Rabu, 19 Februari 2025

Belajar Tetap Mencintai dari Bocil di Panti

Alumni SMPN 74 angkatan 83 diterima oleh Bu Molly yang mewakili pengelola panti asuhan. Sedikitnya ada 80 orang yang terlibat mengurus lembaga itu. Sebanyak 15 orang berstatus sebagai aparatur sipil negara (ASN), sisanya honorer. Khusus untuk tenaga pengasuh anak-anak kebanyakan lulusan D3 jurusan perawat.

Hot News

TENTANGKITA.CO, JAKARTA – COKKY SEDIKIT menghempaskan badannya. Sambil melepaskan nafas panjang, dia mengambil tempat di sofa berwarna cokelat gelap di sebuah aula besar. Persis duduk di sebelah Ires.

Sejenak, Cokky yang bernama lengkap TSNB Hutabarat mengangkat tangan kirinya agar lebih dekat ke wajah. Matanya jelas diarahkan ke arloji untuk memastikan alat penunjuk waktunya masih bekerja dengan benar.

“Anak-anak pada muter-muterin jam gue,” kata alumni SMPN 74 tahun 1983 yang kini menyandang pangkat Laksamana Madya alias jenderal Angkatan Laut berbintang tiga kepada St Eries Adlin yang lebih dikenal dengan panggilan Ires.

Menimpali omongan Cokky, Ires malah mengaku kalau kopiah warna cokelat yang dia pakai bahkan dijadikan perahu-perahuan oleh anak-anak yang sama itu.

“Diseret-seret di ubin dengan posisi terbalik. Emang jadi mirip perahu sih kalau dibalik gitu,” kata Ires.

Setelah perbincangan itu, di sofa yang berbeda, Budiarti Setyaningsih juga terlibat dialog kecil dengan Ires.

“Pusing ya Res ngeliat anak-anak itu? Gue bisa bayangin gimana sabarnya para pembimbing yang setiap hari berurusan dengan bocil (bocah kecil) itu,” kata Budi, panggilan akrabnya.

Jumlah bocil yang ngumpul ada 46 anak, rata-rata berusia empat sampai lima tahun. Mereka hadir di aula besar yang terletak di lantai dua gedung Panti Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa yang berlokasi di Cipayung, Jakarta Timur.

Tiga orang yang disebut di atas adalah sebagian dari 15 orang wakil alumni SMPN 74 angkatan 1983. Mereka pada Sabtu 15 Februari 2025 mengunjungi Panti Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa yang berlokasi di Cipayung, Jakarta Timur, untuk menyerahkan bantuan.

Dan, harus diingat nih, komentar Budi, Cokky, dan Ires tidak disampaikan dengan nada keluhan. Justru ada nuansa bahagia meski berbalut rasa sedih. Bagaimana gak trenyuh, para bocil itu adalah mereka yang harus menerima takdir: Dibesarkan di Panti Asuhan!

“Bocil itu ada yang dititipkan orang tua mereka karena alasan ekonomi. Ada yang karena ortunya Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Bahkan ada di antara anak-anak itu yang dibuang orang tuanya,” kata Dian ‘Dee’ Yustisi, salah satu motor kegiatan itu, mengutip penjelasan pengelola panti.

RINDU SOSOK ORTU

Anak-anak itu memang seperti menjadi sulit diatur sejak rombongan wakil alumni SMPN 74 angkatan 1983 memasuki aula panti asuhan. Mereka berebutan mengambil tangan para orang tua itu untuk memberi salim.

Tidak harus menunggu lama, beberapa bocil bahkan sudah bergelendotan di badan beberapa wakil alumni yang hadir. Tidak sedikit kemudian anak-anak itu naik ke bangku, ciri khas bocil di manapun mereka berada.

“Mungkin mereka rindu sosok ayah dan ibu,” kata Yuni Susilaningrum yang biasa dipanggil Yuni.

Secara keseluruhan, Panti Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa milik Pemkot Jakarta Timur itu mengasuh 102 anak. Mulai dari usia 0 hingga 7 tahun.

“Bahkan ada bayi yang masih berusia dua minggu,” kata Dee ketika para alumni berkeliling melihat fasilitas panti asuhan.

