Jumat, 22 November 2024

Terus Terusan Belajar di Usia Senja Jauhkan dari Demensia, Ini Penjelasannya!!

Berbagai macam penyakit usia senja seperti hipertensi, stroke, diabetes dan yang akhir akhir ini banyak gejala yakni demensia.

Hot News

TENTANGKITA.CO- Jika usia sudah senja seringkali banyak penyakit mudah menyerang. Berbagai macam penyakit seperti hipertensi, stroke, diabetes dan yang akhir akhir ini banyak gejala yakni demensia.

Demensia adalah sebuah kondisi dan sekumpulan gejala yang memengaruhi kemampuan fungsi kognitif otak dalam mengingat, berpikir, bertingkah laku, dan berbicara.

Namun Anda tidak perlu khawatir, seperti dilansir dari laman Study Find melansir PMJ News sebuah studi baru telah menemukan bahwa orang dewasa tua yang mengikuti kelas pembelajaran dapat menurunkan risiko demensia.

BACA JUGA:GAWAT!! Tersangka Kasus Human Perdagangan Manusia Capai Hampir Seribu Orang, Berapa Jumlah Korban?

Para ilmuwan di Institute of Development, Aging, and Cancer (IDAC) Tohoku University mengatakan bahwa memilih untuk mengikuti kelas keterampilan, bahasa, atau hobi baru di usia paruh baya dapat membantu melindungi otak.

“Di sini kami menunjukkan bahwa orang yang mengikuti kelas pembelajaran apapun memiliki risiko lebih rendah terkena demensia lima tahun kemudian,” ungkap penulis studi, Dr Hikaru Takeuchi.

“Pendidikan orang dewasa juga dikaitkan dengan pelestarian penalaran nonverbal yang lebih baik dengan bertambahnya usia,” sambungnya.

Bekerjasama dengan rekan penulis studi sekaligus seorang profesor Dr Ryuta Kawashima, Dr Takeuchi menganalisis data yang awalnya dikumpulkan oleh UK Biobank. Sebuah proyek penelitian yang sedang berlangsung yang telah mengumpulkan informasi genetik, kesehatan, dan medis dari sekitar setengah juta sukarelawan Inggris.

Mereka menganalisis total 282.421 peserta Biobank untuk penelitian ini secara khusus. Mereka awalnya mendaftar antara tahun 2006 dan 2010 dan berusia 40 hingga 69 tahun pada saat pendaftaran. Para peneliti melacak mereka selama rata-rata tujuh tahun.

BACA JUGA:Meski Dijuluki Kawasan dengan Kualitas Udara Paling Buruk, Intip Pesona Tempat Legendaris di Kota Depok

Kemudian, berdasarkan genotipe setiap orang pada 133 single-locus polymorphisms (SNPs) yang relevan dalam dalam DNA mereka, tim memberi setiap peserta ‘skor risiko poligenik’ prediktif untuk demensia.

Para orang dewasa ini juga diminta untuk melaporkan apakah mereka pernah mengikuti kelas pembelajaran, tanpa memberikan rincian mengenai frekuensi, mata pelajaran, atau tingkat akademis.

Tim peneliti memilih untuk fokus pada data dari kunjungan pendaftaran awal peserta serta penilaian tindak lanjut ketiga yang dilakukan antara tahun 2014 dan 2018.

Selama kunjungan tersebut, para peserta menyelesaikan serangkaian tes psikologis dan kognitif yang mencakup berbagai hal. Termasuk kecerdasan fluid, memori visuospasial, dan waktu reaksi. Secara keseluruhan, 1,1 persen dari orang-orang ini mengalami demensia.

Penulis studi menemukan bahwa orang yang mengikuti kelas pembelajaran pada saat pendaftaran, memiliki risiko 19 persen lebih rendah terkena demensia dibandingkan peserta lainnya.

Hal ini tetap berlaku tanpa memandang etnis. Menariknya, hasilnya tetap serupa bahkan setelah orang-orang dengan riwayat medis diabetes, hiperlipidemia, penyakit kardiovaskular, kanker, atau penyakit mental.

Dr Takeuchi mengusulkan agar uji klinis secara acak dilakukan dalam waktu dekat untuk memvalidasi lebih lanjut efek kognitif protektif dari pendidikan orang dewasa.

“Ini bisa berbentuk uji coba terkontrol di mana satu kelompok peserta didorong untuk berpartisipasi dalam kelas pendidikan orang dewasa, sementara yang lain didorong untuk berpartisipasi dalam intervensi kontrol dengan interaksi sosial yang setara, tetapi tanpa pendidikan,” tukasnya.

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Piala Dunia FIFA 2026: Ini Syarat Indonesia Lolos

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Peluang Indonesia menjadi  satu dari dua negara di Grup C yang lolos  dari babak ketiga Kualifikasi...