Rabu, 4 Desember 2024

‘Cerita’ Pengalaman di Tanah Suci

Walimah yang ogut tahu artinya mirip kendurian atau pesta. Safar ya perjalanan and biasanya sih jauh. Makanya kita kenal di Indonesia kata safari.

Hot News

Oleh Sutan Eries Adlin, wartawan tentangkita.co

TENTANGKITA.CO: Beberapa pekan belakangan, ogut beberapa kali menerima undangan untuk hadir dalam walimatussafar. Perbedaan pandangan tentang walimatussafar gak usah dibahas ya.

Walimah yang ogut tahu artinya mirip kendurian atau pesta. Safar ya perjalanan and biasanya sih jauh. Makanya kita kenal di Indonesia kata safari.

Aktivitas walimatussafar biasanya digelar menyambut keberangkatan seseorang ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. Kalau di Pisangan Lama, Jakarta Timur, tempat ane tinggal, istilah yang lebih sering dipake adalah ratiban.

Istilah ratiban diambil dari kegiataan membaca ratib—bentuk jamaknya adalah rawatib. Dari yang ogut baca di laman NU Online, ratib itu artinya juga sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ratib berarti “puji-pujian kepada Tuhan yang diucapkan berulang-ulang; zikir”. Penjelasan ini boleh dibilang persis dengan pengertian ratib dalam konteks ritual.

“Dalam istilah tasawuf, kata ratib dipakai sebagai suatu bentuk zikir yang disusun seorang guru tarekat atau seorang ulama untuk dibaca pada waktu-waktu tertentu oleh seseorang atau beberapa orang dalam suatu jemaah sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh penyusunnya,” begitu penjelasan NU Online, nu.or.id.

Di acara ratiban orang mau naek haji yang biasa dibaca adalah Ratibul Haddad. Sesuai dengan sebutan yang disematkan, penyusun paket bacaan ini adalah ulama besar dari kalangan Ba’ Alawi yakni Abdullah bin ‘Alawi bin Muhammad al-Haddad.

Konon, Habib Al Haddad menyusun ratib tersebut pada tahun 1701 Hijriyah. Selain menjadi bacaan saat walimatussaffar, jamaah masjid At Taufiq di depan rumah ogut rutin membaca Ratibul Haddad secara bersama-sama setiap minggu. Kalau gak salah setiap malam Jumat deh.

Kite balik ke undangan walimatussafar yang ogut hadirin. Mungkin kalian punya pengalaman yang sama dengan ogut pas datang acara syukuran itu. Biasanya orang yang sudah haji kemudian banyak bercerita tentang pengalaman di Tanah Suci.

Moral dari aneka cerita yang sering ogut denger biasanya menyangkut tentang pentingnya mengelola hati dan pikiran selama berada di Tanah Suci. Punya pikiran jelek, biasanya sontak bakal mendapat ‘respons’.

Sering juga dikutip cerita yang melukiskan tentang apa yang pernah kita perbuat di kampung halaman—baik kebaikan maupun keburukan—terkadang juga mendapatkan ‘balasan’ di sana.

Oleh karena demen berkisah juga, ogut biasanya ambil bagian dalam omongan seputar pengalaman di Tanah Suci. Alhamdulillah, pernah umrah pada awal 2000-an jadi sedikit tahu tentang bagaimana al Haramain.

Dalam satu walimatussafar kecil-kecilan—saat itu gak pake ratiban—di rumah Dee, temen SMP, ane berkisah bahwa ternyata niat berbuat baik di Tanah Suci juga harus dipersiapkan secara mateng. Jangan asal pengen berbuat baik.

“Temen gue pernah mau nyeberangin nenek-nenek di Masjidil Haram, eh malah dimarah-marahin sama Nenek-nya,” begitu salah satu pokok cerita di kisah gue.

Gue sempet curi-curi pandang. Keliatan wajah temen-temen yang menyimak cerita itu seperti menunggu penjelasan lanjutan kisahnya. Kalian yang baca begitu juga kan?

“Nenek-nya marah-marah, orang dia gak lagi mau nyeberang,” begitu punchline-nya.

Terlihat wajah-wajah temen-temen ogut itu seperti gak percaya mendengar punchline itu. Lagi-lagi, kalian yang baca juga begitu gak?

Wassalaam.

Semoga kita semua berkesempatan mengunjungi Tanah Suci untuk berhaji.

Labbaik allahumma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaik, innal hamda wan ni’mata laka wal mulk, laa syariikalak.”

Artinya: Aku sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu, aku sambut panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku sambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, kemuliaan dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.

NB: Insipirasi cerita dari lawakan komika Indra Frimawan

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Kompolnas: Penempatan Polri di TNI Khianati Reformasi

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Gagasan penempatan Polri di bawah TNI mengkhianati cita-cita reformasi. Pemisahan itu merupakan hasil dari gerakan reformasi...