TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Harga bahan makanan pokok diperkirakan akan tetap tinggi tahun ini karena dampak perubahan iklim yang memundurkan musim tanam, ujar peneliti kepala Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Aditya Alta.
Menurut Aditya, harga bahan pangan yang terjaga tetap tinggi itu antara lain karena adanya penurunan produksi padi di musim tanam ketiga (Juli-Oktober), saat itu musim kemarau datang lebih cepat dan berlangsung lebih panjang karena fenomena El Niño.
“Meski stok cadangan beras tetap aman, harga bahan makanan pokok ini masih terus bercokol pada tingkat yang tinggi,” ujar Aditya dalam siaran pers, yang diterima Tentangkita.co.
BACA JUGA
- Musim Tanam Padi di Indonesia Mundur, Siap-siap Harga Pangan Tetap Tinggi
- Pakar Pertanian UGM: Kebijakan Lumbung Pangan Gagal Total, Ini Penjelasannya
Di sisi lain, para petani juga masih mengalami kelangkaan pupuk sehingga menambah faktor yang mengganggu produksi nasional.
Berdasarkan harga panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) 1 Januari 2024, harga beras premium naik sebesar Rp70 per kilogram (kg) menjadi Rp15.030 per kg sedangkan harga beras medium naik sebesar Rp80 per kg menjadi Rp 13.280 per kg.
Bapanas sebelumnya sudah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET), hanya antara Rp 13.900-Rp 14.800 untuk beras premium dan antara Rp 10.900-Rp 11.800 untuk beras medium.
Menurut Adit, musim tanam pertama 2024 yang sebetulnya bisa dimulai bulan Oktober 2023 baru bisa mulai di Desember akibat musim hujan yang terlambat.
Akibatnya, panen baru akan dapat dinikmati sekitar Maret dan April hingga akan terjadi penurunan produksi di kedua bulan pertama tahun ini.
BACA JUGA:
- Ancaman Kekeringan Harus Diantisipasi Sebelum Memasuki Musim Kemarau, Ini Solusi Pakar UGM
- Pakar UGM: Cuaca Musim Kemarau Picu Tingginya Polusi Udara, Ini Penjelasannya
El Niño sendiri yang sudah berlangsung selama dua musim tanam padi tahun 2023 kemungkinan akan bertahan dI musim tanam rendeng 2024 hingga berdampak pada penurunan produksi.
Pada akhir November, BPS memperkirakan penurunan luas panen padi 2023 sebesar 2,58 persen dibanding tahun sebelumnya, serta penurunan produksi padi sebesar 2,05 persen dibanding tahun sebelumnya.
Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa harga dapat dipertahankan stabil karena stok cadangan beras nasional cukup aman pada 1,4 juta ton dan ini akan terus diperkuat lagi, termasuk dengan impor beras yang direncanakan sebesar lima juta ton tahun ini.
Namun dia juga mengingatkan adanya kesulitan mendapatkan sumber impor beras karena 22 negara pengekspor beras telah menghentikan atau mengurangi ekspor mereka agar dapat memenuhi permintaan dalam negeri mereka sendiri.
Kementerian Pertanian sendiri menargetkan produksi beras tahun ini sebesar 35 juta ton, naik 10,2 persen dari 31,75 juta ton di tahun 2023.
BACA JUGA:
- Musim Kemarau Diprediksi Habis di Akhir Oktober, Hujan Turun Mulai November 2023
- Dampak Lanjutan Kemarau Kering, BMKG Sebut Sektor Ini akan Sangat Terpukul
Untuk meningkatkan produksi perlu upaya meningkatkan jumlah panen dalam setahun yang kini reratanya masih jauh dari dua kali dalam setahun, termasuk dengan memperbaiki varietas padi yang ditanam dan intensifikasi dengan penggunaan teknologi serta tata kelola air yang lebih baik.
Akses petani padi pada pupuk yang terjangkau dan sesuai dengan kondisi iklim, termasuk pupuk bersubsidi, juga perlu dijamin. Dalam hal ini pemerintah terus meningkatkan produksi pupuk maupun distribusinya dan juga berencana menambah subsidi pupuk sebesar Rp 1,4 triliun .
Pupuk bersubsidi kini juga dapat dibeli petani dengan menggunakan Kartu Tanda Penduduk sejauh ia masih anggota kelompok tani. Sebelumnya, pembelian hanya dapat dilakukan dengan menggunakan Kartu Tani.