TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Menjadi presiden, di negara manpun, bukan tugas yang ringan. Persoalan bangsa dan negara, banyak dan kerap kali sangat rumit, yang tidak mudah diatasi. Solusi, pun kerap kali, tidak mudah. Itulah yang pasti akan dihadapi Presiden-Wapres terpilih Indonesia, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Saya pun ingin berkontribusi untuk membantu Presiden terpilih kita, tetapi hanya berupa ide yang, mudah-mudahan, bisa sekadar mengingatkan tatkala Presiden-Wapres Terpilih kita lupa.
“A president’s hardest task is not to do what is right, but to know what is right.”
– Lyndon Johnson
*****
Pak Prabowo Subianto yang terhormat. Pertama, izinkan saya mengucapkan selamat atas terpilihnya Bapak dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden-Wapres Indonesia 2024-2029. Sebanyak 96.214.691 orang atau 58,59% dari total suara sah nasional telah memilh Bapak. Ini sebuah pencapaian yang bagus, Pak.
Saya berdoa, semoga bapak terus diberikan kesehatan lahir batin oleh Tuhan agar mampu memimpin Bangsa Indonesia, setidaknya, dalam lima tahun ke depan untuk menjadi bangsa yang maju di semua aspek: lahir dan batin, Pak.
Saya percaya Bapak ingin berbuat yang terbaik untuk bangsa ini. Bapak tidak ingin mengecewakan bangsa ini untuk mewujudkan harapan mereka menjadikan hidup mereka lebih baik di kemudian hari.
Bapak pasti tahu dan paham, semua warga bangsa ini, tidak ingin menjadi bangsa yang gagal. Tidak sejahtera lahir batin. Setidaknya, sekadar gambaran, mereka berharap dan ingin memiliki pendapatan yang mampu mencukupi kebutuhan dasar mereka: Papan, sandang dan pangan. Sehingga, antara lain, mereka tak perlu lagi mengemis di jalan-jalan, mencuri, jadi begal, mafia hukum untuk sekadar memenuhi kebutuhan dasar mereka. Tidak mudah memang, Pak.
Apalagi, menrujuk pada pidato PBB yang berjudul Menghargai Apa yang Penting: Kerangka Kerja untuk Maju Melampau Produk Domestik Bruto. Di sana, menurut PBB –saat itu menjelang KTT Masa Depan 2024– saat ini, dunia sedang menghadapi berbagai krisis yang saling berkaitan – termasuk perubahan iklim, memburuknya ekosistem dan hilangnya keanekaragaman hayati, konflik dan kekerasan yang menghancurkan, meningkatnya kemiskinan, kelaparan, ketidaksetaraan, beban utang yang tidak berkelanjutan, serta biaya hidup yang semakin tinggi – yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda.
Tujuan pembangunan berkelanjutan berada di luar jalur. Produk Domestik Bruto (PDB) telah menjadi proksi bagaimana kita menentukan nilai, bagaimana kita mengukur penciptaan kekayaan dan kemajuan pembangunan, serta bagaimana kita mengalokasikan sumber daya atas dasar itu.
Tapi, ternyata, PDB tidak memperhitungkan kesejahteraan manusia, lingkungan hidup yang keberlanjutan, layanan rumah tangga yang tidak dibayar, seperti pekerjaan perawatan, dan dimensi distribusi yang bias dalam kegiatan ekonomi.
Selain itu, pendekatan ini gagal menangkap kerusakan manusia dan lingkungan dari beberapa kegiatan ekonomi. Praktik-praktik berbahaya, seperti deforestasi, penangkapan ikan berlebihan, dan pembakaran bahan bakar fosil, sering kali berkontribusi pada peningkatan PDB.
Untuk mencapai target yang telah kita tetapkan untuk mengatasi krisis tiga planet dan krisis lainnya, perubahan mendasar dalam cara kita mengukur kemajuan sangat dibutuhkan.
Bangsa Indonesia –dalam Indonesia Emas 2045: Rancangan Akhir RPJPN 2025-2045– bertekad: Indonesia akan menjadi negara tangguh, mandiri, dan inklusif di 2045. Pembangunan 20 tahun ke depan diharapkan dapat mendorong Indonesia bertransformasi menuju peradaban masyarakat yang modern dan sejahtera.
****
Pak, selain warga bangsa, saat bapak disahkan sebagai pemenang Pilpres 2024 di Pemilu 2024 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), tidak sedikit pemerintah dari negara lain di dunia ini yang mengucapkan selamat dan siap untuk mendukung tekad Bapak untuk membawa Indonesia menjadi bangsa yang mandiri, tangguh dan inklusif.
Ambil contoh saat kita membaca surat ucapan selamat Antony J. Blinken, Menteri Luar Negeri AS, pada 20 Maret 2024.
“Kami menyampaikan ucapan selamat yang tulus kepada Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto atas kemenangannya dan sekali lagi memuji masyarakat Indonesia atas partisipasi dan komitmennya terhadap demokrasi dan aturan hukum.”
“Amerika Serikat dan Indonesia merayakan 75 tahun hubungan diplomatik yang dilandaskan pada demokrasi dan pluralisme. Sebagai mitra dan kawan dekat dalam Kemitraan Strategis Komprehensif, kita bekerja sama untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi warga negara kita. Kami menantikan untuk bermitra erat dengan Presiden terpilih Prabowo Subianto dan pemerintahannya saat dimulainya masa jabatan pada bulan Oktober.”
Begitu juga dari Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dalam surat ucapan selamat kepada presiden terpilih Indonesia Prabowo Subianto. “Ia [Fumio Kishida] pun menyampaikan keinginannya untuk mendorong berbagai kerja sama bilateral dan bekerja sama dalam menangani situasi regional maupun internasional,” kata Kedubes Jepang.
