TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Para Nabi dan Rasul sebelum Rasulullah Muhammad diketahui sudah melakukan shalat seperti diungkap oleh Syaikh Nawawi Al Bantani dalam kitabnya Sullam Al Munajah terbitan Al Haramain, Surabaya.
Menurut Syaikh Nawawi, ada peristiwa pada masa lalu sebelum Nabi Muhammad membawa Islam yang terkait dengan ketentuan shalat lima waktu: Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya.
Ulama besar asal Indonesia yang lama bermukim di Mekkah itu menceritakan hikmah di balik penentuan waktu dan jumlah rakaat yang terkait dengan peristiwa penting yang dialami para Nabi terdahulu.
Berikut ini cerita dan hikmah yang terkait dengan perintah shalat Subuh, menurut Syaikh Nawawi Al Bantani, ulama Indonesia yang menjadi rujukan ulama dunia pada masanya, seperti dilansir laman Kementerian Agama, kemenag.go.id.
BACA JUGA: Manusia Yang Pertama Kali Shalat Subuh: Nabi Adam
SHALAT DZUHUR
Menurut Syaikh Nawawi, orang pertama yang melaksanakan shalat dzuhur adalah Nabi Ibrahim. Kisah tersebut bermula ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra kesayangannya, Nabi Ismail.
Singkat cerita, Nabi Ismail diganti dengan seekor domba dari surga yang dibawa oleh malaikat Jibril. Kisah ini terjadi tepat ketika tergelincirnya matahari di waktu dzuhur.
Atas kejadian itu, Nabi Ibrahim kemudian menunaikan shalat sebanyak empat rakaat.
– Rakaat pertama merupakan bentuk rasa syukur Nabi Ibrahiim kepada Allah karena telah mengganti Ismail dengan domba untuk disembelih.
– Rakaat kedua sebagai syukur Nabi Ibrahim atas sirnanya kesedihannya di hati Nabi Ismail anaknya.
– Rakaat ketiga sebagai bentuk permohonan ridha Nabi Ibrahim kepada Allah atas kejadian tersebut
– Rakaat yang keempat sebagai syukur atas karunia nikmat yang telah Allah berikan yaitu berupa domba dari surga.
BACA JUGA: Tata Cara, Niat, Syarat dan Jenis Shalat Jamak: Taqdim dan Takhir
WAKTU SHALAT DZUHUR
Menurut laman rumaysho.com, awal waktu shalat Zhuhur adalah waktu zawal, yaitu saat matahari bergeser ke barat. Waktu zawal ini adalah saat matahari condong dari pertengahan langit ke arah barat.
Lantas waktu akhir shalat Zhuhur adalah saat panjang bayangan yang bertambah sama dengan panjang benda (selain panjang bayangan saat zawal). Akhirnya waktu Zhuhur, inilah dimulainya waktu shalat ‘Ashar.
Inilah pendapat jumhur (ulama) yang diselisihi Imam Abu Hanifah, di mana beliau berpendapat bahwa akhir waktu shalat Zhuhur adalah saat tinggi bayangan sama dengan dua kali tingginya selain tinggi bayangan saat zawal.
Disunnahkan mengerjakan shalat Zhuhur di awal waktu. Dalam hadits Jabir bin Samurah, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى الظُّهْرَ إِذَا دَحَضَتِ الشَّمْسُ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat Zhuhur ketika matahari telah tergelincir ke barat (waktu zawal).” (HR. Muslim, no. 618).
Disunnahkan mengakhirkan shalat Zhuhur ketika cuaca begitu panas. Hal ini berdasarkan hadits lainnya,
إِذَا اشْتَدَّ الْحَرُّ فَأَبْرِدُوْا عَنِ الصَّلاَةِ، فَإِنَّ شِدَّةَ الْحَرِّ مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ
“Apabila cuaca sangat panas, akhirkanlah shalat zhuhur sampai waktu dingin karena panas yang sangat merupakan hawa panas neraka Jahannam.” (HR. Bukhari, no. 536 dan Muslim, no. 615).
Batasan mendinginkan (mengakhirkan) berbeda-beda sesuai keadaan selama tidak terlalu panjang hingga mendekati waktu akhir shalat (Lihat Shahih Fiqh As-Sunnah, 1:239).
BACA JUGA: Tata Cara, Niat, dan Syarat Shalat Qashar: Perjalanan Minimal 82 Kilometer Ya
SHALAT SUBUH
Dalam kitab Sullam Al Munajah, Syaikh Nawawi menyebut manusia yang pertama kali melaksanakan shalat Subuh adalah Nabi Adam. Kisah ini bermula ketika Allah menurunka Nabi Adam ke Bumi dari surga.
Saat menginjakkan kaki di Bumi, Nabi Adam dihantui rasa takut dan khawatir. Bagaimana tidak. Keadaan Bumi sangat gelap karena tidak ada cahaya sama sekali.
Rasa takut dan khawatir Nabi Adam kemudian pupus ketika terbit fajar dengan membawa sinar yang menerangi Bumi seisinya. Pada saat itulah, Nabi Adam melakukan shalat dua rakaat sebagai bentuk rasa syukur.
Rakaat pertama, menurut Syaikh Nawawi, Nabi Adam bersyukur kepada Allah karena telah diselamatkan dari gelapnya malam tersebut. Rakaat kedua adalah bentur rasa syukur Nabi Adam karena terbitnya fajar yang bisa menerangi bumi dan seisinya.