Jumat, 22 November 2024

Dampak Kebijakan 5 Hari Sekolah Dianggap Memberatkan, Ini Alasan NU

Kebijakan lima hari sekolah dianggap merupakan terjemahan 'liar' dari aturan lima hari kerja pada Peraturan Presiden yang menyangkut tentang Hari Kerja dan Jam Kerja Instansi Pemerintah

Hot News

TENTANGKITA.CO– Kebijakan lima hari sekolah dianggap merupakan terjemahan ‘liar’ dari aturan lima hari kerja pada Peraturan Presiden yang menyangkut tentang Hari Kerja dan Jam Kerja Instansi Pemerintah dan Pegawai Aparatur Sipil Negara alias Perpres Nomor 21 tahun 2023.

Menyoroti hal itu, Psikolog dari Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta, Rakimin menjelaskan penerapan kebijakan lima hari sekolah (full day school) memiliki sejumlah dampak psikologis yang bisa dialami siswa dan guru. “Sistem sekolah lima hari dalam seminggu dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan pada murid dan guru,” ujar Rakimin melansir NU Online Sabtu 23 September 2023.

Rakimin menilai, kebijakan lima hari sekolah dapat mengakibatkan perubahan signifikan dalam rutinitas siswa yang dapat memicu stres.

BACA JUGA:Mulai 1 Oktober, Kendaraan Tak Lolos Uji Emisi Bayar Parkir Rp7.500 Sejam

Jam belajar yang lebih lama dalam satu hari, bersama dengan pekerjaan rumah yang meningkat, dapat menyebabkan tingkat stres dan kecemasan yang lebih tinggi pada murid. Mereka mungkin merasa tertekan oleh tuntutan akademik,” tutur Rakimin.

Ia melihat, kepadatan jadwal yang disebabkan oleh penerapan kebijakan lima hari sekolah dapat menyebabkan kelelahan mental pada murid, yang dapat mengurangi konsentrasi, motivasi, dan kemampuan untuk belajar dengan baik.

Sistem ini, sambung dia, dapat mengurangi waktu luang murid untuk bersosialisasi, bermain, atau mengejar hobi, yang penting untuk perkembangan sosial dan emosional mereka. Selain itu, beberapa murid juga berpotensi mengalami penurunan kualitas tidur lantaran berkurangnya jam tidur karena harus bangun lebih awal untuk sekolah atau menjalani jadwal yang padat.

“Hal ini dapat berdampak negatif pada kualitas tidur mereka,” ucap dia. Dampak psikologis penerapan kebijakan lima hari sekolah tak hanya menyasar murid semata. Rakimin mengatakan bahwa guru juga menjadi pihak yang terdampak.

BACA DEH  Pneumonia Ancaman Serius bagi Anak-Anak, Kematian Terjadi Setiap 43 Detik

Guru, terangnya, dapat mengalami kelelahan emosional karena harus mengatasi tuntutan tinggi dalam mengelola kelas dan membantu murid yang mungkin menghadapi stres akademik.

Sistem tersebut juga dapat meningkatkan stres guru terkait hasil akademik murid mereka. Mereka sangat mungkin merasa tertekan untuk mencapai hasil yang baik dalam waktu yang terbatas. Selain itu, guru yang merasa terburu-buru dalam menyampaikan materi pelajaran atau memiliki sedikit waktu untuk merencanakan pelajaran mereka mungkin mengalami penurunan kepuasan kerja.

BACA JUGA:KLJ 2023 Sudah Terdistribusi ke Rekening Hari Ini, Kapan KAJ, KPDJ dan KPRAJ Juga CAIR?

“Beban kerja yang tinggi dan stres yang berkelanjutan dapat berdampak pada kesehatan mental guru, seperti risiko mengalami burn out atau depresi,” katanya.

Maka itu, Rakimin menilai bahwa dalam mengatasi dampak psikologis ini, penting bagi sekolah dan institusi pendidikan untuk memperhatikan dukungan yang diberikan kepada murid dan guru.

“Ini bisa mencakup program kesejahteraan mental, strategi manajemen waktu, dan perencanaan pelajaran yang efektif untuk mengurangi stres dan meningkatkan kualitas pendidikan,” tutup dia.

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Piala Dunia FIFA 2026: Ini Syarat Indonesia Lolos

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Peluang Indonesia menjadi  satu dari dua negara di Grup C yang lolos  dari babak ketiga Kualifikasi...