TENTANGKITA.CO, JAKARTA – “Masyarakat tidak perlu panik saat terpapar Covid-19,” ujar Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes DKI dr Ngabila Salama.
Dalam keterangannya, dia menyatakan kenaikan kasus normal terjadi seiring dengan pola gelombang Covid-19 dalam enam bulan sekali dan 90% pasien bergejala ringan.
“Polanya enam bulan sekali akan naik seperti ISPA dan pneumonia, karena kondisi pancaroba, imunitas orang cenderung turun karena lelah, stres, kurang tidur, pola makan kurang baik dan dari segi kuman karena kelembapan tinggi, sehingga mudah masuk ke tubuh manusia,” tandasnyam di laman dprd-dkijakartaprov.go.id.
BACA JUGA
- Mengenal Varian Covid Eris EG.5, Mungkinkah Kasus di Indonesia Bakal Naik Lagi Setelah Singapura?
- Kasus Covid-19 di Singapura Naik Tajam, Begini Imbauan Pemerintah Negeri Jiran
Kendati demikian, Sekretaris Komisi E DPRD DKI Jakarta Jhonny Simanjuntak mengatakan, Dinkes perlu melakukan gerak cepat penanganan untuk menghadapi penularan di Jakarta yang mencapai 40% baru-baru ini.
“Kita berharap Dinkes DKI Jakarta pro aktif, bekerja sat set untuk mengantisipasi dampak-dampak penularan kepada masyarakat. Ini bukan hal baru. Kita punya sukses story menghadapi situasi kritis,” ujarnya.
BACA JUGA
- Mulai 1 September, Pasien Covid-19 Bayar Sendiri
- UPDATE: Indonesia Bebas Covid-19? Ini Kata Perpres 48/2023
JANGAN PANIK
Johnny mengimbau Dinkes DKI kembali mengingatkan masyarakat tentang gejala yang timbul dan cara penanganan bila terpapar Covid-19.
Menurutnya masyarakat yang telah mendapat vaksin tidak perlu panik, sebab tubuh telah terproteksi.
“Masyarakat kita ini kan sudah pernah vaksin. Ini yang perlu kita sampaikan ke masyarakat supaya tidak ada kepanikan seperti dulu waktu awal-awal. Kita punya pengalaman baik soal itu,” ungkapnya.