TENTANGKITA.CO – Pertemuan Budiman Sudjatmiko dan Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, seperti ice breaker, memecah keheningan.
Suasana di negeri ini serasa semakin bising. Suara pro-kontra dari sisi kanan dan kiri bermunculan. Bahkan dari belakang…
Dari sisi kebisingan, tidak 100% mirip, tapi 11-12 lah, dengan kisah masa lalu Budiman. Setidaknya dengan kisah bulan Juni 2014, saat Budiman berseteru di media sosial dengan dengan Hutomo Mandala Putra. Perseteruan ini seperti sebuah aroma dendam lama di antara keduanya pada tahun 1998 yang mengakibatkan tumbangnya rezim Orde Baru.
Apalagi jika membandingkan kisah itu dengan peristiwa 1996. Saat Budiman mendeklarasikan Partai Rakyat Demokratik (PRD). Pendirian PRD membuat dirinya masuk ke hotel prodeo oleh pemerintah Orde Baru dan divonis 13 tahun penjara karena dianggap sebagai dalang insiden peristiwa 27 Juli 1996.
Di peristiwa Sabtu Kelabu itu, di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat, terjadi perebutan antar pengurus PDI. Jakarta seperti terbakar akibat peristiwa itu.
Tak ayal, banyak dugaan muncul dari hasil pertemuannya dengan Prabowo Subianto, yang juga Menteri Pertahanan RI. Budiman pindah ke Partai Gerindra. Benarkah? Andre Rosiade, Ketua DPP Gerindra Sumatera Barat pun angkat bicara.
Tahu apa yang dikatakan Andre Rosiade di twitternya [@andre_rosiade] tentang pertemuan Ketua Umum Partai Gerindra dan politis PDIP Budiman Sudjatmiko di Kertanegara? Andre salah satu pengurus Gerindra yang hadir di sana.
Indonesia ini seperti kapal yang besar, Indonesia perlu dikayuh oleh orang yang paham Strategi, Geopolitik, dan juga Sejarah. Karena Bangsa kita harus siap menghadapi krisis yang melanda dunia saat ini.
Itu yang disampaikan oleh Mas Budiman @budimandjatmiko, menurutnya Pak @prabowo salah satu sosok yang terbaik bagi Bangsa Indonesia yang mampu mempersatukan dan melanjutkan Pemerintahan Pak Jokowi di 2024 – 2029.