TENTANGKITa.CO – Sebentar lagi umat Islam akan sampai ke Hari Raya Idul Adha yang dikenal juga dengan istilah Hari Raya Kurban.
Sejatinya, menurut Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Muhbib Abdul Wahab, ada perbedaan pandangan tentang hukum mengenai ibadah kurban.
Dalam Pengajian Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang berlangsung pada 16 Juni 2023, Muhbib Abdul Wahab menyebut bahwa Rasulullah mewajibkan ibadah kurban bagi dirinya. Sementara itu, bagi umat Nabi Muhammad hukum ibadah kurban adalah sunnah muakkadah.
“Walaupun ada yang mengatakan ibadah kurban itu wajib, karena paralel dengan perintah salat. Setidak-tidaknya itu menurut Imam Abu Hanifah,” kata Muhbib Abdul Wahab seperti dilansir laman muhammadiyah.or.id.
BACA JUGA: Info Terbaru Prediksi KJP Plus Bulan Juli 2023 Kapan Cair: Awal Bulan Lebih Kuat
Lima Istilah Terkait dengan Ibadah Kurban
Dalam pengajian itu, Muhbib Abdul Wahab menyebut secara semantik ibadah kurban memiliki lima istilah yang berkaitan.
- Kurban
Pertama istilah kurban itu sendiri. Kata ini menjadi sebutan yang paling awal digunakan dalam konteks sejarah berkurban.
Istilah ini digunakan oleh Allah SWT dalam QS. Al Maidah ayat 27, yaitu terkait dengan perintah kepada putra Nabi Ibrahim untuk berkurban sesuai dengan yang dimiliki.
- Adha atau Udhuyah
Secara bahasa, Adha atau Udhuyah berarti binatang sembelihan
“Ada juga yang mengatakan bahwa proses penyembelihan hewan kurban itu dilakukan di waktu dhuha sampai selesai. Maka adha-dhuha juga memiliki makna muatan waktu,” kata Muhbib Abdu Wahab.
- Dzibh atau Dzabih
Istilah dzibh atau dzabih ini merujuk ke dalam QS. Ash-Shaffat ayat 107 yang menyebutkan kedua kata itu bermakna sembelihan atau yang disembelih.
- Nahr
Istilah keempat yang berkaitan dengan kurban adalah nahr yang dimaknai lebih pada proses pemotongan hewannya.
“Sehingga hari penyembelihan itu sering juga disebut dengan ayyamun nahr,” kata Muhbib Abdul Wahab.
- Tasyriq
Istilah ini menarik untuk disimak. Tasyriq itu memiliki arti asal yaitu menjemur atau mendendeng daging. Istilah kelima ini menjadi indikasi sekaligus anjuran supaya daging kurban tidak dikonsumsi habis dalam waktu sehari atau pas hari H.
“Dengan adanya hari tasyriq itu dimaksudkan agar kita berpikir strategis dan jangka panjang, bagaimana dahulu itu belum ada mesin pendingin dan juga belum ada cara mengolah olahan daging yang awet-tahan lama,” ungkap Muhbib Abdul Wahab.
BACA JUGA: Kesaksian Ustadz Adi Hidayat: Mencium Aroma Wangi di Makam Mbah Moen
“Maka dalam konteks berkurban berkemajuan di Indonesia sebagaimana yang telah dipelopori oleh Lazismu; memasak atau mengolah daging itu menjadi Rendangmu,” ujarnya.
Dari kelima istilah yang saling berkaitan tersebut dapat disimpulkan bahwa kurban merupakan menyembelih hewan kurban setelah salat Idul Adha, dan pada hari tasyriq 11, 12 dan 13 Dzulhijah dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan kepada sesama.
Maka dengan demikian, hewan yang disembelih sebelum dilaksanakannya Salat Idul Adha tidak bisa disebut sebagai hewan kurban.
Dan cara mendekatkan diri kepada Allah ialah dengan bertakbir, sementara mendekatkan diri ke sesama adalah dengan gotong royong pada proses penyembelihan sampai pembagian.
Demikian artikel tentang 5 istilah yang terkait dengan Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban bagi umat Islam yang disadur dari artikel berjudul Lima Istilah Kurban; Istilah Kelima Berisi Anjuran Supaya Daging Kurban Tidak Dihabiskan dalam Sehari.