TENTANGKITA.CO, YOGYAKARTA – Program susu gratis yang diusung pasangan calon presiden Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka membuat Indonesia kekurangan 7,8 juta ton susu.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementerian Pertanian Tri Melasari mengungkapkan jika sasaran program ini sebanyak 82 juta orang yang terdiri dari siswa sekolah, santri dan ibu hamil maka membutuhkan 4,1 juta ton susu sapi per tahun.
Di luar jumlah itu, kebutuhan reguler konsumsi susu nasional sudah mencapai 4,6 juta ton.
Sedangkan produksi susu nasional hanya 0,9 juta ton per tahun.
“Kita punya kekurangan 7,8 juta ton atau setara 2 juta ekor sapi perah laktasi,” ujar Melasari, di Yogyakarta, akhir pekan lalu.
Produksi susu sapi perah di Indonesia masih didominasi oleh usaha peternakan rakyat, dengan prosentase sekitar 90 persen.
Setiap peternak, biasanya memiliki 2-3 ekor sapi, produksinya rata-rata 8-13 liter per ekor per hari.
Selain soal skala usaha dan kapasitas produksi, peternak sapi Indonesia juga menghadapi masalah kualitas, agar susu yang diproduksi sesuai dengan standar.
Menurut Tri perlu upaya mendorong peningkatan produksi dan produktivitas sapi perah nasional.
Peternakan Rakyat Serap Banyak Tenaga Kerja
Menurut Tri, peternakan sapi perah ini sebenarnya berpotensi menyerap banyak tenaga kerja apalagi dengan potensi permintaan dalam negeri yang tinggi.
Namun perusahaan besar yang bergerak pada sektor ini masih minim, sehingga perlu dukungan pemerintah, terutama untuk penyediaan lahan peternakan sapi perah yang tersedia luas di luar Pulau Jawa.
Untuk program pemenuhan pemberian susu gratis 200 ml per hari, perlu mendatangkan 1,1 juta ekor sapi perah yang berasal dari Australia, Selandia Baru, Brasil dan Amerika Serikat.
Guru Besar Fakultas Peternakan UGM Prof Ali Agus mengatakan selama ini dukungan pemerintah masih minim pada industri ternak sapi perah.
Saat ini populasi sapi perah di Indonesia sekitar 507.000 ekor, sementara produktivitasnya 12,4 liter per ekor per hari. Sedangkan produksi susu per tahun 837.000 ton.
Menurut Ali, diperlukan kemitraan antara industri pengolahan susu dan peternak sapi perah yang lebih masif.
Saat ini dari 84 perusahaan industri pengolahan susu, hanya 14 di antaranya yang bermitra dengan koperasi dan peternak sapi perah.
“Perlu peningkatan kemitraan industri dan peternak sapi perah, dan mekanisasi kandang dan pemerahan,” ujar Ali.
Selain itu juga perlu mendatangkan sapi perah 300.000 ekor per tahun serta dan penguatan koperasi.
Menurut dia hal ini dilakukan karena populasi sapi perah menurun hingga 30 persen setelah serangan PMK dan penyakit lain.
Serangan penyakit ini juga membuat harga susu di level peternak menjadi rendah, sedangkan harga pakan terus naik.
Dukungan pemerintah juga perlu untuk memperbanyak pendirian pabrik pakan sapi, memperbanyak industri pengolahan susu, pemberdayaan peternak, serta penjaminan mutu sapi dan hasil produk sapi perah.
Program Susu Gratis butuh Impor 2,5 juta Sapi Perah
Sebelumnya holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pangan atau ID FOOD mengungkapkan bahwa program susu gratis Prabowo – Gibran membawa konsekuensi impor sapi perah hingga 2,5 juta ekor.
Saat mengunjungi gedung Dewan Pers di Jakarta pada Kamis (4/1), Prabowo mengungkapkan strateginya menyediakan bahan untuk program susu gratis.
Langkah pertama adalah impor sapi perah sekitar 1,5 juta ekor untuk memenuhi susu yang hendak dibagikan ke anak-anak.
Dalam dua tahun, sapi-sapi itu diperkirakan akan berkembangbiak dan secara nasional Indonesia akan mempunyai 3 juta ekor sapi.
Jumlah itu diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan program susu gratis.
Tiap anak menurut Prabowo akan mendapatkan susu gratis 500 mililiter per orang per hari, atau 40 juta liter.