TENTANGKITA,JAKARTA – Kaum muda harus mempunyai prioritas memiliki rumah dalam hidupnya, karena bisa berfungsi sebagai aset yang bisa dinikmati sekaligus investasi.
Memiliki rumah sendiri itu wajib menjadi prioritas utama kaum muda dalam hidupnya.
Pakar perencanaan keuangan Prita Ghozie dalam sebuah diskusi mengenai keuangan keluarga di Jakarta beberapa waktu lalu menyatakan makna “prioritas” itu berarti harus benar-benar berkomitmen untuk membelinya.
Untuk itu kita sudah harus membuat perencanaan, tentang bagaimana cara mendapatkan rumah itu sejak mulai memiliki penghasilan sendiri.
“Yaitu, dengan menyisihkan sebagian penghasilan secara berkala untuk uang muka rumah sejak awal kamu mulai bekerja,” kata dia.
Pembelian rumah itu juga sebaiknya menggunakan kredit pemilikan rumah/apartemen (KPR/KPA) dari lembaga keuangan. Ini agar pembayarannya bisa cicilan dan tidak memberatkan.
BACA JUGA: Pemerintah dukung pengembangan rumah bersubsidi
BACA JUGA: Peserta BPJS Ketenagakerjaan bisa cicil rumah
Kamu perlu terlebih dulu melakukan window shopping produk KPR/KPA dari berbagai bank, sebelum memilih yang paling sesuai dengan kemampuan finansial kamu.
Di internet informasinya sangat banyak, disertai simulasinya. Yang harus dilihat pada kredit rumah itu adalah tingkat bunga, persyaratan uang muka, dan tenor atau jangka waktu kreditnya.
“Jadi, tentukan dulu kemampuan finansial kamu, baru window shopping kredit rumah yang cocok,” ujar Prita.
Setelah nanti mulai mencicil KPR/KPA itu, kamu sebagai debitur (peminjam) harus fokus pada bagaimana melunasi kredit itu secepat mungkin.
“Misalnya, kalau ada pendapatan tambahan atau bonus, sebagian gunakan untuk mengurangi utang pokok sehingga angsuran KPR selanjutnya lebih ringan. Begitu terus sehingga kreditnya bisa cepat lunas,” jelasnya.
Sah, Besaran Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI 2022 Diteken Anies: Rp4,454 Juta
Hidup lebih fleksibel
Menurut founder ZAP Finance itu, punya rumah sendiri itu penting karena itu berarti kita memiliki aset tetap sekaligus menjadi investasi.
“Setiap orang perlu punya aset tetap seperti rumah dalam hidupnya. Kalau hanya menyewa, kita akan sengsara di masa tua,” kata Prita.
Punya rumah sendiri juga membuat hidup kita bisa lebih fleksibel. Kita tidak mungkin selamanya tinggal di rumah orang tua atau mertua, apalagi kalau sudah berkeluarga.
Pasti ada saja masalahnya, sehingga hidup kita pun jadi tidak bisa fleksibel.
Prita merumuskan pembagian pengeluaran setiap bulan setelah seseorang mulai mencicil kredit rumah. Yaitu, 5% untuk zakat atau infak, 10% untuk dana darurat, 25-30% untuk cicilan rumah, 10-15% untuk investasi, sisanya sekitar 40% baru untuk biaya rutin dan gaya hidup.
“Untuk bisa memenuhi pembagian pengeluaran seperti itu, mau tak mau harus ada penyesuaiah gaya hidup dengan penghasilan,” terang dia.
Prita menyatakan, kaum muda saat ini memang cenderung lebih sulit membeli rumah, karena begitu banyak penawaran produk di gadget-nya.
Akibatnya, mereka jadi abai menyisihkan dana untuk kebutuhan primer seperti rumah.
Kalaupun mereka mengajukan kredit rumah, banyak bank menolak karena kemampuan finansialnya tidak mencukupi.
Berbagai survei mengungkapkan, sebenarnya kebanyakan kaum muda menempatkan punya rumah sendiri sebagai prioritas dalam hidupnya.
Namun, komitmen populasi berusia 25-35 tahunan itu merealisasikan prioritas itu masih rendah.
Itu terlihat dari sedikitnya mereka yang secara konsisten menyisihkan penghasilannya untuk uang muka rumah.
Jangan heran, saat ini tingkat kepemilikan rumah kelompok milenial di Indonesia hanya sekitar 30 persenan.
Padahal, sekarang membeli rumah sangat gampang, karena bank-bank dan pengembang banyak sekali menawarkan kemudahan.
Bank Indonesia bahkan tidak mewajibkan adanya uang muka bagi pembeli rumah pertama dengan luas 70 m2 ke bawah.
Bank-bank umumnya juga mensyaratkan depe yang kecil bagi pembeli rumah pertama yang lazimnya untuk dihuni sendiri itu.
Cara Mendesain Kamar Anak agar Lebih Mandiri dan Bertanggungjawab