Jumat, 22 November 2024

Hilangkan Label Gender Kepemimpinan Perempuan Bisakah? Ini Kata Yenny Wahid

Politisi dan Aktivis Perempuan, Yenny Wahid menyatakan pentingnya menghilangkan label gender pada kepemimpinan perempuan. Menurutnya, penting untuk melihat pemimpin sebagai seorang pemimpin, tanpa peduli lelaki atau perempuan.

Hot News

TENTANGKITA.CO– Politisi dan Aktivis Perempuan, Yenny Wahid menyatakan pentingnya menghilangkan label gender pada kepemimpinan perempuan. Menurutnya, penting untuk melihat pemimpin sebagai seorang pemimpin, tanpa peduli lelaki atau perempuan.

“Jadi kalau saya disebut women leader agak keberatan. Kalau saya dibilang pemimpin maka cukup disitu saja pemimpin, tidak perlu women leader karena male leader, pemimpin laki-laki tidak pernah ditaruh gender dibelakangnya”, ujarnya dalam siaran pers.

Melihat bias gender yang masih terjadi, Yenny berharap semua saja bisa membiasakan agar kesetaraan gender langsung bisa dipraktekkan dalam hidup sehari-hari. Meski diakui tetap saja terdapat perbedaan antara pemimpin perempuan dan pemimpin laki-laki.

BACA JUGA: Info Terbaru KLJ Cair Pertengahan Juli 2023, Begini Cara Daftar dan LINK Lengkap LUMAYAN untuk Belanja Beras dan Telur

Salah satunya, menurutnya, adalah karakteristik perempuan yang mengedepankan pembangunan konsensus dan harmoni sehingga ketika menduduki posisi strategis maka seorang perempuan akan berusaha untuk mencari titik temu.

“Selain itu, kepemimpinan perempuan dalam politik merupakan hal yang penting karena hanya perempuan yang mampu dan mau memperjuangkan isu-isu yang penting bagi perempuan itu sendiri”, ucapnya.

Dalam kesempatan ini, Yenny Wahid juga memaparkan pengalamannya dalam menjalankan program Peace Village dari Wahid Foundation, yang berfokus dalam memperjuangkan dan memberdayakan masyarakat desa, salah satunya memberdayakan perempuan-perempuan di desa.

Fisipol Leadership Forum bertajuk Woman Political Leadership: To Unite What Male Politicians Have Divided diselenggarakan Election Corner Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (EC FISIPOL UGM). Disamping menghadirkan narasumber seorang politikus dan aktivis perempuan Zannuba Ariffah Chafsoh atau akrab disapa Yenny Wahid, dialog publik juga mengundang dua penanggap Desintha Dwi Asriani, Dosen Sosiologi Fisipol UGM dan Maskana Putri Salwa, Pimpinan Dema Fisipol UGM, dan dipandu Obed Kresna (Program Manajer PARES Indonesia).

BACA DEH  Pneumonia Ancaman Serius bagi Anak-Anak, Kematian Terjadi Setiap 43 Detik

BACA JUGA:Daftar 15 SMA Swasta SULTAN Keren Kualitas Terbaik di Yogyakarta, Sekarang Masih Buka!

Wawan Mas’udi, Ph.D selaku Dekan Fisipol UGM mengatakan Fisipol Leadership Forum (FLF) adalah forum untuk menghadirkan tokoh-tokoh yang memiliki gagasan dan kepemimpinan yang kuat. Keberadaan forum ini adalah untuk mendiseminasikan gagasan dan pengalaman kepemimpinan tersebut kepada segenap mahasiswa dan civitas akademika.

Forum ini diharapkan mampu berfungsi sebagai ranah diskusi yang membahas isu pemilu yang substantif ketimbang prosuderal, dengan mencoba melihat isu mendasar yang perlu untuk didiskusikan. Election Corner sebuah program penguatan demokrasi, baik dalam lingkup elektoral maupun dalam lingkup lebih luas.

“Program Election Corner ini akan berlangsung secara multi years, hingga tahun 2024 dan setelahnya, dengan sejumlah cakupan, termasuk pendidikan kewargaan dan kepemiluan, Fisipol Leadership Forum (FLF), bedah program kandidat, kinerja penyelenggara pemilu, dan tema-tema lainnya yang terkait”, katanya.

Desintha Dwi Asriani dalam kesempatan ini memberikan refleksi pentingnya untuk melakukan undoing gender, terutama ketika perempuan ingin menduduki posisi strategis dalam jabatan publik. Menurutnya, kepemimpinan perempuan dalam menghadapi krisis dan bencana telah dibuktikan secara historis dalam sejarah manusia.

BACA JUGA:Jangan Sampai Tabungan Miliaran Rupiah Bablas, Ini Solusi Jika Terlanjur Klik Undangan Pernikahan Format APK Pdf Modus Penipuan

Ia juga menekankan pentingnya kesadaran terhadap woman empowerment tidak hanya oleh perempuan, namun juga oleh masyarakat di sekitarnya. Perlu ada usaha untuk mendorong penerimaan masyarakat terhadap woman empowerment yang akan bermuara pada keberhasilan perempuan sebagai pemimpin politik di Indonesia.

Maskana Putri Salwa sebagai perwakilan anak muda menyampaikan tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh perempuan, dimana terdapat permasalahan internal terkait berupa keraguan perempuan dalam kualitas dan apa yang bisa ia capai, dan permasalahan eksternal, berupa stigma masyarakat yang mengkotakkan perempuan dalam kodrat dapur, sumur, kasur.

BACA DEH  Pneumonia Ancaman Serius bagi Anak-Anak, Kematian Terjadi Setiap 43 Detik
Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Piala Dunia FIFA 2026: Ini Syarat Indonesia Lolos

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Peluang Indonesia menjadi  satu dari dua negara di Grup C yang lolos  dari babak ketiga Kualifikasi...