TENTANGKITA, JAKARTA – Aksi-aksi kriminalitas klitih di Yogyakarta belum juga berakhir, Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X diminta turun tangan mengeluarkan kebijakan yang bisa mengatasi aksi-aksi kriminal bocah tanggung ini.
Terakhir pada Senin 27 Desember 2021, dua anak di bawah umur menjadi korban penganiayaan yang diduga dilakukan oleg geng pelajar dengan jumlah puluhan orang di Jalan Kaliurang KM 9, Ngaglik, Sleman Yogyakarta, seperti diberitakan Bacajogja.id
Klitih ada fenomena agresivitas remaja berupa penganiayaan oleh sekelompok geng beranggota berusia sekitar 14-19 tahun dengan korban acak.
Biasanya mereka berkeliling kota menggunakan sepeda motor dan menyerang siapa saja yang mereka temui di jalan.
Baca juga: Anak-anak Harus Terlibat Kendalikan Penyebaran Omicron
Sensasi Privat Beach di Pantai Wohkudu Gunung Kidul, Hening dan Tenang di Antara Dua Tebing
Motif biasanya adalah eksistensi geng, semakin banyak melakukan aksi klitih geng tersebut akan semakin disegani.
Klitih juga bisa jadi ajang uji nyali bagi anggota baru yang akan bergabung di geng.
Kepala Unit Reskriom Polsek Ngaglik Komisaris Budi Karyanto mengatakan penganiayaan terjadi Senin sekitar pukul 01.30 WIB.
Korban mengalami luka akibat sabetan senjata tajam di bagian punggung, telapak tangan dan jari telunjuk sebelah kanan. Gigi korban juga patah.
Korban lain mengalami memar di tangan sebelah kanan serta lebam di punggung.
Fenomena klitih ini sudah bertahun-tahun terjadi di Yogyakarta, bahkan sudah jatuh beberapa korban meninggal dunia akibat aksi ini.
Sebelum kejadian 27 Desember 2021 lalu, polisi juga menangkap lima bocah yang membawa senjata tajam di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.
Kepolisian di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sering sekali menangkap bocah-bocah tanggung yang bergerombol menggunakan sepeda motor dan membawa senjata tajam.
Senjata mereka biasanya golok, pisau, celurit, atau apapun yang bisa melukai orang lain.
Pesona Embung Nglanggeran Gunung Kidul Yogyakarta, Wisata Eksotis di Atas Bukit
Faktor-faktor penyebab klitih
Banyak penelitian di Yogyakarta berusaha mengungkap penyebab fenomena klitih.
Paling sering dikemukakan adalah adanya hubungan antara perhatian dan latar belakangan orang tua dan hubungan antarkelompok menjadi penyebab klitih.
Ahmad Fuadi, Titik Muti’ah, Hartosujono dar Fakultas psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa mengungkapkan subjek-subjek pelaku klitih dipengaruhi beberapa hal. Di antaranya latar belakang orang tua, Keluarga bermasalah, hubungan dengan kelompok, hubungan dengan lingkungan, dan karakter Individu.
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkapkan salah satu penyebab klitih adakan kurangnya interaksi dan perhatian dalam keluarga.
Sebagian pelaku klitih kata penelitian UGM itu berasal dari berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi lemah atau kedua orang tuanya bercerai.
5 Tempat di Yogyakarta untuk Bulan Madu, dari Pantai di Gunung Kidul hingga Restoran di Sleman
Sultan Diminta Turun Tangan
Di media sosial twitter muncul tanda pagar #SriSultanYogyaDaruratKlithih untuk meminta agar Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubowono X turun tangan mengatasi fenomena klitih ini.
Akun twitter penulis @puthutea mengkampanyekan tanda pagar tesebut.
“Biar gubernur Yogya turun tangan. Berpuluh tahun masalah yg meresahkan masyarakat terjadi, byk korban jiwa, tp pemda tak melakukan tindakan yg jelas,“ cuit dia.
Sebelumnya permaisuri Raja Yogyakarta GKR Hemas malah berkomentar bahwa kriminalitas yang terjadi masih dalam batas wajar.
Selain itu polisi juga sudah bekerja maksimal dan cepat mengungkap pelakunya.
“Kejadian akan selalu viral di media sosial dan menjadi bahan berita dan langsung menyebar. Itu kan gangguan biasa dan polisi responnya cukup cepat,” ujar dia.
Karni Ilyas Club Dibanned di Instagram, ILC Dibanned Facebook, Ini Kata Said Didu