TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Eskalasi permusuhan di Jalur Gaza –antara Israel dan Hamas— berdampak sangat buruk bagi anak-anak dan keluarga. Anak-anak meninggal pada tingkat yang mengkhawatirkan – lebih dari 5.000 orang dilaporkan tewas dan ribuan lainnya terluka.
Lebih dari 1,7 juta orang di Jalur Gaza mengungsi – setengahnya adalah anak-anak. Mereka tidak memiliki akses yang cukup untuk mendapatkan air, makanan, bahan bakar dan obat-obatan. Rumah-rumah mereka telah hancur, keluarga mereka tercerai berai. Demikian keterangan Unicef di website mereka.
BACA JUGA
- Israel Intensifkan Serangan Ke Gaza, Terowongan Hamas Dibanjiri Air Laut
- 500 Lubang Terowongan Bunker Bawah Tanah Hamas yang Diledakkan Israel Dekat dengan Masjid dan Taman Bermain
A voice note from our spokesperson, James Elder, on the grave impact of hostilities on children and families sheltering at Nasser Hospital and across the Gaza Strip.
Right now, no place in Gaza is safe for a child. They need a lasting humanitarian ceasefire now. pic.twitter.com/fX4uQk7hVS
— UNICEF (@UNICEF) December 4, 2023
Ini Seruan UNICEF?
Untuk menanggapi situasi yang terjadi pada anak-anak di Israel dan Negara Palestina, UNICEF menyerukan
- Gencatan senjata kemanusiaan segera.
- Pembebasan segera, aman dan tanpa syarat bagi semua anak sandera dan pencegahan serta penghentian segala bentuk pelanggaran berat terhadap anak-anak, termasuk membunuh dan melukai.
- Buka semua akses penyeberangan ke Jalur Gaza dan pergerakan yang aman bagi para pekerja kemanusiaan dan suplai di Jalur Gaza untuk memastikan akses bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan dan tanpa hambatan bagi penduduk yang terkena dampak di manapun mereka berada. Bantuan tersebut harus mencakup air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.
- Kasus-kasus medis yang mendesak di Gaza agar dapat mengakses layanan kesehatan penting dengan aman atau diizinkan untuk pergi, dan mengevakuasa anak-anak yang terluka atau sakit agar bersama anggota keluarga.
- Menghormati dan melindungi infrastruktur sipil seperti tempat penampungan dan sekolah, serta fasilitas kesehatan, listrik, air, dan sanitasi, untuk mencegah hilangnya nyawa warga sipil dan anak-anak, wabah penyakit, dan untuk memberikan perawatan bagi yang sakit dan terluka. Semua pihak yang terlibat dalam konflik harus menghormati hukum humaniter internasional.
BACA JUGA
- Mengenal Shigella, Wabah yang Menjangkiti Tentara Israel di Gaza
- Tentara Israel Telanjangi Puluhan Pria di Jalur Gaza, Teror Apa Lagi Ini?
AS Veto Resolusi
Sementara itu, menurut laporan di cnn.com, Amerika Serikat memveto resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada hari Jumat (8/12) yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza yang berperang di tengah-tengah meningkatnya keprihatinan tentang jumlah korban sipil di daerah kantong tersebut dan tekanan terhadap komunitas internasional untuk berbuat lebih banyak dalam meringankan krisis kemanusiaan di sana.
Tiga belas negara mendukung resolusi tersebut, sementara Amerika Serikat memveto dan Inggris abstain. Sedikitnya 97 negara lain bergabung dalam upaya ini, ikut mensponsori RUU yang dirancang oleh Uni Emirat Arab.
Kepala PBB Antonio Guterres pada hari Jumat menyebut keadaan saat ini sebagai ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional, dengan mengatakan kita berada di titik puncak,” karena daerah kantong tersebut menghadapi kelaparan dan ratusan pemogokan setiap hari.