Jumat, 22 November 2024

Kanker Serviks Pembunuh Wanita Terbesar Kedua di Indonesia Bisa Ditekan

Meski begitu, menurut Menkes Budi Gunadi Sadikin, kanker serviks yang disebabkan oleh virus itu dapat dieliminasi. “Sebab, 80% hingga 90% kanker serviks dapat dieliminasi apabila terdeteksi secara dini.”

Hot News

TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Kanker serviks alias leher rahim menjadi penyakit pembunuh wanita terbesar ke dua di Indonesia.

Namun, menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, deteksi dini terhadap kanker serviks akan mengeliminasi sekitar 80 persen hingga 90 persen penyakit tersebut.

“Sekitar 234.000 masyarakat Indonesia yang meninggal karena kanker, dan kanker serviks adalah pembunuh kedua wanita di Indonesia,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin seperti dilansir laman Kemenkes.

Meski begitu, menurut Menkes Budi Gunadi Sadikin, kanker serviks yang disebabkan oleh virus itu dapat dieliminasi. “Sebab, 80% hingga 90% kanker serviks dapat dieliminasi apabila terdeteksi secara dini.”

Menkes Budi Gunadi Sadikin menyampaikan hal itu dalam sambutan di kegiatan talkshow dan launching Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi kanker leher rahim atau serviks di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Sabtu 15 Desember 2023.

Kegiatan dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes bertujuan akselerasi eliminasi kanker leher rahim di Indonesia.Tema dalam kegiatan tahun ini adalah Bersama Selamatkan Perempuan Indonesia dari Kanker Leher Rahim.

Lantas, Menkes Budi Gunadi Sadikin menyebut bahwa kanker merupakan pembunuh ketiga sedangkan kanker serviks adalah pembunuh terbanyak wanita di Indonesia.

BACA JUGA: Berikut Khasiat Temulawak Bagi Tubuh, Mulai Tingkatkan Imun Hingga Cegah Kanker

“Untuk kanker, kalau stadiumnya masih dini, sekitar 80 persen hingga 90 persen bisa sembuh kembali. Tapi, kalau stadium lanjut, 80 persen—90 persenitu fatal dan mengakibatkan kematian,” kata Menkes Budi.

PROGRAM IMUNISASI

Kemenkes sudah menyiapkan beberapa program untuk menekan penyakit kanker serviks atau kanker leher rahim itu. Pertama adalah imunisasi HPV kepada anak usia kelas 5 dan 6 SD dan remaja.

Program kedua adalah membuat vaksin HPV. Pasalnya, Indonesia masih sangat kekurangan vaksin tersebut dan tidak sebanding dengan populasi penerima vaksin. Apalagi harga vaksin itu sekarang ini masih mahal

“Sekarang sudah ada namanya (vaksin HPV) Nusagard. Kita harap ke depannya lebih banyak lagi yang bisa kita produksi di Bio Farma. Karena vaksinnya di level dunia juga kurang,” kata Menkes Budi.

Teknologi deteksi dini saat ini juga telah berkembang dengan adanya pemeriksaan HPV DNA yang menggunakan teknologi Polymerase chain reaction (PCR). Kemenkes sudah memiliki rencana pengadaan peralatan tersebut di 16 provinsi.

Kemenkes menargekan sebelum 2030 semua kabupaten dan kota akan mendapatkan fasilitas pemeriksaan HPV DNA berbasis PCR agar dapat melakukan deteksi dini kanker.

Program selanjutnya adalah terapi. “Seluruh puskesmas akan diberi alat yang namanya thermal ablation (ablasi termal) yang mudah digunakan. Dengan adanya alat tersebut, apabila terdapat lesi maka bisa diterapi langsung dan dirawat di puskesmas,” kata Menkes Budi.

STRATEGI GLOBAL

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu dalam sambutannya menyampaikan WHO telah mencanangkan strategi global untuk eliminasi kanker leher rahim pada tahun 2018 sampai tahun 2030.

BACA JUGA: Kiki Fatmala Meninggal Dunia Pasca Berjuang Lawan Kanker Stadium 4

Strategi ini meliputi tiga intervensi yaitu imunisasi, skrining menggunakan tes performa tinggi, dan pengobatan sesuai standar.

WHO menargetkan 90% wanita harus diimunisasi. Sebelum 2030, imunisasi HPV juga dilakukan untuk remaja pria. “Indonesia menargetkan hal yang sama,” lanjut Dirjen Maxi.

Kegiatan pekan lalu itu turut dihadiri oleh Santi (47) yang merupakan penyintas kanker serviks. Awalnya Santi mengalami pendarahan dan sakit yang luar biasa sehingga dia berkonsultasi ke rumah sakit di daerah Jakarta.

Awalnya, menurut Santi, ada miom dan kista ditubuhnya. Dokter menganjurkan Santi mengangkat miom dan kista.

“Tapi nyerinya nggak hilang. Jadi, saya konsultasi lagi ke dokter, dibiopsi, dan hasilnya keluar setelah 14 hari. Setelah hasilnya keluar, dicurigai adanya sel tumor ganas dan dinyatakan terkena kanker serviks stadium 1 B,” ungkap Santi.

Dengan semangat dan dorongan dari keluarga, Santi tidak membiarkan penyakitnya begitu saja. Santi terus datang ke rumah sakit untuk berkonsultasi, menjalani pengobatan, dan melakukan operasi pengangkatan rahim.

“Saya ikhtiar, saya bismillah, mungkin dengan diangkat rahimnya saya akan sehat saya akan sembuh,” kata Santi saat menceritakan perjuangannya melawan kanker dalam kegiatan tersebut.

Setelah melakukan operasi dan menjalani pengobatan radioterapi, Santi saat ini telah dinyatakan sembuh dari kanker serviks.

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Piala Dunia FIFA 2026: Ini Syarat Indonesia Lolos

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Peluang Indonesia menjadi  satu dari dua negara di Grup C yang lolos  dari babak ketiga Kualifikasi...