TENTANGKITA.CO – Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) meyebut Kabupaten Kebumen sebagai salah satu zona potensi gempa megathrust dan tsunami di Indonesia.
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, hal itu terjadi karena posisi Kabupaten Kebumen langsung berhadapan dengan zona Megathrust di selatan Pulau Jawa yang memiliki potensi magnitude maksimum M 8,7.
Sumber gempa megathrust ini berada di zona subduksi yang merupakan tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasi di dasar laut Samudra Hindia selatan Kebumen.
Dari Pemodelan Penjalaran Gelombang Tsunami akibat gempa dengan skenario tersebut, kata Dwikorita, tinggi tsunami diperkirakan mencapai 14—18 meter di Kabupaten Kebumen dengan waktu tiba di pesisir pantai sekitar 38—46 menit.
Dampak guncangan akibat gempa tersebut diperkirakan mencapai VII-VIII MMI, yang berarti merupakan guncangan yang kuat hingga sangat kuat dan dapat mengakibatkan kerusakan sedang hingga berat.
Atas dasar itulah, Kabupaten Kebumen menjadi satu pilihan BMKG dalam menggencarkan pelaksanaan sekolah lapang gempabumi dan tsunami (SLG) di seluruh penjuru Indonesia.
BACA JUGA: Mengenal Sesar Opak dan Potensi Ancaman Tsunami Setinggi 8—10 Meter di Pantai Selatan Jawa
Menurut Dwikorita, semua pemangku kepentingan harus meningkatkan literasi kebencanaan masyarakat dan menggelar kegiatan itu secara berkelanjutan.
Langkah itu bertujuan untuk meminimalkan risiko gempabumi dan tsunami yang mengintai banyak wilayah pesisir Indonesia.
“SLG yang kali ini difasilitasi oleh Stasiun Geofisika Banjarnegara menjadi strategi kami mewujudkan zero victim di wilayah yang rawan gempa bumi dan tsunami, menekan potensi risiko pada tingkat minimal selain inovasi teknologi yang terus dikembangkan oleh BMKG,” ungkap Dwikorita Karnawati saat gelaran SLG di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Sabtu 30 September 2023.
Penguatan literasi kebencanaan masyarakat, menurut Dwikorita, menjadi lebih penting pada era disrupsi informasi banyak terjadi disinformasi dan berita bohong atau hoaks yang memunculkan keresahan bahkan kepanikan.
Dalam pandangan Kepala BMKG, penguatan literasi tersebut sebagai pekerjaan rumah yang besar bagi seluruh pemangku kepentingan.
Menurut Dwikorita, membangun literasi kebencanaan yang kuat membutuhkan sinergi dan kerja sama pentaheliks, yaitu pelibatan pemerintah, pakar atau akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media massa.
“Kolaborasi yang kuat akan mempercepat langkah penyebaran pengetahuan tentang bencana, sehingga masyarakat semakin kuat dalam mendukung kebijakan dan strategi penanggulangan bencana,” tuturnya seperti dilansir laman resmi BMKG.
Khusus untuk di sepanjang selatan Jawa, menurut Dwikorita, pemeritah daerah harus terus meningkatkan kesiagaan menghadapi kemungkinan terjadi gempa bumi dan tsunami.
BACA JUGA: Ini Prakiraan Cuaca Untuk DKI Jumat (29/9), BMKG: Waspadai Perubahan Cuaca
Penyediaan, penambahan, dan perbaikan jalur-jalur evakuasi, kata dia, menjadi salah satu langkah tepat untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk.
Sementara itu, anggota DPR RI Komisi V, Lasmi Indaryani menyambut baik gelaran SLG yang diinisiasi oleh BMKG tersebut.
Menurut dia, Kabupaten Kebumen dan daerah di sepanjang selatan Jawa sangat membutuhkan SLG untuk meminimalisir jatuhnya korban apabila sewaktu-waktu gempabumi dan tsunami terjadi.
“Gempa dan tsunami adalah kehendak Tuhan. Karena tidak dapat diprediksi maka mau tidak mau, suka tidak suka harus siap. Kesiapan ini harus disertai dengan edukasi melalui SLG ini,” katanya.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Plt. Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Hanif Andi Nugraha, Kepala Balai Besar Wilayah II Hartanto, dan dan Koordinator BMKG DI Yogyakarta Setyoajie Prayoedhi.
Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) diadakan selama dua hari mulai 30 September—1 Oktober 2023.
Kegiatan tersebut diikuti oleh 50 peserta yang berasal dari berbagai kalangan seperti TNI, Polri, Basarnas, Satpol PP, PMI, perwakilan SKPD, Kecamatan, Kelurahan dan Desa, relawan dan masyarakat umum.