TENTANGKITA, JAKARTA – Perusahaan farmasi Amerika Serikat Pfizer mengklaim telah menemukan obat yang ampuh melawan Covid-19 varian Omicron yang disebut PAXLOVID.
PAXLOVID diketahui tetap mempunyai kinerja antivirus yang kuat dalam melawan Omnicron, varian yang men menjadi perhatian global saat ini.
“Variant of Concern seperti Omicron membuat alternatif pengobatan terhadap Covid-19 menjadi terbatas. Kami yakin jika diizinkan atau disetujui, pengobatan potensial ini dapat menjadi alat penting membantu menghentikan pandemi,” kata Pfizer.
Pfizer mengumumkan keampuhan obat itu setelah hasil akhir dari analisis terhadap 2.246 orang dewasa yang terdaftar dalam uji coba fase 2-3 PAXLOVID.
Pfizer menambahkan bahwa PAXLOVID mengurangi risiko rawat inap atau kematian hingga 88 persen.
Varian Omicron Sudah Masuk Indonesia
Indonesia sebelumnya sudah memastikan varian Omicron sudah masuk ke wilayahnya.
“Kemenkes tadi malam mendeteksi pasien berinisial N terkonfirmasi (terpapar Covid-19 varian) Omicron pada 15 Desember,” ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat konferensi pers digital di Jakarta, Kamis 16 Desember 2021.
Pasien N yang terkonfirmasi terpapar varian Omicron adalah sehari-hari sebagai pekerja kebersihan di Wisma Atlet, Jakarta.
“Pada 10 Desember diterima ada 3 pekerja pembersih Wisma Atlet PCR, (yang) terkonfirmasi positif Omicron 1 orang,” ungkap Budi.
Varian Omicron memiliki gejala serupa dengan virus korona varian lain.
Omicron Masuk Indonesia: Prof Zubairi Ingatkan Pentingnya Karantina Tanpa Terkecuali
Gejala Serangan Varian Omicron
Berikut ini gejala yang bisa timbul saat seseorang terinfeksi varian Omicron.
- Sakit Kepala
- Bersih-bersih
- Pilek
- Sakit tenggorokan
- Tidak kehilangan penciuman
- Batuk terus menerus
- Kelelahan
- Tenggorokan gatal
- Demam ringan
- Keringat pada malam hari
Gejala ini sangat mirip dengan flu yang biasa menyerang saat musim hujan.
Varian Omicron: Indonesia Prioritaskan Vaksinasi Covid-19 pada Anak
Karantina Tanpa Kecuali
Profesor Zubairi Djoerban, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), melalui akun Twitter-nya @ProfesorZubairi mengingatkan peran penting kebijakan karantina diterapkan tanpa terkecuali.
“Di sinilah pentingnya karantina bagi pelancong luar negara bagi siapapun tanpa terkecuali—plus pelacakan dan vaksinasi. Paham ya.” Begitu narasi yang disampaikan Prof Zubairi.
Dalam mendeteksi keberadaan varian baru COVID-19 atau Omicron, Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) merekomendasikan upaya whole genome sequencing (WGS) di kawasan Asia Tenggara.
Belum Ada Kematian Akibat Omicron, Fokus Penanganan Masih Varian Delta
Uji Specimen
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito menyatakan hal ini telah dilakukan untuk spesimen pelaku perjalanan yang baru datang.
Beberapa spesimen yang telah diambil dari pelaku perjalanan internasional yang sudah masuk Indonesia sejak pertengahan Oktober 2021.
“Selain itu, sebagai satu kesatuan, tracing juga akan dilakukan sesuai prosedur yang ada yaitu mendeteksi orang yang pernah berinteraksi dengan kasus positif yang datang dari luar negeri,” ujar Wiku seperti dirilis laman www.covid19.go.id.
Hal itu disampaikan Wiku menjawab pertanyaan media dalam agenda keterangan pers di Graha BNPB, Kamis 2 November 2021, yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Di samping itu, dalam upaya mencegah meluasnya penularan kasus di dalam negeri, pemerintah melakukan upaya penanganan dini dengan penelusuran kontak pasien positif Covid-19.
Ini 4 Skenario Epidemiologi dari WHO untuk Antisipasi Varian Omicron
Peringatan WHO
Sebelumnya, World Health Organization (WHO) menyatakan varian B.1.1.529 atau Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021.
Situasi epidemiologis di Afrika Selatan telah ditandai oleh tiga puncak berbeda dalam kasus yang dilaporkan, yang terakhir didominasi varian Delta.
“Dalam beberapa minggu terakhir, infeksi telah meningkat tajam, bertepatan dengan deteksi varian B.1.1.529. Infeksi B.1.1.529 terkonfirmasi pertama yang diketahui berasal dari spesimen yang dikumpulkan pada 9 November 2021,” demikian penjelasan WHO yang dipublikasikan pada Jumat 26 November 2021.
Varian Omicron memiliki sejumlah besar mutasi, beberapa di antaranya mengkhawatirkan. WHO menjelaskan bukti awal menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang dengan varian ini, dibandingkan dengan Variant of Concern (VOC) lainnya.
Varian Omicron, Ini Fakta-fakta Terbaru yang Harus Diketahui
“Jumlah kasus varian ini tampaknya meningkat di hampir semua wilayah di Afrika Selatan. Diagnostik PCR SARS-CoV-2 saat ini terus mendeteksi varian ini. Beberapa laboratorium telah menunjukkan bahwa untuk satu tes PCR yang banyak digunakan, salah satu dari tiga gen target tidak terdeteksi (disebut dropout gen S atau kegagalan target gen S),” ungkap WHO seperti dikutip www.covid19.go.id.
Oleh karena itu, WHO mengungkapkan tes ini dapat digunakan sebagai penanda untuk varian Omicron sambil menunggu hasil dari sekuensing (metode untuk mengetahui penyebaran mutasi virus SARS-Cov2).
“Dengan menggunakan pendekatan ini, varian ini telah terdeteksi pada tingkat yang lebih cepat daripada lonjakan infeksi sebelumnya, menunjukkan bahwa varian ini mungkin memiliki keunggulan pertumbuhan,” ungkapnya.
Karenanya, berdasarkan bukti-bukti yang sudah ada, WHO menetapkan varian Omicron sebagai VOC. VOC diartikan sebagai varian virus Corona yang menyebabkan peningkatan penularan serta kematian dan bahkan dapat mempengaruhi efektivitas vaksin. Sebelum Omicron, WHO telah menetapkan varian Alpha, Beta, Gamma, dan Delta sebagai VOC.
Dengan demikian, WHO meminta agar negara-negara untuk meningkatkan upaya pengawasan dan pengurutan untuk lebih memahami varian SARS-CoV-2 yang beredar.
Varian Omicron Covid-19 Menkhawartirkan Kata WHO, Tapi Tak Usah Panik Kata Menkes
“Individu diingatkan untuk mengurangi risiko COVID-19, termasuk kesehatan masyarakat dan tindakan sosial yang terbukti seperti mengenakan masker yang pas, kebersihan tangan, menjaga jarak fisik, meningkatkan ventilasi ruang dalam ruangan, menghindari ruang ramai, dan mendapatkan vaksinasi,” tegas WHO.