Kamis, 21 November 2024

Bawaslu Temukan 355 Dugaan Pelanggaran Siber

Dari banyaknya disinformasi yang beredar, platform Youtube menjadi tempat ditemukan disinformasi terbanyak, yakni 44,6 persen. Disinformasi juga ditemukan di Facebook (34,4 persen), Tiktok (9,3 persen), Twitter atau X (8 persen), Whatsapp (1.5 persen), dan Instagram (1.4 persen)

Hot News

TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Berdasarkan rekapitulasi hasil pengawasan siber Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)  selama masa tahapan kampanye 28 November- 10 Februari 2024 ditemukan 355 dugaan pelanggaran konten internet (siber).

Anggota Bawaslu Lolly Suhenty menyampaikan temuan hoaks pemilu dan potensi hoaks  jelang pemungutan suara 14 Februari 2024. Temuan tersebut berdasarkan penelusuran tim pengawasan siber Bawaslu dan Panwaslu luar negeri (LN) terhadap pelanggaran konten.

“Ke-355 temuan ini, berdasarkan analisis oleh tim pengawasan siber terhadap konten yang diduga melanggar atau tidak,” kata Lolly  dalam keterangan di website Bawaslu, Selasa  (12/2).

Image

BACA JUGA

Dia menerangkan, temuan tersebut dibagi beberapa kategori. Dia mencontohkan, berdasarkan platform, dari 355 konten yang sudah diawasi, ditemukan platform facebook (FB), sebanyak 33,2 % dan platform youtube, yaitu 0,6 %.

“Ini membuktikan, platform FB, platform dengan isi konten paling banyak tentang pelanggaran pemilu dibanding youtube,” ucapnya.

Lolly menambahkan, berdasarkan jenis sasaran siber paling banyak, serangan siber paling banyak, menyasar kepada Paslon capres/cawapres 02 dengan 45%. “Paslon capres/cawapres 01 sebesar 33% dan paslon 03 18%,” sebutnya.

Pada saat itu pula, Srikandi Pengawasan tersebut turut memprediksi, bahwa hoaks jelang pemungutan suara akan meningkat. Sehingga dia meminta kepada jajaran Bawaslu, untuk lebih meningkatkan intensitas pencegahan dan pengawasan siber agar lebih maksimal.

“Kolaborasi dengan platform digital juga dilakukan dengan intens,” pesannya.

Sementara itu, Koalisi Masyarakat Sipil Lawan Disinformasi Pemilu yang berisikan 20 organisasi masyarakat sipil dan peneliti independen yang peduli pada penanganan gangguan informasi untuk mengawal pemilu damai 2024 juga melakukan monitoring media sosial.

BACA DEH  Pneumonia Ancaman Serius bagi Anak-Anak, Kematian Terjadi Setiap 43 Detik

Dan dalam evaluasinya, koalisi ini yang diwakilkan Ketua Mafindo Septiaji Eko Nugroho menyebutkan, ada beberapa temuan terkait penyebaran disinformasi dan ujaran kebencian terkait pemilu.

Baca Juga

“Dari banyaknya disinformasi yang beredar, platform Youtube menjadi tempat ditemukan disinformasi terbanyak, yakni 44,6 persen. Disinformasi juga ditemukan di Facebook (34,4 persen), Tiktok (9,3 persen), Twitter atau X (8 persen), Whatsapp (1.5 persen), dan Instagram (1.4 persen),” tuturnya.

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Piala Dunia FIFA 2026: Ini Syarat Indonesia Lolos

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Peluang Indonesia menjadi  satu dari dua negara di Grup C yang lolos  dari babak ketiga Kualifikasi...