Kamis, 21 November 2024

SERIAL ORANG TAJIR: Jan Koum, Bos WhatsApp, Dulunya Pengumpul Kupon Makan

Sejak lahir 1976 dan usia 16 tahun hijrah ke Amerika Serikat, di sana [Yahoo] Koum bertemu Brian Acton, yang kemudian menjadi salah satu pendiri WhatsApp.

Hot News

TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Saya sedikit terkesima. Saat itu saya membaca sebuah judul berita di entrepreneur.com 7 Pengusaha Miliarder yang Memulai dari Miskin.  Salah satunya tertulis Jan Koum. Siapa pria ini, pikir saya.

Pria itu, awalnya,  bekerja sebagai petugas kebersihan dan mengumpulkan kupon makanan. Kemudian bekerja sebagai petugas kebersihan. Lalu, saya pun tergelitik untuk membacanya lebih lanjut.

Saya pun mencari tahu. Leaders.com diinformasikan Jan Koum, yang lahir pada tahun 1976 dari sebuah keluarga Yahudi di Kyiv, Ukraina, anak dari pekerja  di bidang konstruksi, sedangkan ibunya tinggal di rumah bersama putranya.

Siapa pun dapat membangun perusahaan dan menjual perusahaan tersebut keesokan harinya. Itu tidak menjadikan Anda istimewa, tidak menjadikan Anda unik, tidak menjadikan Anda hebat.

Jan Koum–

Sebagai seorang anak, Koum mengalami dampak negatif tumbuh di rezim Komunis, yang sangat mempengaruhi komitmen kuatnya terhadap perlindungan privasi.

“Saya tumbuh dalam masyarakat di mana segala sesuatu yang Anda lakukan disadap, direkam, dan diadu. Tidak seorang pun berhak menguping, atau Anda akan menjadi negara totaliter—negara yang saya hindari saat masih kecil.” Katanya  sangat serius  kepada Wired.

BACA JUGA

Setelah runtuhnya komunisme di Eropa Timur, ibu Koum memutuskan  yang terbaik adalah keluarganya pindah ke Amerika untuk memulai babak baru.

Namun, kehidupan baru mereka di Mountain View, California, tidaklah mudah. Meskipun ayahnya berencana untuk bergabung dengan keluarga tersebut, dia tidak pernah melakukannya. Lebih buruk lagi, ibu Koum menerima diagnosis kanker tak lama setelah mereka tiba di AS.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, ibu dan anak tersebut menerima bantuan federal: kesejahteraan, kupon makanan, dan perumahan pemerintah. Dalam kondisi miskin, remaja ini menambah penghasilannya dengan bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah toko kelontong.

​Saat Koum bekerja di toko kelontong,  dia belajar sendiri jaringan komputer dengan membaca manual lama, dan akhirnya mendapatkan pekerjaan di Yahoo.

Ini menjadi titik awal dari kehidupannya yang ‘baru’. Kalau meminjam istilah Linkedin.com: Dia keluar dari perguruan tinggi untuk bergabung dengan Yahoo, menyiapkan panggung untuk perjalanan kewirausahaannya.

Sejak lahir 1976 dan usia 16 tahun hijrah ke Amerika Serikat, di sana [Yahoo] Koum bertemu Brian Acton, yang kemudian menjadi salah satu pendiri WhatsApp. Koum terinspirasi untuk meluncurkan WhatsApp setelah membeli iPhone dan menyadari potensi industri aplikasi yang sedang berkembang.

WhatsApp dengan cepat menjadi populer dan menarik perhatian Facebook, yang mengakuisisi aplikasi tersebut pada tahun 2014 seharga $19 miliar.

Koum memilih menandatangani kesepakatan di depan gedung tempat dia pernah mengantri untuk mengumpulkan kupon makanan. Kekayaan bersihnya pada 2018, diperkirakan, sudah mencapai 9,1 miliar dolar AS oleh Forbes. Saat itu, umurnya sekitar 52 tahaun.

BACA JUGA

Pendapatan tahunan WhatsApp 2018 hingga 2023

  • 2018 – 443 juta dolar AS
  • 2019 – 507 juta dolar AS
  • 2020 – 632 Juta dolar AS
  • 2021 – 790 juta dolar AS
  • 2022 – 906 juta dolar AS
  • 2023 – 1.248 juta dolar AS

Media massa mulai meliriknya dan mewawancarainya. “Jan Koum: Kisah Inspiratif Pendiri WhatsApp’ demikian tulis leaders.com.

Setelah kaya, Koum tak lantas menjelmah seperti kacang lupa kulit. Jan Koum mendukung kegiatan amal. Didirikan pada tahun 2016, The Koum Family Foundation menyumbangkan 10 juta dolar AS ke Universitas Stanford pada tahun 2018 dan telah memberikan puluhan juta dolar untuk tujuan-tujuan yang berhubungan dengan Yahudi dan Israel.

Per Rabu (6/3/2024), menurut Forbes, dia memiliki kekayaan bersih 16 miliar dolar AS, turun 37 juta dolar AS (0,23%) .

BACA JUGA

Menurut Linkedin kunci awal sukses Koum adalah komitmen.  Di mana Koum dan Acton menolak iklan dan fokus pada pengalaman pengguna. Komitmen yang teguh ini memainkan peran penting dalam perjalanan mereka. Sebagai pemimpin penjualan, pelajaran terbesarnya adalah pentingnya mempertahankan nilai-nilai inti, bahkan ketika menghadapi tawaran yang menguntungkan.

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Piala Dunia FIFA 2026: Ini Syarat Indonesia Lolos

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Peluang Indonesia menjadi  satu dari dua negara di Grup C yang lolos  dari babak ketiga Kualifikasi...