TENTANGKITA, JAKARTA – Warga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus meminta pemerintah dan aparat penegak hukum menghentikan aksi-aksi agresivitas remaja, klitih.
Di media sosial twitter, beberapa hastag yang berkaitan dengan klitih menjadi trending, seperti #YogyaTidakAman, #SriSultanYogyaDaruratKlithih hingga #Klitih.
Akun twitter penulis @puthutea mengkampanyekan tanda pagar tersebut.
Naikkan tagar #SriSultanYogyaDaruratKlithih, Biar gubernur Yogya turun tangan. Berpuluh tahun masalah yg meresahkan masyarakat terjadi, byk korban jiwa, tp pemda tak melakukan tindakan yg jelas,“ cuit dia.
BACA JUGA: KLITIH BELUM BERAKHIR, SULTAN DIDESAK TURUN TANGAN
Penulis Kalis Mardiasih juga mencuit,
“Isu klithih ini isu kelas. Lha yang kena wong2 cilik yg pada motoran: buruh pulang kerja shift malam, driver ojol yg dines malem, bahkan ibu2 tukang pijet langgananku ga berani datang malem mergo klithih. #SriSultanYogyaDaruratKlithih #YogyaTidakAman”
Akun@Jazedw membagikan kisahnya soal klitih.
Dia menulis, “ Menyaksikan sendiri, gara2 klitih 1 keluarga hancur berantakkan. Yang jadi korban anak semata wayang, dirawat sampe berbulan2, harta benda habis demi sang anak. Pada akhirnya sang anak meninggal dunia. Dan sang ibu jadi depresi berat :(( #Yogyatidakaman
akun @Bilsssssxyz menulis “gara2 klitih, aku jadi sering ngerasa bersalah kalo pesen gfood dini hari. apalagi kalo malming kan aku sering begadang, sering tiba2 laper. tapi ngga tega ke abang gfoodnya, daerah menuju rumahku tu rawan klitih serem sih, ayo musnahkan klitih!!!
Jangan Ketinggalan Konser “SMTOWN LIVE 2022 : SMCU EXPRESS @KWANGYA, Ini Linknya
Sudah puluhan tahun belum berakhir
Fenomena klitih di Yogyakarta belum juga berakhir. Terakhir pada Senin 27 Desember 2021, dua anak di bawah umur menjadi korban penganiayaan yang diduga dilakukan oleh geng pelajar dengan jumlah puluhan orang di Jalan Kaliurang KM 9, Ngaglik, Sleman Yogyakarta.
Klitih ada fenomena agresivitas remaja berupa penganiayaan oleh sekelompok geng beranggota berusia sekitar 14-19 tahun dengan korban acak.
Biasanya mereka berkeliling kota menggunakan sepeda motor dan menyerang siapa saja yang mereka temui di jalan.
Motif biasanya adalah eksistensi geng, semakin banyak melakukan aksi klitih geng tersebut akan semakin disegani.
Klitih juga bisa jadi ajang uji nyali bagi anggota baru yang akan bergabung di geng.
Buka Hingga 31 Desember, Ini Lowongan Junior Business Analyst BCA Yogyakarta
Faktor-faktor penyebab klitih
Banyak penelitian di Yogyakarta berusaha mengungkap penyebab fenomena klitih.
Paling sering dikemukakan adalah adanya hubungan antara perhatian dan latar belakangan orang tua dan hubungan antarkelompok menjadi penyebab klitih.
Ahmad Fuadi, Titik Muti’ah, Hartosujono dar Fakultas psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa mengungkapkan subjek-subjek pelaku klitih dipengaruhi beberapa hal. Di antaranya latar belakang orang tua, Keluarga bermasalah, hubungan dengan kelompok, hubungan dengan lingkungan, dan karakter Individu.
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkapkan salah satu penyebab klitih adakan kurangnya interaksi dan perhatian dalam keluarga.
Sebagian pelaku klitih kata penelitian UGM itu berasal dari berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi lemah atau kedua orang tuanya bercerai.
Sensasi Privat Beach di Pantai Wohkudu Gunung Kidul, Hening dan Tenang di Antara Dua Tebing
Respons GKR Hemas dan Sri Sultan Hamengkubuwono X
Diberitakan media, permaisuri Raja Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas heran aksi-aksi kriminalitas di Yogyakarta seperti kekerasan klitih dan pelemparan bom molotov langsung viral dan menjadi perhatian publik.
Padahal kriminalitas itu menurut dia masih dalam batas yang normal.
“Heran saya. Kenapa kalau kejadian negatif di Yogya langsung viral di dunia,” ujar dia dikutip media lokal.
Dia mengaku sering mendapatkan pertanyaan tentang peristiwa yang terjadi di Yogyakarta.
Menurut dia kriminalitas di Yogyakarta tidak jauh berbeda dengan daerah lain.
5 Tempat di Yogyakarta untuk Bulan Madu, dari Pantai di Gunung Kidul hingga Restoran di Sleman
Aparat kepolisian juga mampu mengungkap peristiwa yang terjadi.
“Bagi saya itu gangguan biasa. Dan polisi sudah siap,” tambah dia.
Sultan Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X sebelumnya juga mengakui bahwa klitih sulit dihilangkan selama masalah sumbernya tidak bisa diselesaikan.
Menurut dia masalah keluarga menjadi faktor dominan munculnya klitih.
“Jadi memang klitih tidak bisa hilang karena pelakunya berasal dari remaja-remaja yang kurang beruntung dan dari keluarga yang broken home,” ujar dia dikutip media.
Menurut dia pendekatan hukum tidak selamanya bisa menyelesaikan klitih ini.
Persoalan ini menurut dia klitih hanya bisa diselesaikan jika masalah di keluarga diatasi terlebih dahulu.
Secara psikologis, kata Sultan, banyak faktor yang membuat pelaku klitih lebih banyak berada di jalan dan melakukan kekerasan.
Pesona Embung Nglanggeran Gunung Kidul Yogyakarta, Wisata Eksotis di Atas Bukit