Jumat, 22 November 2024

UNRWA: Tidak Ada Lagi Tempat yang Aman di Gaza dari Serangan Militer Israel

Tentara Israel dalam jumlah besar dilengkapi dengan empat buldoser menyebur kota Jenin, Palestina, pada Senin malam, 4 Desember waktu setempat.

Hot News

TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Tentara Israel dalam jumlah besar dilengkapi dengan empat buldoser menyebur kota Jenin, Palestina, pada Senin malam, 4 Desember waktu setempat.

Sementara itu, dalam seruannya, UNRWA menyebut sudah tidak ada lagi tempat di Gaza yang aman dari serangan militer Israel.

Serbuan dengan 50 kendaraan militer Israel tersebut, menurut laporan koresponden WAFA, kantor berita Palestina, berlangsung di tengah penembakan peluru tajam dan berujung pada terjadinya konfrontasi.

Sumber WAFA menyatakan bahwa drone terbang di atas kota. Sementara itu, penembak jitu sudah mengambil tempat di beberapa atap beberapa rumah dan gedung-gedung tinggi kemudian mengubahnya menjadi pos-pos militer. Aliran listrik di beberapa kawasan di kota Jenin pun terputus.

Militer Israel dilaporkan mengerahkan pasukan mereka di sekitar Rumah Sakit Pemerintah Jenin dan daerah lain di kota dan pinggiran kamp.

Buldoser terus menghancurkan infrastruktur di sekitar Masjid Tawalbeh, lingkungan al-Zahra’, dan jalan menuju kamp di tengah meningkatnya konfrontasi kekerasan di beberapa wilayah di kota tersebut.

Serangan pasukan Israel dan konforntasi juga terjadi di kota Bani Naim, sebelah timur Hebron. Akibatnya, tiga warga Palestina, termasuk seorang remaja, terluka akibat peluru tajam yang ditembakkan dalam konfrontasi di salah satu kawasan Tepi Barat itu.

BACA JUGA: Soal Pemotongan Dana KLJ 2023, Ini Klarifikasi Terbaru Dinsos DKI Jakarta Selasa 5 Desember 2023

PELURU TAJAM

Sumber mengatakan kepada koresponden WAFA bahwa konfrontasi meletus di dekat pintu masuk kota di daerah Wadi al-Joz, di mana pasukan Israel menembakkan peluru tajam ke arah penduduk.

Serangan itu melukai seorang remaja berusia 14 tahun di bagian dada dan tangan. Dua pemuda lainnya terluka ringan akibat tembakan tajam.

Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan dimulainya kembali operasi militer Israel dan ekspansi lebih lanjut di Gaza selatan mengulangi kengerian yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir.

UNRWA adalah singkatan dari United Nations Relief & Works Agency for Palestine Refugees in the Near East.

“Jumlah warga sipil yang terbunuh meningkat pesat. Warga sipil, termasuk laki-laki, perempuan, anak-anak, orang lanjut usia, orang sakit, dan penyandang disabilitas adalah yang paling menderita,” katanya seperti dilansir WAFA.

Lazzarini menyebut pemboman pasukan Israel berlangsung menyusul perintah evakuasi lainnya untuk memindahkan orang-orang dari Khan Younis ke Rafah. Perintah tersebut menimbulkan kepanikan, ketakutan dan kecemasan.

“Setidaknya 60.000 orang lagi terpaksa pindah ke tempat penampungan UNRWA yang sudah penuh sesak, dan lebih banyak lagi yang meminta untuk dilindungi,” kata dia dalam siaran pers.

Bahkan, menurut Lazzarini, banyak dari mereka yang telah mengungsi lebih dari satu kali untuk melarikan diri dari perang di wilayah lain di Gaza.

“Perintah evakuasi mendorong orang untuk berkonsentrasi di wilayah yang kurang dari sepertiga wilayah Jalur Gaza. Mereka membutuhkan segalanya: makanan, air, tempat tinggal, dan sebagian besar keamanan. Jalan-jalan ke arah selatan tersumbat,” tulis siaran pers.

BACA JUGA: Tata Cara Shalat Tahajud: Bacaan Doa dan Niat Lengkap dalam Bahasa Latin

Lazzarini menyebut bahwa akses terhadap air terbatas karena operasi Israel telah menghalangi akses ke pabrik desalinasi terbesar di Gaza yang sebelumnya menyediakan air minum untuk 350.000 orang.

“Rumah sakit terbesar di Gaza selatan dengan lebih dari 1.000 pasien rawat inap dan menampung 17.000 pengungsi mungkin akan berhenti beroperasi karena kurangnya pasokan dan personel yang tidak mencukupi,” tulis siaran pers itu.

TIDAK ADA TEMPAT AMAN DI GAZA

Dia menekankan bahwa klaim bahwa PBB memiliki ribuan tenda dan rencana untuk membuka kamp pengungsi baru di Rafah adalah salah.

“Kami sudah mengatakannya berulang kali. Kami mengatakannya lagi. Tidak ada tempat yang aman di Gaza, baik di selatan, atau barat daya, baik di Rafah atau yang disebut ‘zona aman’ secara sepihak.”

Dalam pandangan Lazzarini, perkembangan terakhir ini semakin menghambat operasi kemanusiaan, dengan terbatasnya pasokan yang masuk serta pengaturan logistik dan koordinasi yang rumit yang memperlambat dan terkadang menghambat aliran bantuan.

Pemerintah Israel, menurt dia, terus membatasi aliran pasokan kemanusiaan, termasuk bahan bakar, sehingga memaksa PBB untuk hanya menggunakan titik penyeberangan yang tidak lengkap dengan Mesir.

BACA JUGA: Doa Agar Tidak Banjir Ketika Turun Hujan: Bacaan Latin dan Artinya

UNRWA meminta Israel membuka kembali Kerem Shalom dan penyeberangan lainnya serta memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan nyawa tanpa syarat, tanpa gangguan, dan bermakna.

Kegagalan untuk melakukan hal itu, kata Lazzarini, melanggar hukum kemanusiaan internasional.

“Berakhirnya jeda kemanusiaan telah membawa penderitaan, kehilangan, dan kesedihan lebih lanjut bagi warga sipil di mana pun mereka berada. Kami menyerukan gencatan senjata kemanusiaan,” katanya.

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Piala Dunia FIFA 2026: Ini Syarat Indonesia Lolos

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Peluang Indonesia menjadi  satu dari dua negara di Grup C yang lolos  dari babak ketiga Kualifikasi...