Jumat, 22 November 2024

Laksda T.S.N.B. Hutabarat, Sosok Penjaga Laut Saat KTT G20 Digelar di Bali

Puluhan kapal yang mengamankan KTT G20 ada di bawah koordinasi Satgasla yang dipimpin oleh Laksamana Muda TNI T.S.N.B. Hutabarat, Panglima Komando Armada II yang bermarkas di Surabaya

Hot News

TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Pertemuan pemimpin negara-negara G20 atau KTT di Bali 15-16 November 2022 lalu, juga menjadi ajang unjuk kekuatan laut Indonesia.

Belasan kapal perang berbaris dan berpatroli pada sisi Selatan atau sisi laut Apurva Hotel, tempat para pemimpin-pemimpin dunia itu melangsungkan pertemuan. Saat itu tak kurang dari 14 kapal perang canggih melindungi dan memagari Pulau Bali dari ancaman-ancaman selama 24 jam penuh.

Puluhan kapal itu ada di bawah koordinasi Satgasla yang dipimpin oleh Laksamana Muda TNI T.S.N.B. Hutabarat, Panglima Komando Armada II yang bermarkas di Surabaya.

Baca jugaHARI GURU NASIONAL: Mereka yang Membentuk Kami

Sebagai Pangkoarmada II, kawasan yang menjadi tanggung jawabnya meliputi wilayah perairan dan yurisdiksi Indonesia di seluruh Kalimantan, kecuali Pontianak, seluruh Sulawesi, wilayah Pulau Jawa mulai perbatasan Cirebon ke arah Timur dan seluruh wilayah Timur Indonesia kecuali Maluku dan Papua.

Laksda Cokky, bukan orang baru dalam tugas menjaga keamanan laut nusantara ini. Dia telah malang melintang menjalankan tugas, pendidikan dan latihan. Demikian juga saat menjadi Komandan Satgasla yang membawahi puluhan kapal, tentu saja bukan hal yang baru bagi Cokky.

Laksda T.S.N.B. Hutabarat (kanan) dan KASAL Laksamana TNI Yudo Margono
Laksda T.S.N.B. Hutabarat (kanan) dan KASAL Laksamana TNI Yudo Margono

Pada 2016, dia dipercaya sebagai Dansatgas Multilateral Naval Exercise Komodo yang dilaksanakan di perairan Padang, Sumatera Barat dan sekitarnya. Pada saat itu kegiatan yang dilaksanakan adalah Fleet Review, Western Pacific Naval Symposium (WPNS) dan Latihan Maritime Peace Keeping Operation yang melibatkan 50 kapal, dengan keterlibatan angkatan laut dari 39 negara. Latihan Multilateral angkatan laut ini merupakan kegiatan latihan militer pertama yang ditinjau dan dibuka oleh Presiden Joko Widodo.

Dia juga menjadi salah satu tokoh dibalik pengusiran Kapal Cina yang melintas batas memasuki wilayah Indonesia di Laut Natuna Selatan. Pada saat dirinya menjabat Komandan Guspurla Koarmabar pada 23 Juni 2016, terjadi penembakan terhadap kapal nelayan China oleh Kapal perang Indonesia. Presiden Jokowi kemudian melakukan rapat dengan berlayar di laut Natuna Utara di atas KRI Imam Bonjol- 383 yang berada di bawah komandonya.

BACA DEH  Pneumonia Ancaman Serius bagi Anak-Anak, Kematian Terjadi Setiap 43 Detik

Demikian pula ketika dirinya menjabat sebagai Deputi Operasi dan Latihan Bakamla pada 2020, terjadi peristiwa pengusiran kapal China Coast Guard oleh Bakamla. Saat itu, Presiden Jokowi merespons dengan dan meninjau kekuatan TNI AL dan Bakamla di sekitar Kepulauan Natuna.

Pada 7 September  2022, ketika salah satu Pesawat Bonanza T – 2503 mengalami kecelakaan dan jatuh ke laut di Selat Madura, Cokky yang menjabat Panglima Koarmada II menunjukkan sikap sigap dan profesional.

Dia terjun langsung memimpin upaya penyelamatan pesawat tersebut. Tidak lebih dari 24 jam telah berhasil ditemukan dan dievakuasi, diangkat, ke atas geladak Kapal KRI Soputan – 923.

Baca jugaIkatisa31 Gelar Family Fun Walk Alumni SMA 31 Awal Tahun

Pengamanan laut KTT G20 di Bali
Pengamanan laut KTT G20 di Bali

Tantangan pengamanan G20

Saat menjalankan tugas pengamanan KTT G20, Cokky mengaku mendapat dukungan dan perhatian yang besar dari KASAL Laksamana TNI Yudo Margono.

Salah satu arahan Laksamana Yudo adalah agar seluruh kekuatan Satgasla dilengkapi dengan rudal, torpedo, bom Laut, roket anti kapal selam dan amunisi penuh.

Cokky menerapkan strategi pengamanan dengan menabiri sekeliling Pulau Bali dengan sektor-sektor patroli. Tidak hanya patroli oleh 14 kapal di bawah komando dirinya, tapi juga kapal-kapal perang lain yang sehari hari beroperasi di bawah komandonya selaku Panglima Koarmada II.

Strategi berikutnya adalah membentuk lapisan-lapisan pengamanan khususnya di lokasi-lokasi strategis, misalnya di sekitar Hotel Apurva, tempat di mana G20 berlangsung,  dengan menjaga laut mulai dari pantai, laut teritorial hingga bersinggungan dengan sektor sektor patroli yang telah terbentuk dan mengelilingi Pulau Bali.

Satgasla juga memantau kapal fery antarpulau yang datang dan pergi menuju Bali dan dan memeriksa perahu-perahu dan nelayan yang mencurigakan.

BACA DEH  Pneumonia Ancaman Serius bagi Anak-Anak, Kematian Terjadi Setiap 43 Detik

Satgasla juga mengawasi kapal yang melintas di ALKI, menjamin keselamatan pengguna laut yang melakukan lintas damai namun menjaga agar kapal kapal tersebut tidak keluar dari jalur ALKI yang telah ditentukan.

Pola operasi tersebut memanfaatkan kemajuan teknologi yaitu kemampuan surveilans dan pemantauan dari Puskodal TNI AL serta VTS.

Baca jugaKABAR KOMUNITAS ALUMNI SMP 74: Tri Andayani (74-89) Jadi Dirut PT Pelni

“Satgasla ini harus menjaga keamanan G20 dan menegakkan kedaulatan, hukum dengan kondisi yang berbeda dibanding Satgas lainnya,” ujar dia.

Pengamanan perairan Bali saat berlangsung KTT G20
Pengamanan perairan Bali saat berlangsung KTT G20

“Tugas yang dijalankan Satgasla bukan hanya di wilayah teritorial Indonesia, melainkan berada di wilayah atau rezim laut yang merupakan sovereignty (kedaulatan penuh) dan sovereign right (Hak berdaulat),” lanjut dia.

Dengan demikian, di satu sisi, keamanan peserta G20 harus terjamin sehingga harus ada pembatasan dari pihak yang mendekat, di sisi lain kebebasan kapal yang melintas juga harus dijamin.

 

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Piala Dunia FIFA 2026: Ini Syarat Indonesia Lolos

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Peluang Indonesia menjadi  satu dari dua negara di Grup C yang lolos  dari babak ketiga Kualifikasi...