Jumat, 10 Januari 2025

Kualifikasi Piala Dunia 2026 dan Prahara Timnas Indonesia

Pada 1938, dunia sepakbola Hindia Belanda saat itu pun diwarnai dengan persaingan antara pemain sepakbola Indonesia yang bersatu dalam PSSI (didirikan tahun 1930) dan para pemain yang bernaung di bawah badan sepakbola Hindia Belanda.

Hot News

TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Sepak bola Indonesia, kini, kembali dalam kegaduhan. Usai kontrak pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-Yong diputus oleh PSSI. Kemudian, di bawah komando Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, Indonesia memilih mantan ‘bomber’ Timnas Belanda, Patrick Kluivert sebagai ‘bos’ di Timnas Garuda.

Keputusan itu, yang sempat diawali gosip gonta-ganti pelatih lewat perang tagar STYStay atau STY-Out di media sosial, memancing pro-kontra. Aksi menolak dan mendukung pemecatan STY, demikian panggilan akrab Shin Tae-Yong, terus bermunculan di media sosial. Sukses STY a.l. meloloskan Garuda Senior ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 dan nyaris ke Olimpiade Paris, menjadi pijakan para pendukung STY-Stay.

Di sisi lain, kegagalan mempersembahkan gelar juara –terakhir di Piala AFF 2024– dan ‘konflik’ internal di Timnas jelang laga melawan Bahrain dan China di leg pertama kualifikasi Piala Dunia 2026, menjadi dasar dukungan keputusan dan sikap para heaters (kelompok STY-Out).

Mereka ini mungin penganut ‘genre’ pemikiran: “Kekuatan sebuah tim ditentukan oleh kekuatan koneksi dalam tim. Sebuah tim yang hebat membutuhkan hubungan yang hebat.”

Persoalan tak berhenti di situ. Topik naturalisasi pemain, yang ditujukan untuk memenuhi slot pemain berkualitas dunia di Timnas Indonesia, kembali merebak. Mereka ditarik masuk dalam pusaran isu pergantian STY. Dari mulai kegagalan PSSI melahirkan tim kuat dengan materi pemain asal klub lokal hingga Timnas Indonesia dijuluki Timnas Belanda. Terlebih pelatih pengganti STY, Patrick Kluivert, pun berasal dari Belanda.

Ada sih yang mengatakan sejarah sepak bola Indonesia kembali berulang. Hakekatnya. Itu dikaitkan dengan kisah  1938. Saat tim nasional  Indonesia  mencapai putaran final Piala Dunia FIFA: Piala Dunia 1938 di Prancis. Di mana mereka berkompetisi dengan nama Hindia Belanda. Hindia Belanda memperoleh kemerdekaan dari Belanda dan dikenal sebagai Indonesia pada tahun 1945, dan FIFA menganggap mereka mewarisi rekor Hindia Belanda.

Hindia Belanda memainkan pertandingan di Piala Dunia pertama mereka melawan Hongaria di babak 16 besar turnamen 1938, kalah 6-0. Format sistem gugur langsung yang digunakan saat itu menjadikannya satu-satunya pertandingan yang dimainkan tim di turnamen tersebut. Dengan demikian, Indonesia adalah satu-satunya pemegang rekor untuk pertandingan paling sedikit yang dimainkan (1) di Piala Dunia, dan salah satu dari beberapa yang tidak mencetak gol.

Tim itu dilatih oleh pelatih asal Belanda, Johan Mastenbroek. Indonesia atau Hindia Belanda, nama resmi saat itu,  lolos ke final Piala Dunia 1938 tanpa harus menyepak bola setelah Jepang mundur dari babak kualifikasi karena sedang berperang dengan China.

Tim Hindia Belanda ini mayoritas adalah pribumi tapi ada sejumlah pemain asal Belanda dan keturunan China. Tim ini terdiri dari kiper Bing Mo Heng, Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermandji, Anwar Sutan, dan kapten tim, Nawir.

