TENTANGKITA.CO, JAKARTA – Badan kesehatan PBB, WHO, pada hari Jumat (17/11) atau Sabtu (18/11) WIB mengeluarkan peringatan baru tentang situasi yang menyedihkan bagi orang-orang di Gaza, dengan jumlah fasilitas medis yang beroperasi “jelas tidak cukup untuk mendukung kebutuhan yang tak berkesudahan” yang disebabkan oleh permusuhan selama lebih dari lima minggu.
“Apa yang kita ketahui adalah sistem kesehatan bertekuk lutut,” kata Dr. Richard Peeperkorn, Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia –dalam keterangan resmi di new.un.org– di Wilayah Palestina yang diduduki, setelah serangan teror militan Hamas ke Israel pada tanggal 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang dan pengeboman besar-besaran di daerah kantung tersebut oleh militer Israel sebagai tanggapannya.
Berbicara dari Yerusalem kepada para jurnalis di Jenewa melalui Zoom, ia menjelaskan 47 dari 72 pusat layanan kesehatan primer tidak lagi berfungsi dan yang lainnya hanya berfungsi sebagian. Hampir 75 persen rumah sakit (35 hingga 36) tidak lagi beroperasi.
“Jadi jelas tidak ada dukungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang tak ada habisnya ini,” katanya.
Baca Juga
- PBB Kibarkan Bendera Setengah Tiang, Kenang Petugas yang Terbunuh di Gaza
- Resolusi PBB: Hamas Diminta Bebaskan Semua Sandera
.@WHO is concerned about the continued escalation of attacks on health care in the West Bank.
Today, at least 6⃣ paramedics made to exit Ibn Sina Hospital in📍Jenin, after which they were searched and detained. 3⃣ ambulances were also searched.
There have been over 170 attacks… pic.twitter.com/RkunSDfAAV
— WHO in occupied Palestinian territory (@WHOoPt) November 17, 2023
Mayat Di Jalanan dan Bau Busuk
Seorang dokter dipaksa meninggalkan rumah sakit Al Shifa di Gaza dan berbicara tentang mayat-mayat di jalanan dan bau busuk di udara setelah pengepungan selama seminggu yang berujung pada penutupan fasilitas kesehatan tersebut.
Para penghuni terakhir rumah sakit terbesar di Jalur Gaza itu diberi waktu satu jam oleh militer Israel untuk meninggalkan gedung tersebut pada Sabtu (18/11) sore, atau menghadapi ancaman yang tidak disebutkan.
“Situasi di sana sangat menyedihkan,” kata Dr Ibraheem Shakoura kepada The National.
Dia mengatakan dia bertahan selama mungkin untuk membantu pasien yang masih ada namun dipaksa untuk pergi.
“Tentara Israel menculik mayat-mayat para syuhada, mereka mengancam akan mengebom lantai tempat kami berada, jadi kami memutuskan untuk meninggalkan Al Shifa.
Baca Juga
- Sersan Satu Renita Raih Penghargaan Petugas Polisi Wanita PBB Terbaik 2023
- Netanyahu Tolak Gencatan Senjata, Abaikan Resolusi Majelis Umum PBB
“Ketika kami meninggalkan gedung rumah sakit, [tentara Israel] mengatakan kami akan diberikan jalan yang aman, tetapi sebenarnya itu tidak aman dan tidak layak bagi orang-orang yang terluka untuk melalui ini.
“Saya melihat bagaimana anak-anak kecil menderita… para wanita menangis.
“Dalam perjalanan kami hari ini, kami melihat banyak mayat di jalanan. Ada orang-orang [yang telah] ditembak di mana-mana.”