TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Tren Konflik Israel – Hamas negatif sejak awal Oktober di Tepi Barat meningkat seraya mencatat tingkat kekerasan meningkat, begitu pula kematian dan penahanan.
“Mereka yang bertanggung jawab atas serangan kekerasan harus diadili. Mengutuk semua serangan teroris dan menambahkan pasukan keamanan harus selalu menahan diri,” demikian kata José Javier De La Gasca, Duta Besar dan Wakil Tetap Ekuador untuk PBB dan Presiden Dewan Keamanan bulan Desember.
PBB juga melaporkan melalui news.un.org, Israel melancarkan serangan di Lebanon dan Suriah.
Khaled Khiari, Asisten Sekretaris Jenderal Timur Tengah di Departemen Urusan Politik dan Pembangunan Perdamaian (DPPA) PBB juga melaporkan peningkatan ketegangan di wilayah Timur Tengah yang lebih luas, dengan berlanjutnya penembakan setiap hari di Garis Biru pemisah antara Lebanon dan Israel serta serangan udara di Suriah dan meningkatnya ketegangan di Laut Merah.
BACA JUGA
- Konflik Israel-Hamas: DK PBB Belum Sepakati Gencatan Senjata
- Hamas Tolak Lepas Kekuasaan di Jalur Gaza
Badan Tenaga Kerja PBB (ILO) juga melaoorkan setidaknya 66 persen lapangan kerja telah hilang di Gaza sejak konflik meletus pada tanggal 7 Oktober, setara dengan 192.000 lapangan pekerjaan, demikian perkiraan yang direvisi oleh ILO dan Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS) dalam buletin kedua mereka.
Permusuhan yang terus berlanjut juga semakin berdampak pada kondisi perekonomian di Tepi Barat, di mana perkiraan yang direvisi kini menunjukkan bahwa sekitar 32 persen lapangan kerja telah hilang sejak 7 Oktober, setara dengan 276.000 lapangan kerja.
Secara keseluruhan, total 468.000 pekerjaan diperkirakan telah hilang di seluruh Wilayah Pendudukan Palestina (OPT) pada tanggal 30 November 2023, melampaui perkiraan ILO dan PCBS sebelumnya yang memperkirakan 390.000 pekerjaan akan hilang karena permusuhan yang sedang berlangsung.
BACA JUGA: Hamas Tolak Lepas Kekuasaan di Jalur Gaza
Militer Israel mengatakan pihaknya menghancurkan kompleks terowongan yang digunakan sebagai tempat persembunyian dalang serangan teror 7 Oktober.
Israel mendorong lebih jauh ke Gaza ketika jumlah korban tewas meningkat, Militer Israel maju ke distrik-distrik di Gaza tengah dan selatan, kata penduduk pada hari Sabtu, melancarkan serangan yang telah menghancurkan atau merusak sebagian besar Jalur Gaza.
Pertempuran Sabtu pagi melibatkan tembakan udara dan artileri berat dan terfokus di Bureij, Nuseirat dan Khan Younis.
Rafah telah penuh dengan pengungsi Palestina, dengan operasi militer Israel yang mendorong sekitar 2,3 juta penduduk Jalur Gaza ke arah selatan sejak operasi tersebut dimulai hampir tiga bulan lalu. Hamas ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh AS, Uni Eropa, dan beberapa negara lainnya.
BACA JUGA
- Militer Israel Gerebek Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza
- Natal Palestina akan Sangat Sedih Tahun Ini, Tidak Ada Perayaan di Betlehem
PBB melaporkan melalui news.un.org, Israel juga melancarkan serangan di Lebanon dan Suriah. Khaled Khiari, Asisten Sekretaris Jenderal Timur Tengah di Departemen Urusan Politik dan Pembangunan Perdamaian (DPPA) PBB juga melaporkan peningkatan ketegangan di wilayah Timur Tengah yang lebih luas, dengan berlanjutnya penembakan setiap hari di Garis Biru pemisah antara Lebanon dan Israel serta serangan udara di Suriah dan meningkatnya ketegangan di Laut Merah.
José Javier De La Gasca, Duta Besar dan Wakil Tetap Ekuador untuk PBB dan Presiden Dewan Keamanan bulan Desember, berbicara dalam kapasitas nasionalnya dan mengatakan negaranya dengan tegas mengutuk serangan teroris yang dilakukan oleh Hamas pada tanggal 7 Oktober.
Ia menuntut pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera, dan mengatakan besarnya kekerasan di Gaza membuat peristiwa di wilayah lain luput dari sorotan.
Namun demikian, tren negatif sejak awal Oktober di Tepi Barat juga meningkat, lanjutnya, seraya mencatat tingkat kekerasan meningkat, begitu pula kematian dan penahanan.