TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Di samping pertumbuhan positif, keruntuhan sejumlah pelaku UMKM di Indonesia bukan hal baru. Mereka tidak mampu bertahan di tengah persaingan yang ketat. Terutama dari produk impor.
UMKM memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama ketika terjadi krisis. UMKM bisa melewati krisis moneter pada tahun 1998 dan pada masa Pandemi Covid-19, meski ada juga yang terpuruk.
Peran UMKM, menurut Kadin Indonesia, sangat besar untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia, dengan jumlahnya mencapai 99% dari keseluruhan unit usaha. Pada tahun 2023 pelaku usaha UMKM mencapai sekitar 66 juta. Kontribusi UMKM mencapai 61% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia, setara Rp9.580 triliun. UMKM menyerap sekitar 117 juta pekerja (97%) dari total tenaga kerja.
BACA JUGA: Serial UMKM (1): Sulit Berkembang? Inilah Kiat Jitu
“Kita tahu jumlah UMKM kita itu kurang lebih 65 juta, kurang lebih. Dan kontribusi terhadap PDB ekonomi kita 61 persen, sangat besar sekali. Dan penyerapan tenaga kerja di sektor UMKM 97 persen, sebuah angka yang juga sangat besar sekali,” ujar Jokowi saat memberi sambutan di acara BRI Microfinance Outlook 2024 di kawasan Gatot Subroto, Jakarta, belum lama ini.
Lalu, melihat peran positifnya, bagaimana agar UMKM di Indonesia tetap bertahan di tengah persaingan yang kian kompetitif? Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan UMKM yang bisa memasuki pasar digital akan naik menjadi 24 juta unit pada 2023 dan akan meningkat hingga 30 juta unit pada 2024.
Banyak hal yang kerap diusulkan agar pelaku usaha di sektor UMKM mampu bertahan dan berkembang. Namun, satu hal yang pasti, banyak di kalangan pelaku usaha lemah dalam kreativitas. Terutama dalam mensiasati permintaan pasar. Di mana pasar tak selalu bergantung pada harga murah meriah.
Betul, persoalan kreativitas, terutama terkait membuat kemasan, masih menjadi kendala. Itulah yang pernah disoroti oleh Presiden Joko Widodo. Peningkatan kualitas produk UMKM, termasuk peningkatan kemasan dan penjenamaan (branding), sebagai faktor penting dalam memperkuat daya saing dan kemampuan ekspor UMKM Indonesia.
Masalah kemasan produk masih menjadi salah satu titik lemah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) nasional. Permasalahan rendahnya kesadaran akan pentingnya kemasan disebabkan masih terbatasnya pemahaman pelaku UMKM akan pentingnya citra, kualitas dan tampilan kemasan.
BACA JUGA: SERIAL UMKM (2): Memahami Kebutuhan Konsumen
Padahal, kemasan merupakan elemen penting untuk meningkatkan daya saing produk. Berdasarkan fakta, sebagian besar kemasan produk UMKM tidak marketable, dibandingkan dengan produk-produk dari perusahaan bermodal besar, sehingga nilai jual dan daya saing rendah.
Desain kemasan produk olahan lokal masih menjadi kendala dalam meningkatkan daya saing dan daya tarik produk bagi konsumen di pasar modern. “Desain produk olahan lokal masih kalah bersaing, terkadang terlalu sederhana. Akibatnya kurang bisa menarik konsumen,” kata Sekretaris Umum Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (Aprindo) Jabar, Hendri Hendarta.