Alumni SMPN 74 angkatan 83 diterima oleh Bu Molly yang mewakili pengelola panti asuhan. Sedikitnya ada 80 orang yang terlibat mengurus lembaga itu. Sebanyak 15 orang berstatus sebagai aparatur sipil negara (ASN), sisanya honorer. Khusus untuk tenaga pengasuh anak-anak kebanyakan lulusan D3 jurusan perawat.

Kegiatan berbagi kasih alumni SMPN 74 angkatan 83 di panti asuhan seperti mengalir begitu saja. Selain Dee, nama lain yang pantas disebut menjadi motor dari acara itu adalah Agus Udin. Kebetulan, kedua teman ini aktif di komunitas yang bernama Kotammas

Ceritanya, pengurus Kotammas yang terbentuk pada Oktober 2022 memang sudah menyiapkan kegiatan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Salah satu pilihan aktivitasnya adalah memberikan santunan ke panti asuhan.

Sudah suratan takdir kali ya, kebetulan Dee bersama teman-teman alumni SMPN 74 angkatan 83 baru saja kumpul bareng dengan menginap di Saung Raya, Ciputih Kuningan, Jawa Barat. Dari kegiatan itu, tersisa saldo Rp2,6 juta yang kemudian diputuskan untuk disumbangkan ke panti asuhan melalui Kotammas.

Kerja bareng kedua komunitas itu kemudian disiapkan. Agus Udin bertindak sebagai ‘penyambung lidah’. Woro-woro singkat rencana acara berbagi kasih itu kemudian muncul di WhatsApp Group 74-83.

Tak ada yang kasih komando, begitu saja kemudian beberapa teman menyatakan kesiapan memberikan donasi baik uang maupun barang. Hanya dalam dua pekan, semua persiapan beres sampai terlaksana pada Sabtu 15 Februari 2025.

Dari kolek-kolek itu terkumpul dana Rp12,8 juta yang kemudian digunakan untuk belanja pembelian barang setelah kolega Dee dan AU berkonsultasi dengan pengelola panti asuhan. Ada dana tersisa Rp1 juta yang kemudian disumbangkan dalam bentuk tunai.

“Pokoknya terserah Agus Udin dan Dee yang ngatur. Kita mah percaya aja,” kata Ires yang menyebut rasa saling percaya menjadi salah satu modal kebersamaan alumni SMPN 74 angkatan 83.

Ternyata hati orang yang terketuk tidak berhenti setelah panitia membelanjakan dana tersebut untuk membeli barang keperluan panti.

“Res, doku (uang) yang terkumpul dibeliin barang semua ya? Panti kan pasti butuh uang kes juga,” kata seorang teman seperti mengingatkan Ires.

By the way, pertanyaan itu jangan ditafsirkan macem-macem ya. Misalnya, Anda pikir kawan itu ternyata tidak sepakat dengan keputusan panitia membelikan barang. Baca lagi kalimat lanjutannya dari kawan itu ya…

“Nanti biar gue siapin bantuan uang kes untuk panti deh,” kata kawan itu. Dan memang itu yang terjadi. Dana tunai untuk panti asuhan yang semula Rp1 juta menjadi bertambah signifikan.

Singkat cerita, terlaksana deh acara penyerahan bantuan anak-anak 74-83 ke pengelola panti. Cokky, Ires, dan Sri ‘Hanny’ Handayani mewakili komunitas alumni itu untuk menyerahkan bantuan di sela-sela acara yang diisi dengan main tebak-tebakan, tarian bocil-bocil panti, dongeng oleh Kak Budi, dan makan bersama.

MENITIKKAN AIR MATA

Di momen itulah kemudian terjadi bocil yang ngerubungin Cokky sambil muter-muter jam tangannya, kopiah Ires yang jadi perahu-perahuan, dan Budiarti yang merasa pusing. Tentu banyak lagi kejadian yang gak bisa diceritakan di sini.

“Ada temen kita yang diam-diam menitikkan air mata pas acara itu,” kata Dee. Hmmm, belum tahu nih si Dee, beberapa temannya justeru mengaku sendiri kalau mereka tak kuasa menahan air mata.

Foto, video pendek, dan testimoni singkat dalam bentuk tulisan bersliweran di grup WA 74-83. Komentar pun datang dari alumni yang tidak berkesempatan hadir di kegiatan itu.

