TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Pendekatan keamanan zero sum game kini sudah tidak menarik lagi di dunia internasional termasuk dalam penyelesaian ketegangan di Semenanjung Korea. Meski begitu, dunia tetap harus mewaspadai perkembangan di wilayah tersebut.
Menurut Pengajar di Universitas Pertahanan (Unhan) Laksdya TNI Dr. TSNB ‘Cokky’ Hutabarat, banyak negara baik yang memiliki senjata nuklir maupun tidak cenderung menerapkan pendekatan Confidence and Security Building Measures (CSBMs).
Pendekatan tersebut, menurut Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional R.I. (2023-2025) ini, lebih menekankan pentingnya komunikasi antarnegara dalam semangat yang konstruktif.
Laksdya Cokky Hutabarat menyampaikan pendapatnya dalam webinar dengan tema Ancaman Nuklir di Semenanjung Korea bagi Perdamaian Dunia yang diselenggarakan Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS) di Jakarta, Rabu 26 Februari 2025.
Hadir sebagai pembicara lainnya dalam webinar itu adalah Anggota Komisi I DPR Sukamta Ph.D dan Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan Dr. Ujang Komarudin.
Terkait dengan perkembangan terakhir di Semanjung Korea, tiga pembicara di webinar tersebut sepakat bahwa Indonesia bersama ASEAN wajib meningkatkan peran diplomasinya dalam meredakan ketegangan akibat persaingan senjata nuklir di wilayah tersebut karena dapat membahayakan perdamaian dunia.
Sepanjang pemimpin negara-negara di dunia ini masih “waras”, perang nuklir nyaris tidak mungkin terjadi. Namun, Indonesia tetap harus waspada karena jangkauan misil Korea Utara sudah semakin jauh, tidak hanya di Kawasan Asia Timur, melainkan hingga ke Asia Tenggara bahkan ke Benua Amerika.
“Penting untuk memajukan peran ASEAN dalam hal ini karena kawasan ASEAN sekarang relatif kawasan yang paling aman dibandingkan kawasan-kawasan lain di dunia,” ujar Laksdya Cokky Hutabarat.
Senada dengan Cokky Hutabarat, Anggota Komisi I DPR Sukamta Ph.D menyatakan bahwa ASEAN sebagai kawasan paling stabil dapat menjadi arena bagi Indonesia sebagai negara besar untuk meredakan ketegangan.
Meski perang nuklir itu hampir tidak mungkin terjadi, namun keduanya khawatir terhadap karakteristik pemimpin Korea Utara dan pemimpin negara-negara pemilik senjata nuklir yang dapat mengubah situasi menjadi lebih buruk.
“Kombinasi antara karakter diktator Kim yag sulit ditebak dan kemampuan jangkauan misilnya ini membuat pemimpin dunia jadi ketar ketir (khawatir),” ucapnya.
Juru Bicara Kantor Kepresidenan, Ujang Komarudin, mengatakan bahwa ketegangan senjata nuklir di Semenanjung Korea ini juga menjadi perhatian Presiden Prabowo Subianto.
Pemerintah sudah merancang strategi mitigasi jika sewaktu-waktu ketegangan kian buruk di kawasan tersebut. Untuk diketahui, ada lebih dari 72 ribu WNI di Korea Selatan baik untuk bekerja, kuliah maupun menikah.
“Ini tentu jadi warning dan antisipasi agar sewaktu-waktu ada ancaman nuklir itu kita harus apa untuk menyelamatkan warga kita di Semenanjung Korea seperti di Korea Selatan, Jepang,” tuturnya.
Webinar yang dimoderatori Co-founder ISDS, Erik Purnama Putra ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan ISDS untuk meningkatkan awareness terkait kedaulatan RI di kawasan.
Sebelumnya, ISDS juga menggelar lomba menulis dengan tema yang sama yang diikuti oleh 400 peserta dengan latarbelakang yang beragam, baik dari kalangan sipil maupun militer.