TENTANGKITA.CO – Kreativitas tidak [selalu] lahir dari mereka yang bergelimangan harta. Dari ruang yang sempit, bisa lahir karya besar dan mensejahterakan banyak orang. Ditambah adanya dukungan penuh dari lembaga terkait.
Hipotesa itu dibuktikan oleh Syonita. Wanita yang lahir dari keluarga yang tidak bergelimang harta dan petani kecil di perkotaan mampu menembus keterbatasan.
Dengan kreatif, wanita ini bukan hanya mengolah sejumlah potensi ekonomi di depan matanya. Sebutlah misalnya lahan di rumah dan keberadaan para sahabatnya. Selain dia melihat ada ‘raksasa ekonomi’ tertidur di sana berupa lahan rumah yang sempit dan di sekitar dirinya.
Tapi, tidak hanya sebatas itu. Lebih dari itu, menurut pnm.co.id, dia mampu menggerakkan para anggotanya di PNM Mekaa KS Tubun mengoptimalkan lahan rumahnya yang sempit. Mereka menyulap lahan rumah yang sempit menjadi salah satu alat penggerak ekonomi.
Baca Juga
- KIAT BISNIS: Hani Hadiyanti, Binaan PNM yang Tembus Keterbatasan Sosok Disabilitas
- Generasi Milenial Kerja 6 Tahun Bisa Bangun Rumah? Simak Pengalaman Nuni Yulianti, Insan PNM, Ini Deh
Ketua kelompok nasabah PNM Mekaar KS Tubun itu menyulap lahan rumahnya menjadi area urban farming dalam program BRI Menanam. Bersama anggota kelompok Mekaar yang berada di bawah koordinasinya, Ita, panggilan wanita itu, belajar menanam dan merawat bibit hingga musim panen tiba.
Ia bersama anggota kelompoknya bergiliran mengelola kebun dan memanfaatkan tanaman hasil panen untuk kebutuhan sehari-hari. “Kalau pas hasil panen berlebih, kita juga bagi-bagi ke tetangga sekitar sini,” paparnya.
Salah satu tanaman yang kini dibudidayakan adalah ragam labu. Ini terkait atau beriringan dengan program pemerintah. Di mana tanaman labu madu memiliki banyak nutrisi penting. Biji labu juga punya potensi sebagai makanan fungsional pencegah stunting pada anak-anak.
“Kalau pas hasil panen berlebih, kita juga bagi-bagi ke tetangga sekitar sini,” paparnya.
“Saya dan ibu-ibu Mekaar lagi coba budidaya labu madu. Apalagi di sini banyak yang punya anak kecil. Kalau nanti sampai sukses panen bisa dibagi-bagi, supaya tinggi badan anak-anak bagus,” tandas Ita.
Baca Juga
Tapi, dia mengakui, upaya untuk meraih hasil yang optimal saat ini, tidak berjalan begitu saja. Ada era up and down. Jatuh bangun. “Mengelola kebun awalnya jadi kegiatan sampingan saya, karena yang utama berjualan. Tapi kerap mengalami kegagalan. Itu yang membuat saya semakin penasaran. Saya mencoba segala cara hingga berhasil,” tambah Ita.
Menurutnya, hal itu terjadi sama seperti saat dia menghadapi kendala saat menjalankan usaha. Saat usahanya sepi, dia tidak putus langkah.
Setelah berbekal ilmu dari Permodalan Nasional Madani (PNM) –sebagai patner perjuangannya– dan dari berbagai program pelatihan usaha, dia memperoleh tips dan trik. Semua itu dia coba, modifikasi, sampai menemukan solusi yang dirasa pas dalam menjalankan usahanya.
Kini, harapannya, semakin banyak pihak yang mau terlibat mengelola kebun. “Biar hasil panen lebih maksimal,” tutur Ita.