TENTANGKITA.CO – Gaza menjadi “kuburan” bagi anak-anak dengan ribuan orang terbunuh dalam pemboman Israel, sementara lebih dari satu juta orang menghadapi kekurangan bahan pokok dan trauma seumur hidup, demikian ungkap para pegiat kemanusiaan PBB pada hari Selasa (31/10) di news.un.org.
Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths, yang mengunjungi Israel dan Wilayah Palestina yang diduduki, berbicara kepada keluarga-keluarga di Gaza melalui telepon dari Yerusalem timur pada hari Selasa (31/10) dan mengatakan apa yang mereka alami sejak berawalnya pembalasan Israel atas serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober lalu “sangat menghancurkan”.
“Ketika seorang anak berusia delapan tahun mengatakan kepada Anda ia tidak ingin mati, sulit untuk tidak merasa tidak berdaya,” tulis Martin Griffiths di platform sosial X.
Baca Juga
- PBB Umumkan Jumlah Korban Tewas Di Israel dan Jalur Gaza
- UNRWA: 3.200 Anak-anak Palestina Tewas Dalam 3 Minggu Karena Serangan Israel ke Gaza
Pada hari Senin (30/10), Griffiths bertemu di Yerusalem dengan anggota keluarga dari lebih dari 230 sandera yang ditahan di Gaza sejak 7 Oktober. Dilaporkan sekitar 30 dari mereka yang diculik oleh teroris Hamas adalah anak-anak.
Kepala bantuan PBB mengatakan selama beberapa minggu terakhir keluarga-keluarga ini “hidup dalam penderitaan, tidak tahu apakah orang yang mereka cintai masih hidup atau sudah meninggal”, dan ia tidak dapat “membayangkan” apa yang mereka alami.
PBB telah berulang kali menyerukan pembebasan para sandera dengan segera dan tanpa syarat.
Dilaporkan lebih dari 3.450 anak telah tewas di Gaza menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, kata juru bicara Dana Anak-Anak PBB (UNICEF), James Elder, kepada para wartawan di Jenewa, Selasa.
Baca Juga
- Paus Fransiskus Serukan Gencatan Senjata di Gaza: Perang Selalu Berarti Kekalahan
- Al Jazeera Laporkan Kota Gaza Mencekam, Krisis Air dan Listrik Usai Hamas Serang Ashkelon
Sebanyak 1.000 anak lainnya dilaporkan hilang dan mungkin terperangkap atau tewas di bawah reruntuhan, menunggu penyelamatan atau pemulihan, kata kantor koordinasi urusan kemanusiaan PBB, OCHA.
Juru bicara OCHA, Jens Laerke, mengatakan bahwa “hampir tak tertahankan untuk memikirkan anak-anak yang terkubur di bawah reruntuhan dengan kemungkinan yang sangat kecil untuk mengeluarkan mereka”.