TENTANGKITa.CO – Silakan simak pembahasan tentang keterkaitan antara pensiun dini dengan risiko demensia atau yang di sini lebih dikenal dengan istilah pikun.
Anda sudah merasa jenuh dengan rutitinas bekerja dan hendak mengajukan pensiun dini? Atau Anda sudah mengambil keputusan untuk mempercepat jadwal pensiun?
Bagi yang mau mengambil keputusan rehat dari dunia kerja dengan pensiun dini mungkin studi ini bisa menjadi referensi sebelum memutuskan “oke, saya ambil pensiun dini.”
Atau bagi yang sudah mengambil keputusan, studi yang diterbitkan di Journal of Economic Behavior & Organization juga dapat referensi untuk mengisi waktu-waktu setelah pensiun dini.
BACA JUGA: Sering Lupa? Jangan Anggap Enteng Lho, Bisa Jadi Itu Gejala Awal Demensia alias Pikun
BACA JUGA: Pendaftaran Penerima KJP dan KJMU Tahap 1 Tahun 2023 Sudah Dibuka: Cek di Sini
Secaara umum, menurut studi tersebut, keputusan pensiun dini bisa saja berpotensi memperburuk kesehatan. Menurut penelitian itu, pensiun dini justru dapat mempercepat penurunan kognitif pada masa dewasa akhir.
Studi tersebut berlangsung dengan meneliti program pensiun formal yang diperkenalkan China di pedesaan negara itu pada 2009. Program yang disebut New Rural Pension Scheme (NRPS) bertujuan untuk memerangi kemiskinan pada usia senja.
Seperti dilansir dari laman Fox News, Senin 23 Januari 2023 yang dikutip pmjnews.com, para peneliti mengamati para peserta yang mengikuti program New Rural Pension Scheme.
Desain penelitian dan studi tersebut bermaksud untuk mendeteksi efek kausalitas dari pensiun dini terhadap gangguan kognitif.
BACA JUGA: Kartu Lansia Jakarta (KLJ) 2023 Kapan Cair, Bareng KJP Maret 2023? Tahun Lalu Sih Bareng Tapi…
BACA JUGA: Pendaftaran Penerima KJP Tahap 1 Tahun 2023: Simak Jadwal Lengkap di Sini
Dari studi tersebut, peneliti mendapatkan fakta bahwa isolasi sosial yang meningkat sangat terkait dengan penurunan kognitif yang lebih cepat di kalangan orang tua.
Para peneliti mendapati bahwa indikator penurunan kognitif yang paling signifikan adalah daya ingat yang tertunda, yang diketahui dari penelitian sebelumnya sebagai prediktor penting demensia.
“Salah satu masalah terberat dalam penelitian ilmu ekonomi dan sosial adalah menentukan apakah hubungan antara dua variabel bersifat kausal atau kebetulan,” jelas penulis utama Plamen Nikolov.
Studi ini juga menyoroti manfaat berinteraksi dengan orang lain seiring bertambahnya usia.
“Ketika kita berinteraksi dengan orang, setidaknya ada dua komponen yang bermanfaat bagi Anda,” ujarnya.
BACA JUGA: Tips Membantu Mengurangi Mata Panda
BACA JUGA: Kartu Lansia Jakarta (KLJ) 2023 Cair Mulai Maret? Ini Jawaban Dinsos DKI Jakarta
Menurut Nikolov, keterhubungan sosial dapat menghasilkan umpan balik positif dari kesejahteraan sosial, emosional, dan fisik.
Manfaat kedua dari jejaring sosial secara alami meningkatkan stimulasi mental dan intelektual.
Demikian pembahasan tentang pensiun dini berpotensi mempercepat risiko demensia atau pikun. Semoga bermanfaat.