TENTANGKITA.CO, SALATIGA — Krisis iklim adalah sebuah masalah yang nyata, terbukti dengan meningkatnya suhu global, seringnya terjadi bencana alam sebagai akibat dari exploitasi alam dan pembangunan secara tidak berkelanjutan.
Di Indonesia model pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan ini bahkan sering memicu konflik sosial.
Melalui kegiatan selama tiga hari dengan tajuk Sustainable Living, Another World is Possible, Tanasurga, resto yang berbasis organik di Salatiga, mengajak masyarakat untuk mencintai dan menjaga alam dengan mengonsumsi makanan organik dan mendaur ulang sampah baik organik dan nonorganik.
“Tanasurga ingin menjadi bagian dalam menciptakan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga alam dan lingkungan, dan secara aktif terlibat dalam menciptakan sebuah dunia yang lebih baik: Dunia yang berdasarkan kerjasama bukan eksploitasi,” kata Setyo Budi, owner Tanasurga, dalam siaran pers yang diterima tentangkita.co.
Resto Tanasurga berlokasi di Jl. Walisanga, Tegalsari, Mangunsari, Salatiga. Sustainable Festival berlangsung 11 sampai 13 Februari 2022 berisi kegiatan seperti live music, pameran foto, instalasi seni serta workshop pengolahan sampah.
Komunitas Fotografi Salatiga terlibat dalam acara ini. Mohammad Reza Gemi Omandi, fotografer Pewarta Foto Indonesia adalah salah satu peserta pameran.
“Kami senang sekali bisa berpartisipasi dalam pameran yang diadakan di Tanasurga, dengan mengikuti pameran ini kami ikut belajar tentang bagaimana pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.”
FOTOGRAFER LOKAL DAN INTERNATIONAL
Diikuti oleh delapan fotografer lokal dan international, pameran ini menampilkan berbagai karya dengan tema yang berbeda dari penerapan gaya hidup yang tidak konsumtif di Belanda, bertani secara organik sampai pengolahan limbah tahu menjadi biogas di beberapa daerah di Jawa Tengah.
“Tema-tema fotografi ini diangkat untuk menjawab tema besar pameran ini tentang pentingnya hidup yang berkelanjutan. Tema-tema foto ini juga untuk menunjukkan bahwa ada dunia lain dengan tatanan alternatif yang kita bisa lakukan”, kata Candra Firmansyah, salah satu curator foto pameran ini.
Candra juga akan memamerkan dan menjual bukunya yang terbaru, Kisah Penjaga Kawah, tentang kehidupan para penambang belerang di kawah Ijen.
Kegiatan workshop pengolahan sampah akan bekerjasama dengan Galeri Ijo Lumut, sebuah NGO di Salatiga yang bergerak dalam daur ulang sampah plastik, dan karang taruna setempat yang akan terlibat dalam membuat bank sampah baru.
“Kita harus percaya bahwa ada “dunia lain” yang bisa kita bangun, sebuah dunia yang mengedepankan asas keberlanjutan. Misalnya dengan melakukan kegiatan produksi tanpa merusak alam, memanfaatkan sumber daya alam seperlunya dan turut serta dalam mengembalikannya melalui kegiatan pelestarian,” kata Kristanto Irawan Putra.
Kristanto adalah Direktur Galeri Ijo Lumut yang dalam festival tersebut juga melakukan workshop pembuatan karya seni dari sampah plastik dengan anak-anak sekolah dasar.