TENTANGKITA.CO – Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah salah satu sahabat Nabi yang dianggap memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi alias pintar.
Tidak heran jikalau menantu Nabi ini menjadi sahabat yang kerap menjadi tempat bertanya.
Dikisahkan, Sayyidina Ali pernah kedatangan orang yang hendak bertanya secara bergantian. Meski begitu, pertanyaan yang diajukan merupakan perihal yang sama yakni menyangkut ilmu dan Harta.
Sejatinya para penanya itu ingin mengetahui apakah Sayyidina Ali memberikan jawaban yang sama atau berbeda untuk masing-masing penanya.
Penanya pertama berkunjung kepada Ali bin Abi Thalib dengan membawa pertanyaan.
“Wahai Ali mana yang lebih baik, ilmu atau harta?”
Ali bin Abi Thalib menjawab, “Ilmu lebih baik dari pada harta.”
Orang itu lalu bertanya lagi, “Dengan dalil apa?”
Ali membalas, “Ilmu itu warisan para nabi dan harta itu warisan Qarun, Syaddad, Firaun dan lainnya.”
Lalu pergilah orang pertama tersebut.
BACA JUGA:NGAJI BUYA ARRAZY: Ciri Pengikut Dajjal, Tak Percaya Habib!
Giliran orang kedua yang pada kesempatan yang berbeda mengajukan pertanyaan kepada Sayyidina Ali. Pertanyaan yang sama menyangkut lebih baik mana ilmu dan harta.
Sama seperti jawaban kepada penanya pertama, Ali bin Abi Thalib menjawab bahwasanya ilmu lebih baik dibandingkan dengan harta.
Orang kedua itupun bertanya “Dengan dalil apa.”
Sayyidina Ali menjawab, “Ilmu menjagamu, sedang engkau menjaga harta.”
Kemudian berlalulah orang kedua itu.
Orang ketiga datang dengan pertanyaan serupa yakni lebih baik mana ilmu atau harta. Jawaban yang serupa pun keluar dari lisan Sayyidina Ali bahwa ilmu lebih baik dibandingkan dengan harta.
Sama seperti dua kolega sebelumnya, orang ketiga itu bertanya apa yang menjadi dalil dari jawaban Sayyidina Ali.
Ali menjawab dengan alasan yang berbeda. Menurut sepupu dari Rasulullah itu, pemilik harta mempunyai banyak musuh, dan orang memiliki ilmu mempunyai banyak teman.
Kemudian pergilah orang itu.
BACA JUGA: Kapan KJP Mei 2023 Cair? Bisa Barengan Sama KJP Juni 2023 Nih
Datang lagi orang yang keempat dan bertanya kepada Ali dengan pertanyaan yang sama.
“Mana yang lebih baik Ilmu atau harta?”
Ali menjawab bahwa ilmu lebih baik daripada harta.
Orang itu bertanya apa alasan dari jawaban Ali tersebut.
Kemudian Sayyidna Ali menjawab dengan alasan yang berbeda dengan jawaban ketika dia ditanya oleh orang pertama kedua dan ketiga.
Ali berujar, “Ilmu apabila kau belanjakan maka akan bertambah, tetapi harta jika kau belanjakan maka ia akan berkurang.”
Kemudian pergilah orang itu, hingga datang lagi seorang yang lain lalu bertanya mana yang lebih baik ilmu atau harta kepada Sayyidina Ali
Lagi-lagi, Sayyidina Ali menjawab ilmu lebih baik daripada harta karena pemilik harta bisa dipanggil si pelit dan menjadi hina sedangkan pemilik ilmu dipanggil dengan sebutan agung dan mulia.
Berlalu pula orang itu.
BACA JUGA: Profil Kiai Miftachul Akhyar, Rais Aam PB Nahdlatul Ulama 2021—2026
Hingga datang lagi orang kelima yang yang bertanya manakah yang lebih baik Ilmu atau harta.
Lagi-lagi Ali menjawab ilmu lebih baik daripada harta dengan alasan harta akan dihisab pada hari kiamat sedangkan pemilik ilmu akan memberi syafaat pada hari kiamat.
Demikianlah, ketika ditanya terkait keutamaan Ilmu, Sayyidina Ali memiliki banyak alasan yang berbeda-beda. Hal ini lantaran banyaknya keutamaan ilmu dibandingkan dengan harta.
Di antaranya itu Ilmu lebih baik daripada harta dengan dalil harta itu makin lama didiamkan makin bertambah usang, sedangkan ilmu tidak bisa lapuk dan usang. Selain itu menurutnya, harta bisa membuat hati menjadi keras sedang ilmu itu menerangi hati.
Akhirnya, heranlah orang-orang yang tadi bertanya kepada Ali karena dia memiliki banyak alasan tentang keutamaan ilmu yang tiada habisnya.
BACA JUGA: NASIHAT USTADZ ADI HIDAYAT: Kenapa Mulut Cuma Satu di Depan & Telinga Ada Dua (UAH)
Saat para penanya berkumpul, Ali pun berujar “Andai kata ada banyak orang bertanya kepadaku tentang keutamaan ilmu, maka niscaya aku akan memberi alasan-alasan yang berbeda.”
Dengan keilmuan yang dimiliki maka beliau dijuluki sebagai pintu ilmu sementara Nabi Muhammad kotanya. Tentang keutamaan ilmu ini, Al-Qur’an pun dengan jelas melabeli para penuntut ilmu dengan orang yang memiliki derajat yang tinggi dalam surat al-Mujadalah ayat 11 dengan firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ – ١١
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.”
Artikel ini disadur dari tulisan di laman kemenag.go.id yang berjudul Kecerdasan Ali bin Abi Thalib dan Keutamaan-Keutamaan Ilmu.