TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Duta Besar Israel untuk Inggris Tzipi Hotovely dengan suara meninggi menolak semua kemungkinan solusi dua negara / two state solution terhadap konflik Israel – Palestina dalam sebuah wawancara dengan SkyNews pada Rabu (13/12).
Two state solution atau solusi dua negara ini adalah resolusi konflik Israel-Palestina yang banyak mendapatkan dukungan internasional, termasuk Indonesia mendukung solusi ini.
Dalam solusi ini, Palestina dan Israel sama-sama mendapatkan wilayah dan berdiri sebagai dua negara yang berbeda. Solusi ini muncul pada tahun 1937 oleh Komisi Peel.
Hotovely berbicara dengan nada tinggi saat pembawa acara SkyNews Mark Austin menanyakan sikap Israel tentang solusi dua negara ini.
BACA JUGA: Konflik Israel-Hamas: Lebih Dari 5.000 Anak Tewas
“Soal Solusi dua negara. Apa masih ada peluang untuk solusi dua negara?” tanya Mark.
“Saya pikir sudah waktunya bagi dunia untuk menyadari kegagalan Perjanjian Oslo, setelah 7 Oktober dan kita perlu membangun paradigma baru,” kata Tzipi Hotovely.
BREAKING: Israeli ambassador @TzipiHotovely rejects the idea of a two-state solution
“The answer is absolutely no”, she says.https://t.co/cjkJJFipKp
📺 Sky 501, Virgin 602, Freeview 233 and YouTube pic.twitter.com/9z0fMWSSui
— Sky News (@SkyNews) December 13, 2023
Tanggal 7 Oktober adalah hari saat Hamas melancarkan serangan lintas batas terhadap Israel dan menewaskan lebih dari 1.000 orang.
“Israel tahu hari ini dan dunia harus tahu sekarang bahwa alasan kegagalan perjanjian Oslo adalah karena Palestina tidak pernah ingin memiliki negara di samping Israel, mereka ingin memiliki negara dari sungai sampai laut,” tambahnya.
Hotovely bertanya kepada pewawancara, Mark Austin, mengapa dia “terobsesi” dengan solusi dua negara setelah dia bertanya apakah solusi itu sudah mati.
Ketika ditanya pendapatnya mengenai pernyataan Presiden AS Joe Biden bahwa Israel kehilangan dukungan atas “pemboman tanpa pandang bulu” di Gaza, dia mengatakan, “Orang Amerika memerangi ISIS di Mosul, (Irak). Ada lebih banyak orang yang terbunuh di Mosul secara dibandingkan orang-orang di Gaza.”
Hotovely menambahkan bahwa Israel “melakukan segalanya untuk mencegah jatuhnya korban.”
Dia juga menunjukkan perlunya mengatasi masalah pendidikan di Gaza dan mengatakan sekolah-sekolah PBB “menjadi sekolah teror.”
Ketika ditanya apakah yang dia maksud dengan pendidikan ulang adalah seperti model Tiongkok, dia menolaknya, dan menambahkan: “Anda tidak belajar dari sejarah Anda sendiri,” seraya menyatakan bahwa Jepang dan Jerman “ternyata adalah negara-negara Barat yang baik” setelah Perang Dunia II.
BACA JUGA: Tentara Lebanon Tewas dalam Serbuan Israel, Hizbullah Gencarkan Perlawanan
Dalam wawancara dengan Sky News pada bulan Oktober, Hotovely juga menolak mengakui adanya krisis kemanusiaan di Gaza, dan mengatakan bahwa Israel tidak melakukan pengeboman terhadap warga sipil di wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Israel telah membombardir Jalur Gaza dari udara dan darat, melakukan pengepungan dan melancarkan serangan darat sebagai pembalasan atas serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober.
Setidaknya 18.608 warga Palestina telah terbunuh dan hampir 50.600 lainnya terluka dalam serangan Israel, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Korban tewas Israel dalam serangan Hamas mencapai 1.200 orang, sementara sekitar 139 sandera masih disandera, menurut angka resmi.