“Alhamdulillah… Terima kasih temans semua yg berkesempatan hadir… Foto2nya seru…..deh,” tulis Ilham Raya.

“Keren… Smoga teman2 semua juga menginspirasi adik di sana,” komentar Nashrijah Hiromi Yusuf ( Romi).

Tentu, seperti harapan Romi, kehadiran alumni SMPN 74 angkatan 83 bisa menjadi inspirasi bagi para bocil. Pastinya, anak-anak titipan Allah tidak akan menghabiskan usia mereka di Panti Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa.

Lembaga itu sudah berdiri sejak 1985. “Setelah berjalan 40 tahun, setidaknya anak-anak asuh dari angkatan pertamanya sudah ada yang menjadi profesional selama 23 tahun. Mungkin di antara mereka ada yang menjadi manajer atau staf di kantor atau bisnis kita,” kata Agus Udin.

Drama melow ternyata tidak berhenti ketika seremoni penyerahan bantuan usai. Ternyata, beberapa teman tetap membawa perasaan itu ketika mereka sudah kembali ke rumah, berkumpul dengan keluarga lagi.  Keharuan yang sama juga dirasakan oleh teman-teman dari Kotammas.

Adalah Dian Kirono Wulan yang merasa bahwa anak-anak dan para pengurus panti asuhan sebaliknya juga menjadi inspirasi buat dirinya. Rasa-rasanya kok, perasaan yang sama yang ada di benak para alumni yang lain.

“Kemarin, pulang dari panti, kenapa ya gue kebayang-bayang wajah anak-anak kecil yang polos itu. Gue sampai gak bisa tidur, kebayang terus wajah mereka,” tulis Wulan ke seorang temannya.

Semula Wulan membayangkan anak-anak asuh itu pasti merasa sepi karena tidak ada orang tua yang menemani mereka tidur. “Tapi, mungkin juga mereka gak merasa sepi karena banyak teman-teman mereka di sana.”

Ke-melow-an Wulan belum berhenti meski sudah ada jawaban dari dia sendiri tentang bagaiman para bocil itu menghabiskan malam. Terngiang lagi di kupingnya penjelasan dari pembina panti tentang bagaiman para anak asuh itu berdoa sebelum tidur.

“Mereka setiap malam doain orang tuanya. Padahal anak-anak itu tidak tahu di mana orang tua mereka berada. Tidak peduli juga, apakah orang tua itu termasuk yang menyia-nyiakan mereka,” kata Wulan.

Aih, beneran bisa berebes mili deh air di mata ini. Jadi ngebayangin kalau kita harus hidup tanpa pernah merasakan kasih sayang orang tua. Pastinya, berat kawan.

Dan, begitu mulianya akhlak yang diajarkan para pembina panti sehingga para bocil itu tetap mendoakan orang tua yang justeru menyebabkan mereka—dengan berbagai alasan—menghabiskan masa kecil di panti asuhan.

Alumni SMPN 74 angkatan 1983 yang hadir:

  1. Agus Udin (AU)
  2. TSNB Hutabarat (Cokky)
  3. Dian Yustisi (Dee)
  4. Yuni Susilaningrum (Yuni)
  5. Dewi Kartika (Dewi)
  6. Novita Triyanti (Niek)
  7. Budiarti Setyaningsih (Budi)
  8. ⁠Eka Raufina (Eka)
  9. Risna Hudaya (Nday)
  10. Arlina Burhan (Arlina)
  11. St Eries Adlin (Ires)
  12. Sri Handayani (Hanny)
  13. Dian Kirono Wulan (Wulan)
  14. Netty Nora (Nora)
  15. Tutwuri Nugrahani (Tutut)

Teman Kotammas yang hadir

  1. Nurmatias
  2. Primita Erningtyas
  3. Puji Rahayu
  4. Yayah Qamariah
  5. Nabila
  6. Reni
  7. Sabrina
Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Bansos Triwulan 1 2025 Cair Jelang Ramadhan, Ini Kata Mensos

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Horee...Bantuan sosial atau Bansos tahun 2025 dari pemerintah kabarnya bakal cair segera? Ya, sejumlah program Bansos...