TENTANGKITA.CO- Kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya belakangan cukup buruk. Menurut situs pemantauan udara IQAir, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta pada Senin 28 Agustus 2023 tergolong tidak sehat, yakni mencapai angka 154.
Dokter spesialis paru Aisah Wardani menjelaskan, polusi udara menyebabkan gangguan kesehatan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ia merinci dampak polusi udara ke dalam jangka panjang dan jangka pendek.
Jangka pendek dari polusi udara yakni terkena ISPA. Bentuknya seperti batuk, nyeri di tenggorokan, radang tenggorokan, iritasi atau keluhan mata merah, bersin-bersin. Polusi udara juga menyebabkan permasalahan di kulit.
BACA JUGA:Pendaftaran Beasiswa Lakpesdam PBNU Dibuka Hingga September, CEK Syarat dan Cara Daftar LENGKAP
“Dampak panjang mulai paling berat kanker paru, TBC, paru obstruksi kronis, asma, dan pneumonia,” jelas dr.Aisah melansir portal resmi NU Online.
Lebih lanjut, dr Aisah menerangkan kalau merujuk pada Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta yang rata-rata masuk kategori tidak sehat, maka polusi udara di ibu kota bisa disebut berbahaya untuk semua orang termasuk kelompok rentan seperti anak, ibu hamil dan lansia.
“Polusi dampaknya pada semua Masyarakat. Tapi untuk pasien yang usia rentan seperti anak-anak usia yang baru proses pembentukan imun, orang tua yang imunnya turun karena faktor usia. Bahkan pada usia produktif yang memiliki penyakit komorbid itu lebih mudah terdampak,” ujarnya.
Ibu hamil, lanjut Aisah, paling berisiko karena menyebabkan janin lahir dengan berat badan rendah dan panjang tubuh menjadi lebih pendek. Orang yang sehat pun bisa terdampak.
“Sekarang makin banyak pasien-pasien yang sehat-sehat saja tapi kemudian terjadi batuk dan pilek berkepanjangan lama sekali baru bisa sembuh,” kata Pengurus Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) Jawa Timur itu.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penyakit pernapasan (resporatory deseases) atau infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Jakarta naik mencapai 200.000 kasus.
Jumlah ini meningkat empat kali lipat dibandingkan saat pandemi Covid-19. Menurutnya, saat masa pandemi, penyakit ISPA hanya mencapai sekitar 50.000 kasus.
Budi Gunadi lantas tidak memungkiri bahwa peningkatan itu merupakan sebab dari memburuknya polusi udara di kota besar, seperti DKI Jakarta.
BACA JUGA:Dinsos Tegaskan Pendaftaran DTKS 2023 Dibuka Resmi Hanya Untuk 4 Program Bansos DKI Ini, Apa Saja?
“Di Jakarta kita lihat, sebelum pandemi Covid-19 sekitar 50.000-an orang yang kena, sekarang sudah naik hingga 200.000 kasus. Itu ada akibatnya dari polisi udara,” kata Budi Gunadi.