TENTANGKITA.CO – Warga Palestina yang tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza naik menjadi 2.808 orang pada Selasa (17/10) pagi, ujar Kementerian Kesehatan.
Dilaporkan Anadolu Agency, kekejaman Israel juga membuat setidaknya 10.859 warga Palestina mengalami luka-luka di Jalur Gaza, sebuah daerah di tepi pantai itu.
Korban anak-anak sebanyak 750 orang, termasuk di antara mereka yang tewas tersebut.
Konflik Israel Hamas sudah memasuki hari ke sepuluh dan belum ada tanda-tanda berhenti.
Pengeboman dan blokade yang dilakukan Israel terus berlangsung, menyebabkan lebih dari 1 juta orang atau hampir setengah populasi Gaza – mengungsi, ujar Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Palestina Pengungsi (UNRWA).
Gaza mengalami krisis kemanusiaan yang mengerikan karena tidak listrik, air, makanan, bahan bakar dan pasokan medis. Warga sipil menyelamatkan diri ke wilayah selatan setelah Israel memperingatkan akan menyerbu wilayah utara.
Konflik terbaru Hamas Israel ini mulai pada 7 Oktober saat organisasi perlawanan ini menggelar Operasi Banjir Al-Aqsa, sebuah serangan tiba-tiba yang melibatkan berbagai armada tempur, termasuk serangan roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut dan udara.
Operasi ini adalah balasan dari perlakuan Israel yang tidak menghargai Masjidil Al Aqsa, salah satu tempat suci umat Islam dan meningkatnya kekerasan pemukim terhadap warga Palestina.
Militer Israel kemudian membalas serangan ini dengan melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza. Lebih dari 1.400 warga Israel telah terbunuh.
Netanyahu Berambisi Kalahkan Hamas
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan menghancurkan Hamas dan menghentikan kekuasaannya di Jalur Gaza.
Netanyahu menegaskan akan segera menggelar operasi darat dengan tujuan “kemenangan atas Hamas, menggulingkannya dari kekuasaan.”
“Kami akan menang, karena keberadaan kami di sini dipertaruhkan,” kata Netanyahu, menurut Times of Israel online, dikutip dari Anadolu Agency.
Netanyahu juga memperingatkan Iran dan Hizbullah agar tidak terlibat dalam pertempuran antara Israel dan kelompok Palestina di Gaza.
Dia juga mengatakan bahwa Israel mulai belajar dari apa yang dia gambarkan sebagai “kegagalan” yang menyebabkan kelompok bersenjata Hamas berhasil menyusup ke Israel selatan pada 7 Oktober.