TENTANGKITA.CO– Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Amsal Bakhtiar menyebut ada hotel bintang 5 di dalam Pondok Pesantren Al Zaytun.
Pernyataan itu terlontar saat dirinya memenuhi undangan pada perayaan hari ulang tahun (ultah) Panji Gumilang ke 77 di Al Zaytun, Minggu 30 Juli 2023.
Amsal Bakhtiar awalnya menceritakan soal awal pertemuannya dengan Panji Gumilang yang satu almamater di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Keduanya bertemu pada Tahun 1998, saat menjadi pengurus Ikatan Alumni UIN (IKALUIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
“Kita pernah bersama 2 periode di Ikatan alumi UIN atau dulu bernama IAIN. Panji sebagai Ketua IKALUIN dan saya wakilnya,” katanya.
Saat mengurus itu, kata dia, dirinya seringkali mengunjungi Pesantren Al Zaytun yang menjadi tempat pertemuan rapat.
Baca Juga: Ini Kata Dinsos DKI Soal Pencairan KAJ, KLJ, KPDJ dan KPARJ, Mohon …
“Dulu sering rapat di sini menginap di hotel dan …,” katanya.
Belum selesai, Panji Gumilang lantas memotong pernyataan tersebut dan membenarkan, jika ‘hotel’ Al Zaytun hanyalah wisma tamu.
“Nanti ada yang marah,” katanya.
Kendati demikian, Amsal Bakhtiar tetap kekeh mengatakan itu sebagai hotel karena fasilitasnya yang menurutnya sangat baik.
“Karena itu sama dengan hotel bintang 5, jadi saya ngggk bisa katakan itu wisma tamu,” katanya.
Bukan Hotel Al Zaytun
Sebelumnya, Panji Gumilang menegaskan jika di Al Zaytun tidak memiliki usaha hotel di dalam lingkungan pondok pesantren.
Menurutnya, penyebutan hotel Al Zaytun adalah tidak benar, karena itu adalah fasilitas bagi wali santri yang ingin menginap saat mengunjungi anaknya.
“Al Zaytun tidak punya hotel, hanya punya wisma tamu yang diperuntukkan untuk tamu dan wali santri tatkala berkunjung dan ingin menginap,” kata Panji Gumilang saat isi ceramah Salat Jumat, 28 Juli 2023.
Baca Juga: Ulang Tahun ke 77, Panji Gumilang Sebut Golkar Menang 100 Persen Hanya di Al Zaytun Pada 1999
Namun, Panji tidak menampik jika para wali santri harus merogoh kantongnya demi bisa menginap di wisma tamu Al Ishlah Al Zaytun.
Untuk menginap di Wisma Al Zaytun, para tamu dikenakan biaya sebesar Rp250.000 per malam.
Menurut Panji, uang tersebut adalah sebagai ganti dari biaya perawatan gedung sehingga dimaknai sebagai sedekah.
Besaran sedekah ini sudah berlaku, kata dia, dari tahun 2000 sampai saat ini dengan nilai yang tidak berubah.
Baca Juga: Pramusim Liga Inggris 2023/2024: Atletico Madrid Hajar Man City 2-1, Pencetak Gol dan Hasil Lain
“Karena itu perlu perawatan maka setiap tamu yang menggunakan kamar itu memberikan shodaqoh 10 sak semen, yang ketika itu harganya Rp25.000, jadi maknanya memberikan shodaqoh Rp250.000,” katanya.