TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Menteri Koperasi Usaha Kecil Menengah (MenkopUKM) Teten Masduki menegaskan pemerintah ingin menciptakan usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang lebih terhubung dengan ekonomi digital.
Keterhubungan secara digital tersebut baik dari sisi permodalan, investasi, maupun layanan pembayaran.
Terkait dengan keinginan itu, MenkopUKM Teten Masduki mendukung langkah dari PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) sebagai pioner financial technology (fintech) peer to peer (P2P) dan investasi online dalam membangun ekosistem keuangan mikro.
“Kehadiran Amartha yang masuk di akar rumput, terutama kalangan ibu-ibu, merupakan solusi bagi perkuatan modal usaha mikro,” ucap MenKopUKM Teten Masduki pada acara launching Amartha Village: New Home Stronger Growth di Jakarta, Rabu malam 6 Maret 2024.
Menurut MenkopUKM Teten Masduki, rasio kredit perbankan untuk UMKM di Indonesia yang berada kisaran 20 persen lebih rendah apabila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga yang sudah di atas 30 persen.
Seperti dilansir laman Kemenkop, saat ini porsi kredit usaha mikro sebesar 22 persen, usaha kecil 33 persen, dan usaha menengah 45 persen.
“Jika dibandingkan, Thailand dan Malaysia, Indonesia masih tertinggal karena kedua negara tetangga itu sudah berada di atas 40 persen. Bahkan, di Korea Selatan sudah lebih dari 80 persen,” ucap MenKopUKM.
BACA JUGA: Dana Rp244 Triliun Mengalir ke 15,2 Juta Warga Ras Terkuat di Muka Bumi, Siapa Mereka?
CREDIT SCORING
Menteri Teten juga menggarisbawahi langkah Amartha yang menerapkan skema credit scoring, bukan pendekatan berbasis kolateral, dalam menyalurkan pembiayaan untuk usaha mikro dan kecil.
“Amartha jadi lebih mengetahui dan memahami nasabahnya dan bisa membangun ekosistem pembiayaan mikro,” kata MenKopUKM.
Penerapan credit scoring dalam menyalurkan kredit sudah berlangsung di banyak negara karena memang persyaratan agunan atau kolateral pasti akan memberatkan nasabah UMKM.
“Di negara lain, bank berani memberikan kredit bagi usaha mikro dan kecil karena mereka sudah terhubung ke rantai nilai atau masuk rantai pasok industri,” kata MenKopUKM Teten Masduki.
Orang nomor satu di KemenkopUKM itu juga menyoroti tentang tingkat literasi keuangan pelaku UMKM yang masih rendah. Hal itu, menurut dia, salah satu penyebab minimnya akses lembaga keuangan terhadap sektor tersebut.
“Untuk itu, inklusi keuangan menjadi salah satu pilar dalam pengembangan UMKM,” kata Menteri Teten.
MenKopUKM menekankan langkah untuk terus menginisiasi kebijakan dan program dalam mengembangkan dan memperkuat ekosistem keuangan bagi UMKM.
Pertama, peningkatan akses pembiayaan KUR dan KUR Klaster, termasuk pendampingan UMKM untuk mengakses KUR. Kedua, inisiasi implementasi Credit Scoring.
Ketiga, inisiasi model pengembangan skema pembiayaan FPO (Farmer Producer Organization).
Keempat, melalui LPDB-KUMKM sebagai holding satuan kerja ultra mikro, fokus pada pelaksanaan penyaluran dan pengelolaan dana bergulir untuk koperasi baik sektor riil maupun simpan pinjam yang diteruskan ke UMKM.
“Kunci utama terwujudnya ekosistem keuangan inklusif bagi UMKM adalah sinergi dan kolaborasi secara komprehensif,” kata Menteri Teten.
BACA JUGA: MRT Pembiayaan Ultramikro Itu Bernama Permodalan Nasional Madani (PNM)
EKONOMI AKAR RUMPUT
Founder dan CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra, mengatakan Amartha memiliki misi untuk mewujudkan kesejahteraan bersama lewat pembangunan infrastruktur keuangan digital bagi ekonomi akar rumput.
Berdiri sejak 2010, Amartha hadir sebagai microfinance untuk menghubungkan usaha mikro pedesaan yang dijalankan perempuan tangguh dengan akses permodalan terjangkau.
“Kini, Amartha tumbuh sebagai perusahaan teknologi yang membangun ekosistem keuangan mikro sehingga lebih terhubung dengan ekonomi digital yang berkembang pesat melalui permodalan, investasi, dan layanan pembayaran,” kata Taufan.
Bagi Taufan, Amartha akan terus memajukan ekonomi piramida bawah dengan meningkatkan daya saing kewirausahaan mikro dan kecil.
“Dengan demikian, kami memberdayakan lebih banyak UMKM perempuan, menciptakan lapangan kerja, dan membangun pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif,” kata Taufan dalam kesempatan yang sama.
Taufan menambahkan, pada 2022, Amartha membentuk Amartha.org untuk melakukan berbagai intervensi di bidang pendidikan, pemberdayaan perempuan, dan transformasi digital.
Intervensi tersebut diharapkan dapat memunculkan percepatan kesejahteraan yang merata, hingga perbaikan kualitas hidup masyarakat di lapisan piramida terbawah.
Di Indonesia, kata Taufan, Amartha menjadi pioner modernisasi keuangan mikro dengan memperkenalkan akses microfinance melalui marketplace.
Melalui platform ini, pendana individu dan institusi dapat langsung berpartisipasi dalan menyalurkan permodalan bagi pengusaha mikro dan UKM di pedesaan.
“Saya melihat bagaimana modal kerja yang relatif kecil bisa membawa perubahan besar bagi perempuan pelaku usaha mikro di pedesaan,” ucap Taufan.