Termasuk ucapan selamat dan dukungan dari Presiden China Xi Jinping atas kemenangannya dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Dalam surat tersebut, Xi mengatakan China dan Indonesia memiliki sejarah baik dalam upaya mempercepat perkembangan hubungan bilateral.
“Hubungan China dan Indonesia sangat penting. Saya siap bekerja sama dengan Anda untuk mengarahkan pembangunan komunitas China-Indonesia dengan masa depan bersama menuju kemajuan yang lebih besar,” ujar Xi.
Setidaknya, dari yang saya tahu, ada banyak lagi kepala negara atau pemerintahan yang mengucapkan selamat dan siap mendukung Bapak menjadi Presiden Indonesia.
Via telepon: PM Australia Anthony Albanese, PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Malaysia Anwar Ibrahim, Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, PM Albania Edi Rama, Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta, Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, Presiden Nikaragua Daniel Ortega, Presiden Uni Emirat Arab Yang Mulai Mohamed Bin Zayed.
Melalui Twitter atau surat: PM India Narendra Modi, PM Inggris Rishi Sunak, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Cina XI Jinping, Presiden Filipina Bongbong Marcos.
Ah, rasanya, Bapak tidak perlu waswas lagi. Dukungan untuk bapak sudah sangat kuat dan mantap. Saya yakin, dukungan dari dalam dan luar negeri itu, akan membawa Bapak lebih mudah untuk mengimplementasikan program yang bapak tawarkan dalam masa kampanye.
****
Bapak mungkin belum lupa tentang isi pidato setelah ditetapkan sebagai Presiden Republik Indonesia oleh Komisi Pemilhan Umum (KPU) melalui Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 di kantor KPU, Jakarta Pusat, Rabu (24/7/2024).
Poin Pidato Bapak:
- Kita ingin yang terbaik untuk rakyat Indonesia.
- Rakyat menuntut semua unsur pimpinan harus bekerja sama, kolaborasi untuk membawa kebaikan, membawa kesejahteraan, membawa kemakmuran, menghilangkan kemiskinan, menghilangkan kelaparan, menghilangkan korupsi di bangsa. “Ini tuntutan rakyat,” kata Bapak.
- Kita harus bersatu, harus rukun. Apakah bersatu itu berada di dalam pemerintahan atau berada di luar pemerintahan, sama-sama kita berjuang untuk rakyat kita. Sama-sama kita berjuang untuk dengan secepat-cepatnya kita membawa kebaikan peningkatan untuk rakyat kita.
- Tidak boleh ada, rakyat kita, anak-anak kita yang tertinggal dan tidak menikmati hasil kemerdekaan saudara-saudara itu pandangan saya.
- “Marilah kita berkorban untuk rakyat kita yang masih banyak mengalami kesusahan, yang masih banyak sulit mencari makan untuk hari esoknya,” kata bapak saat itu.
Namun, di sinilah kegalauan saya, Pak. Saya berharap dalam upaya bapak untuk men-drive agar bangsa ini menjadi bangsa yang tangguh, mandiri dan inklusif, yang pertama harus kita lakukan adalah: Membangun Kesadaran dan Penegakan hukum.
Kini, kondisinya, bukan lagi rasanya, Pak. Tapi sudah dalam situasi yang cukup mengkhawatirkan dan berpotensi mengancam program membawa bangsa ini menjauh untuk menjadi bangsa yang tangguh, mandiri dan inklusif.
Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Edward Omar Sharif Hiariej mengatakan dalam konteks kesadaran hukum, ada tiga hal yang paling sulit dari penegakan hukum, yaitu substansi, struktur, dan budaya hukum.
“Saat ini kesadaran hukum di Indonesia masih bersifat heteronom. Artinya, taat akan hukum akibat paksaan, dorongan, tekanan, ataupun ketakutan terhadap sanksi yang diterapkan,” kata dia saat membuka kegiatan ‘Seminar Hukum Akselerasi Indonesia Sadar Hukum : Korupsi, Pencucian Uang, dan Hak Asasi Manusia di Era Globalisme’.
Belum kuatnya budaya dan kesadaran hukum yang ditambah dengan perkembangan teknologi, mengakibatkan kemunculan berbagai dampak negatif, salah satunya adalah perilaku korupsi. “Korupsi yang dikategorikan extra ordinary crime telah berkembang sedemikian rupa bahkan diorganisir lintas negara atau yang biasa disebut internasionalisasi korupsi,” kata Eddy.
Pak, saya ingat dua kutipan:
1. “Masyarakat tidak bisa ada tanpa hukum. Hukum adalah pengikat masyarakat: yang membentuknya, yang memelihara dan memeliharanya. Faktanya, hal ini merupakan inti dari masyarakat sipil.” kata Joseph P. Bradley,
Joseph Philo Bradley (14 Maret 1813 – 22 Januari 1892) seorang ahli hukum Amerika yang menjabat sebagai hakim asosiasi di Mahkamah Agung Amerika Serikat dari tahun 1870 hingga 1892. Ia juga merupakan anggota Komisi Pemilihan Umum yang memutuskan sengketa yang disengketakan. Pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 1876.
2. “Dalam kondisi terbaiknya, manusia adalah hewan yang paling mulia; terpisah dari hukum dan keadilan, dialah yang paling buruk.” kata Aristoteles.
Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani yang menjadi guru dari Alexander Agung. Ia menjadi murid dari Plato ketika berada di Athena. Aristoteles belajar dari Plato selama 20 tahun, mulai pada umur 17 tahun.
Terima kasih, Pak. Semoga sukses memimpin negeri ini…