TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Mata dunia tertuju pada pertemuan tripartit tingkat tinggi antara Turki, Rusia, dan Ukraina, yang akan berlangsung pada Kamis di Provinsi Antalya selatan dan bisa jadi akhir perang.
Ini adalah bagian dari upaya Turki menengahi negara-negara yang bertikai, ujar Kementerian Luar Negeri Turki.
BACA JUGA: Rusia Jadi Negara Paling Banyak Terkena Sanksi di Dunia Gara-gara Perang Ukraina
Dilansir Anadolu Agency, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengumumkan pertemuan antara Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada Senin, dengan mengatakan, “Kami akan mengadakan pertemuan ini dalam format tripartit di Antalya pada Kamis, 10 Maret.”
Dia akan menghadiri pertemuan itu karena kedua menteri itu meminta kehadirannya, ujar Cavusoglu.
BACA JUGA: Rusia Keluarkan Daftar Negara yang Tidak Bersahabat, Indonesia Tidak Masuk
Pertemuan itu akan mempertemukan para pejabat tinggi Rusia dan Ukraina untuk pertama kalinya sejak perang dimulai pada 24 Februari.
Pertemuan itu menurut dia menjadi harapan akan menjadi “titik balik” dan “langkah penting” menuju perdamaian dan stabilitas.
Sejak Rusia melancarkan serangannya ke Ukraina, Turki telah berpartisipasi dalam upaya diplomatik aktif untuk menyatukan pihak-pihak terkait, kata Cavusoglu.
BACA JUGA: Bandara Vinnytsia, Ukraina Benar-benar Hancur Dihantam Rudal Rusia
Presiden Recep Tayyip Erdogan telah melakukan 19 panggilan telepon ke Presiden Rusia maupun Ukraina.
“Saya juga melakukan sekitar 40 (telepon),” tambah menteri.
“Selama periode ini, saya berbicara dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba enam kali dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov empat kali, tidak termasuk percakapan kami melalui SMS,” tambahnya.
BACA JUGA: Putin: Sanksi Barat terhadap Rusia karena Ukraina Adalah Pernyataan Perang
Menurut dia Kuleba menginginkan pertemuan langsung antara Presiden Volodymyr Zelenskyy dan rekannya dari Rusia Vladimir Putin karena merekalah yang “mengambil keputusan akhir.”
Delegasi Rusia dan Ukraina bertemu tiga kali di Kota Brest Belarusia, terakhir pada hari Senin.
Delegasi Moskow dipimpin oleh penasihat presiden Rusia Vladimir Medinsky, sementara Kyiv dipimpin oleh Mikhail Podolyak, penasihat Zelenskyy.
BACA JUGA: Ukraina: Serangan Rusia ke Chernihiv Tewaskan 47 Orang
Podolyak menyatakan di Twitter bahwa pembicaraan tersebut menghasilkan langkah-langkah “positif kecil” dalam mengembangkan koridor kemanusiaan.
Pejabat mengakreditasi total 334 jurnalis lokal dan asing dari berbagai organisasi media dari 34 negara.
Ini termasuk Ukraina dan Rusia, serta AS, Inggris, Jerman, Israel, Jepang, Kanada, Belanda, dan Cina.
150 anggota pers asing menghadiri pertemuan tersebut, sementara 184 wartawan dari Turki telah diakreditasi.
BACA JUGA: Rusia Akhirnya Kuasai Pembangkit Nuklir Terbesar di Eropa, PLTN Zaporizhzhia
Moskow memiliki berbagai syarat untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Dia ingin Ukraina mengamandemen Konstitusinya untuk menyatakan dengan tegas bahwa Kyiv tidak akan bergabung dengan aliansi apa pun dan bahwa Krimea adalah wilayah Rusia.
Pada Februari 2019, parlemen Ukraina menyetujui amandemen Konstitusi yang mengabadikan keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO.
BACA JUGA: Delegasi Rusia Tiba di Belarus untuk Negosiasi Damai dengan Ukraina
Kyiv ingin perang di wilayahnya berakhir dan pasukan Rusia mundur sepenuhnya dari tanah Ukraina, termasuk Krimea dan Donbas.
Putaran pertama negosiasi berlangsung pada 28 Februari di Gomel, Belarus, dekat perbatasan Ukraina, dan berlangsung selama lima jam.
Pembicaraan damai kedua berlangsung pada 3 Maret, dan yang ketiga berlangsung pada 7 Maret di Brest.
BACA JUGA: Putin Siap Kirim Delegasi Rusia Perundingan ke Ukraina, Tanda-tanda Perang Berakhir?
Rusia mengumumkan pada Senin pagi bahwa mereka akan mendeklarasikan gencatan senjata “sementara” di ibukota Ukraina Kyiv dan kota-kota Mariupol, Kharkiv, dan Sumy mulai pukul 10 pagi waktu setempat (0700GMT) untuk memastikan evakuasi warga sipil.
Sejak Rusia memulai perangnya melawan Ukraina pada 24 Februari, negara ini telah menuai kecaman internasional, menyebabkan sanksi keuangan terhadap Moskow, dan mendorong eksodus perusahaan global dari Rusia.
BACA JUGA: KJP Plus Tahap 1 Tahun 2022 Mau Masuk Finalisasi Penerima, Ini Cara Cek Nama
Setidaknya 406 warga sipil telah tewas dan 801 lainnya terluka di Ukraina sejak awal perang, menurut angka PBB.
Lebih dari dua juta orang juga telah melarikan diri ke negara-negara tetangga pada Selasa, kata Badan Pengungsi PBB.