakni pada 28 Juni 2014, Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) kembali meresmikan Monumen Cornelis Chastelein.
Pembangunan kembali ini dilakukan dengan memenuhi syarat, menghapus prasasti yang berisikan harapan Cornelis yang sudah tidak sesuai dengan kelangsungan masyarakat Depok pada saat ini
3. Jembatan Panus
Jembatan Panus didirikan oleh insinyur Andre Laurens pada tahun 1917 silam. Alasan Laurens didirikannya jembatan ini adalah untuk membantu para pribumi Depok yang pada saat itu kesulitan dalam membawa hasil taninya ke Bogor dan Jakarta.
Selain itu pada masa perang, Jembatan Panus juga sering digunakan untuk tank dari pasukan belang.
BACA JUGA:14 Kategori Miskin ini Dijamin Masuk DTKS Kemensos, untuk Cairkan KLJ, KJP Plus, KAJ dan KPDJ
4. Rumah Tua Pondok Cina
Rumah tua Pondok Cina adalah salah satu bukti peninggalan keberadaan orang-orang Tionghoa di kawasan yang sekarang disebut Kota Depok. Rumah ini dibangun pada abad ke-19 oleh seorang arsitektur Belanda.Bangunan ini berada di samping Mall Margo City.
5. Rumah Cimanggis
Keberadaan rumah Cimanggis menjadi saksi bisu adanya praktik kolonisasi yang dilakukan oleh kongsi dagang belanda (VOC).
Rumah yang terletak di kelurahan Cisalak, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok ini merupakan rumah milik Albertus van Der Parra, yang ketika itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-29 dan bertugas pada tahun 1761-1775.
Bangunan ini didirikan pada rentang waktu tahun 1771-1775 sebagai hadiah kepada istri Albertus, yakni Adrianna Johanna Bake yang merupakan pemilik dari Pasar Cimanggis dan kini dikenal sebagai Pasar Pal.
Pada tahun 1964, rumah ini dijadikan sebagai bagian dari kompleks pemancar Radio Republik Indonesia (RRI). Kemudian era Orde Baru pada tahun 1978 dijadikan sebagai rumah dinas para karyawan RRI.
Demikian informasinya semoga bermanfaat!!