TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Pandemi Covid-19 membuat 4,7 juta orang di Asia Tenggara jatuh miskin ekstrem pada 2021, di saat bersamaan 9,3 juta pekerjaan hilang, ujar laporan baru Laporan Asian Development Bank (ADB).
Sedangkan gelombang Omicron memangkas pertumbuhan ekonomi kawasan itu sebanyak 0,8 poin persentase pada 2022.
BACA JUGA: Vaksinasi Booster Beri Perlindungan Sampai 91% dari Risiko Terburuk Covid-19
Laporan berjudul “Southeast Asia Rising from the Pandemic” itu menyebutkan output ekonomi di kawasan pada 2022 diperkirakan akan tetap lebih rendah 10 persen di bawah skenario dasar tanpa COVID.
Kelompok yang paling terpengaruh pandemi covid-19 di asia tenggara dan jatuh miskin adalah pekerja tidak terampil, sektor ritel, ekonomi informal serta usaha kecil yang tidak menggunakan teknologi digital.
BACA JUGA: International Women’s Day 2022 : 2,4 Miliar Wanita Tak Punya Hak Ekonomi Seperti Pria
“Pandemi menyebabkan pengangguran, memperburuk ketimpangan, dan meningkatkan tingkat kemiskinan, terutama di kalangan perempuan, pekerja muda, dan lansia di Asia Tenggara,” kata Presiden ADB Masatsugu Asakawa.
ADB kata dia akan terus bekerja dengan pembuat kebijakan membangun kembali, meningkatkan sistem kesehatan nasional, dan merampingkan peraturan domestik untuk memperkuat daya saing bisnis.
BACA JUGA: Presiden Jokowi: 2025 Potensi Ekonomi Digital Indonesia US$146 Miliar
“Kami mendorong pemerintah Asia Tenggara untuk berinvestasi dalam infrastruktur hijau dan mengadopsi inovasi teknologi untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi.”
Prospek pertumbuhan lebih baik mulai terjadi setelah dua tahun pandemi.
Pertumbuhan ini didorong dengan adopsi teknologi, ekspor komoditas dan dan sumber daya alam.
BACA JUGA: SRI MULYANI: Waspada, Jangan Sampai Omicron Ganggu Pemulihan Ekonomi
Sektor ritel dan rekreasi meningkat 161 persen dalam periode 2 tahun yang berakhir 16 Februari 2022.
Namun Asia Tenggara juga menghadapi tantangan yang tidak mudah, yaitu munculnya varian baru Covid-19, pengetatan suku bunga global, gangguan rantai pasokan, serta kenaikan harga komoditas dan inflasi.
BACA JUGA: Varian Omicron Masuk Indonesia: Menkeu Belum Tahu Dampak Ekonominya
Selain itu baru 59 persen populasi di Kawasan yang sudah mendapatkan vaksinasi penuh, sehingga perlu alokasi anggaran yang cukup untuk meningkatkan sistem Kesehatan.
Investasi kesehatan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan partisipasi dan produktivitas tenaga kerja.
BACA JUGA: Kuis Hari Bumi 2022 Makin Ramai Lho, Udah Main Belum, Apa Karaktermu?
Misalnya, pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara dapat naik 1,5 poin persentase jika pengeluaran kesehatan di kawasan ini mencapai sekitar 5,0% dari produk domestik bruto (PDB), dibandingkan dengan 3,0% pada tahun 2021, kata laporan itu.