TENTANGKITA.CO – Gejolak di kawasan bekas Uni Soviet seperti bara api. Selain Ukraina vs Rusia, kini pertarungan Armenia dan Azerbaijan terus berlangsung.
Kabar terakhir terjadi eksodus etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh (warga mendeklarasikan daerah itu Republik Artsakh) dimulai pada hari Minggu (1/10), dengan ribuan orang pergi dengan mobil menuju Armenia menyusul kemenangan Azerbaijan atas pejuang wilayah yang memisahkan diri dari Georgia dalam sebuah konflik yang terjadi sejak era Soviet.
Nagorno-Karabakh: Eskalasi konflik memaksa ribuan etnis Armenia mengungsi, demikian judul keterangan dari careinternational.org.uk.
Sebuah operasi militer di Nagorno-Karabakh, sebuah wilayah di Kaukasus Selatan telah mendorong ribuan etnis Armenia mengungsi ke Armenia. CEO CARE Caucasus, Ketevan Khachidze, menjelaskan:
“Ribuan orang Armenia telah melarikan diri dari Nagorno-Karabagh menuju Armenia, beberapa hari setelah Azerbaijan melancarkan aksi militer di wilayah tersebut, yang merupakan rumah bagi 120.000 etnis Armenia. Sungai mobil – begitulah cara penduduk setempat menggambarkan antrean panjang mobil yang memadati jalan, yang membentang berkilo-kilometer.”
Baca Juga
- Hari Ke-582 Perang Rusia-Ukraina: 330 Tentara Rusia Meregang Nyawa Per Kamis (28/9)
- Perdamaian Palestina dan Israel Kian Dekat, Kesepakatan Dua Negara Menguat
Eksodus massal ini terjadi setelah hampir sepuluh bulan blokade terhadap koridor Lachin, yang merupakan satu-satunya jalan yang menghubungkan daerah kantong tersebut dengan Armenia.
Blokade tersebut telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah, memutus pasokan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan ke wilayah tersebut. Orang-orang sudah kekurangan gizi, kelelahan, dan putus asa, bahkan sebelum koridor dibuka kembali.
Mereka sangat terpukul karena meninggalkan semua harta benda, rumah, dan harapan untuk kembali. Dibutuhkan waktu 10-14 jam untuk menyeberangi perbatasan. Anak-anak kedinginan karena suhu yang turun, lapar, kelelahan, dan ketakutan.”
Para pemimpin di Nagorno-Karabakh menyatakan 120.000 warga Armenia di wilayah tersebut enggan tinggal di bawah kekuasaan Azerbaijan karena kekhawatiran akan penganiayaan dan pembersihan etnis, sehingga mereka mungkin akan meninggalkan wilayah tersebut secara besar-besaran.
Lebih dari 30.000 orang telah menyeberangi koridor Lachin menuju perbatasan Armenia. Ada banyak kendaraan yang meninggalkan ibukota wilayah tersebut, Stepanakert, dan menavigasi belokan-belokan pegunungan di koridor tersebut.
Baca Juga
- Rekomendasi Kuliner DKI Jakarta yang Bikin Kangen, Sudah Kondang Sejak Jaman Dulu
- UPDATE: Ini Prediksi Tanggal Pencairan KLJ, KAJ, KPDJ Juli-September 2023
Meskipun Karabakh diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, Karabakh sebelumnya berada di luar kendali Azerbaijan, dan orang-orang Armenia di Karabakh dipaksa untuk menandatangani gencatan senjata minggu lalu setelah operasi militer selama 24 jam oleh militer Azerbaijan yang jauh lebih besar.
Armenia dan Azerbaijan telah terlibat dalam dua perang atas daerah kantong tersebut dalam tiga dekade terakhir, dengan Azerbaijan mendapatkan kembali wilayah yang cukup luas di dalam dan sekitar Nagorno-Karabakh selama konflik selama enam minggu pada tahun 2020.
Armenian Christians forced to flee their ethnic homeland of Nagorno-Karabakh after Azerbaijani Islamists seized control of the breakaway territory in a military offensive.
The West never does anything to help Armenia. Everything goes to Ukraine instead. pic.twitter.com/STRYh2VzPO
— Ben Kew 🏌️♂️ (@ben_kew) September 25, 2023
Orang-orang Armenia tidak menerima jaminan Azerbaijan terkait hak-hak mereka di wilayah yang terintegrasi tersebut.
Menurut David Babayan, penasihat Samvel Shahramanyan, presiden Republik Artsakh yang memproklamirkan diri, “99,9 persen lebih memilih untuk meninggalkan tanah bersejarah kami.”