TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Paling tidak ada dua ciri haji mabrur, menurut Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad. Silakan simak penjelasannya di bawah ya.
Setelah ibadah haji sempat ditunda selama dua tahun akibat pandemi, kini setelah pandemi mereda, pemerintah Arab Saudi mulai membuka kembali ritual tahunan tersebut.
Jika pada 2018, Indonesia mendapat kuota sebanyak 203.350 jiwa, maka tahun ini Indonesia mendapatkan kuota haji sebesar 100.051 jemaah dari total kuota satu juta jamaah haji asal seluruh dunia.
“Alhamdulillah tahun ini diperbolehkan walaupun tidak sebanyak kuota biasanya yang 250 ribu itu. Ini sudah hal yang perlu kita syukuri,” ungkap Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad, seperti dilansir laman muhammadiyah.or.id.
Dalam program Catatan Akhir Pekan Tvmu, Senin 20 Juni 2022, dirinya menjelaskan bahwa makna dari haji sendiri adalah berziarah ke rumah Allah dengan melakukan serangkaian rukun-rukunnya. Tak lupa, Dadang juga menjelaskan tentang dua ciri jamaah haji yang mabrur.
Berangkat dari hadis riwayat Bukhari dan Muslim yang artinya, “Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga,” Dadang berharap hal ini menjadi nasihat bagi para jamaah yang sedang melaksanakan ibadah haji.
“Orang yang mabrur itu adalah orang yang menjaga lisannya dan banyak memberi makan. Jadi kalau ingin mabrur, lalu datang ke kampung halamannya (pulang) bicaranya yang baik dan banyak memberi pada orang lain,” pesannya.
Sebagai rukun Islam kelima, ibadah haji kata Dadang disarankan bagi yang mampu (manistatha’a). Mampu di sini menurutnya adalah dari segi fisik dan finansial.
“Jadi haji ini adalah rukun Islam yang berat. Berat dari sisi perjalanannya dan pelaksanaannya di sana. Apalagi sekarang musim panas di mana suhunya bisa 50 derajat ketika wukuf di Arafah. Jadi berat daripada yang lain,” ungkap Dadang.
“Jadi kalau orang yang sudah terlalu tua atau sakit-sakitan tidak dianjurkan melaksanakan ibadah haji, jadi bisa diganti dengan ibadah yang lain yang (pahalanya) seimbang dengan haji,” ujarnya.