TENTANGKITA.CO, JAKARTA – PBB mengeluarkan seruan: Kenaikan suhu global terus berlanjut tanpa henti. Miliaran orang di seluruh dunia rentan terhadap terkena efek panas ekstrem.
Seruan itu muncul di tengah rekor suhu dan gelombang panas yang mematikan – dari Amerika Serikat hingga Sahel di Afrika dan Eropa hingga Timur Tengah – yang telah menewaskan beberapa ratus orang musim panas ini. Selama haji, misalnya, panas yang menyengat telah merenggut lebih dari 1.300 nyawa jemaah.
Miliaran orang di seluruh dunia yang rentan terhadap efek ‘melumpuhkan’ dari panas ekstrem perlu dilindungi. “Miliaran orang menghadapi epidemi panas ekstrem – layu di bawah gelombang panas yang semakin mematikan, dengan suhu mencapai 50 derajat Celsius di seluruh dunia.”
BACA JUGA: Ini Prediksi BMKG Awal Musim Kemarau 2024
“Itu sama dengan 122 derajat Fahrenheit – setengah jalan menuju titik didih,” kata Sekretaris Jenderal António Guterres pada konferensi pers di Markas Besar PBB di New York. “Panas ekstrem berdampak ekstrem pada manusia dan planet ini. Dunia harus bangkit menghadapi tantangan kenaikan suhu.”
Menurut perkiraan PBB, kematian akibat panas bagi orang-orang berusia di atas 65 tahun meningkat sekitar 85 persen selama dua dekade terakhir, sementara 25 persen dari semua anak saat ini terpapar gelombang panas yang sering terjadi dan pada tahun 2050, angka tersebut dapat meningkat hingga hampir 100 persen.
“Kita harus menanggapinya dengan meningkatkan akses ke pendinginan rendah karbon secara besar-besaran, memperluas pendinginan pasif – seperti solusi alami dan desain perkotaan, serta membersihkan teknologi pendinginan sambil meningkatkan efisiensinya,” kata Guterres, yang menyerukan peningkatan pendanaan untuk melindungi masyarakat dari “kekacauan iklim”.
BACA JUGA: Perubahan Iklim: Suhu Harian Global Makin Panas
UNICEF mengungkapkan, meningkatnya suhu musim panas di Eropa dan Asia Tengah, 377 anak meninggal pada tahun 2021. Itu berdasarkan data dari 23 negara di kawasan yang luas tersebut.
Penyakit akibat panas merenggut nyawa separuh dari anak-anak yang rentan tersebut pada tahun pertama kehidupan mereka. “Sekitar separuh dari anak-anak di seluruh Eropa dan Asia Tengah – atau 92 juta anak – sudah terpapar gelombang panas yang sering terjadi di kawasan yang suhunya meningkat paling cepat secara global,” kata Regina De Dominicis, Direktur Regional UNICEF untuk Eropa dan Asia Tengah.