Sepak bola Indonesia, sejak lama, tak pernah sepi dari kisah pro-kontra. Sebutlah misalnya saat penunjukkan Luis Manuel Blanco (2013), Aji Santoso (2012), Wilhelmus Rijsbergen (2011), Anatoli Polisin (1989), dan Alfred Riedl (2010).

Termasuk persoalan itu tadi, pro-kontra antara pemain naturalisasi dan lokal. Pada 1938, dunia sepakbola Hindia Belanda saat itu pun diwarnai dengan persaingan antara pemain sepakbola Indonesia yang bersatu dalam PSSI (didirikan tahun 1930) dan para pemain yang bernaung di bawah badan sepakbola Hindia Belanda.

PSSI di bawah pimpinan Ketua Umum Soeratin Sosrosugondo tidak mengikutsertakan pemain di tim Hindia Belanda ke Piala Dunia 1938 sebagai aksi protes karena dia menginginkan satu turnamen antara kedua kesebelasan untuk menentukan wakil Hindia Belanda.

Soal pergantian pelatih, sejatinya, hal lumrah di sepak bola. Bahkan, dua tim lain  di Grup C babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 –selain Indonesia– sudah lebih dulu melakukan hal yang sama. Arab Saudi, misalnya, memecat Roberto Mancini dan memilih pelatih asal Prancis,  Hervé Renard. Kemudian Timnas Australia, memecat Graham Arnold.

Graham Arnold meletakkan jabatan sebagai pelatih Timnas Australia dipicu hasil imbang melawan Timnas Indonesia beberapa waktu lalu. Warganet Australia mengungkapkan kekecewaannya lantaran timnas mereka gagal meraih kemenangan di dua pertandingan awal di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.

Mantan arsitek Crystal Palace Tony Popovic ditunjuk menjadi pelatih baru timnas Australia menggantikan Graham Arnold pada Senin (23/9). Pada posisi barunya ini, Popovic memiliki tugas meloloskan Australia ke putaran final Piala Dunia 2026.

Ingat kisah tim nasional Korea Selatan? Saat merencanakan skuad tim nasional pertamanya dalam enam tahun, pelatih kepala baru Korea Selatan Jurgen Klinsmann menjaga semuanya tetap sederhana. Ia hanya membuat satu perubahan yang tidak dipaksakan pada skuad Korea yang mencapai babak sistem gugur di Qatar 2022, memilih untuk melihat apa yang bisa ia kerjakan sebelum mencoba mencari pemain baru dari liga baru.

Korea Selatan adalah satu dari 13 tim di Piala Dunia Qatar 2022 yang telah mengganti pelatih kepala mereka, dan satu dari sedikit tim yang tidak melakukannya berdasarkan hasil yang buruk.

Di tempat lain di Asia, Qatar memutuskan untuk berpisah dengan Felix Sanchez Bas, dan menggantinya dengan mantan bos Iran, Carlos Queiroz. Pertukaran ini hampir terjadi secara langsung, Sanchez Bas dikabarkan hampir bergabung dengan Iran sebagai pengganti Queiroz tetapi pada akhirnya memilih untuk menjadi pelatih baru Ekuador, sehingga Iran harus menunjuk pelatih lokal Amir Ghalenoei, yang sebelumnya pernah melatih negara tersebut pada tahun 2007.

Di Eropa, perubahan manajemen membuat pelatih kepala Belgia di Piala Dunia, Roberto Martinez, bergabung dengan Portugal, dan pelatih kepala Portugal, Fernando Santos, bergabung dengan Polandia.

Tapi, harus diakui, pergantian pelatih tidak  selalu menjamin akan melahirkan atau menghasilkan prestasi yang membanggakan. “We don’t want to tell our dreams, we want to show them.”  kata Cristiano Ronaldo.

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Wow, Harga Emas Sudah Rp1.555.000 Per Gram

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Harga emas PT Antam Tbk pada Jumat (10/1) mengalami kenaikan menjadi Rp1.555.000 per gram atau naik...