TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Serangan Umum 1 Maret 1949 mempunyai makna historis bagi bangsa Indonesia, yaitu menunjukkan eksistensi Republik Indonesia di tengah agresi militer Belanda.
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengusulkan tanggal 1 Maret sebagai Hari Besar Nasional yakni Hari Penegakan Kedaulatan Negara.
BACA JUGA: Erick Thohir dan Sri Sultan Bahas Pembebasan Lahan Jalan Tol Yogyakarta-Bawen
Peran Serangan Umum 1 Maret penting untuk penegakan kedaulatan bangsa melalui semangat persatuan dan kesatuan.
Peristiwa tersebut merupakan momentum sejarah dalam penegakan kedaulatan negara.
BACA JUGA: Jadwal Pencairan KJP Plus Maret 2022, Ini Informasi Resmi Pemerintah Jakarta
Peristiwa serangan umum 1 Maret bukan hanya peristiwa lokal saja, melainkan peristiwa nasional seluruh Bangsa Indonesia.
Usulan ini bukan hanya karena Yogyakarta pernah menjadi Ibukota Indonesia, tapi ingin mengingatkan kembali bahwa penegakan kedaulatan negara tetap penting hingga saat ini.
BACA JUGA: Masih 15,5 Juta Orang Tinggal di Rumah Tidak Layak Huni pada 2020, Sekarang?
Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengungkapkan jika diperingati sebagai hari besar nasional, maka serangan umum 1 Maret akan jadi penuh makna.
“Ini akan jadi hari yang memberi ruang bagi bangsa untuk diingatkan bahwa kesepakatan nasional yang sudah ada tidak bisa diganggu gugat dengan aspirasi lain yang mengatasnamakan demokrasi atau HAM,” katanya.
BACA JUGA: Kartu Prakerja Gelombang 24 Segera Dibuka Kuota 500 Ribu Peserta?
Pemprov DIY menggelar serangkaian kegiatan Peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949.
Acara-acara ini berlangsung sejak Februari 2022 hingga akhir Maret 2022.
Berikut rangkaian acaranya seperti ada di infografis ini:
Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949
Pada 1949 Belanda melancarkan agresi militer kedua dan mengumumkan pada dunia internasional bahwa Republik Indonesia sudah bubar.
Presiden, Wakil Presiden dan anggota kabinet lain ditawan oleh Belanda.
BACA JUGA: Begini Cara Cek Hasil Seleksi Kartu Prakerja Gelombang 23, Bisa Lewat HP atau Dasboard
Namun masih ada kekuatan militer Indonesia yang dipimpin oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman dan melakukan Operasi Gerilya Rakyat Semesta.
Kekuatannya adalah pasukan organik dan non organik termasuk laskar dan rakyat bersenjata yang bertahan di pelosok-pelosok daerah.
BACA JUGA: Kemenkeu: Hasil Investasi Sukuk Negara untuk Bangun Infrastruktur dan SDM
Panglima Besar Soedirman memberikan instruksi melakukan serangan balik untuk membuktikan bahwa Indonesia masih mempunyai kekuatan militer yang kuat dan eksis.
Petinggi militer dan sipil memutuskan akan ada serangan besar-besar pada tanggal 1 Maret 1949.
BACA JUGA: Jadwal Pencairan KJP Plus Maret 2022, Ini Informasi Resmi Pemerintah Jakarta
Aba-aba serangan itu adalah bunyi sirine pukul 06.00 tanda jam malam berakhir.
Kemudian pada hari yang telah ditentukan tentara Indonesia menyerang pasukan Belanda dari segala penjuru kota.
Serangan ini mengagetkan dan berhasil memukul mundur tentara Belanda meninggalkan pos-pos mereka.
BACA JUGA: Vaksinasi Booster Beri Perlindungan Sampai 91% dari Risiko Terburuk Covid-19
Beberapa persenjataan yang dimiliki Belanda berhasil direbut oleh tentara gerilya.
Tepat jam 12.00 siang, tentara Indonesia diperintahkan untuk kembali mundur menuju pos-pos gerilya.
BACA JUGA: Kapan Kartu Anak Jakarta (KAJ) 2022 Cair: Ini Besaran Bantuan yang Mungkin Cair Maret
Hal ini berhasil membuktikan bahwa Indonesia masih mempunyai tentara dan berhasil menguasai Yogyakarta dalam waktu singkat.
Peristiwa ini sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB yang menjadikan pihak Belanda terdesak