TENTANGKITA, JAKARTA – Dunia itu Tempatnya Capek menjadi bahasan dari ceramah Ustadz Adi Hidayat di kanal YouTube Adi Hidayat Official yang diunggap pada 7 Oktober 2021.
Kajian tentang Dunia itu Tempatnya Capek yang disampaikan Ustadz Adi Hidayat berdasarkan penjelasan dari ayat-ayat awal dari surat Ad Dhuha.
Berikut ini penjelasan dari Ustadz Adi Hidayat….
“Di pelajaran pertama dari surat Ad Dhuha di awal ayatnya, berusahalah selalu untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.”
Orang yang dekat dengan Allah, maka akan dijamin oleh Allah langsung hidupnya baik dalam keadaan suka ataupun sedang merasakan duka, tidak akan berpengaruh banyak terhadap dirinya. Karena yang paling tinggi dan yang paling menyenangkan adalah kedekatannya dengan Allah Subhanahu wa ta’ala.
Jelas sampai di sini, baik. Jadi kalau sedang kaya, tahajud (tetap) jalan. Karena yang sedang dirindukannya tahajudnya. Lihat (sahabat) Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, Tamim Ad-dari. Kekayaan banyak, harta melimpah. Kapak terbuat dari emas. Malam masih tahajud. Masih sempet baca Al Quran.”
Utsman bin Affan tuh sampai jadi Presiden, masih punya waktu untuk khataman Quran. Kan Utsman radhiyallahu ta’ala anhu kan waktu terbunuh kan sedang membaca Quran. Masih puasa, (karena) saat itu sedang puasa.
Anda bayangkan nikmatnya dekat dengan Allah, walaupun jabatan tinggi, yang terasa nikmat tuh sedang beribadah kepada Allah. Saat tahajudnya, itu yang dinanti.
Nabi itu kedudukannya paling tinggi, tapi kapan saat merasakan kenyamanan? Saat tahajud. Sampai tak terasa rakaat pertamanya 5 juz 4 halaman. Paling sedikit 100 ayat.
Saya mau tanya kepada Anda, pernah nggak merasakan kenikmatan seperti itu? Apakah nikmat saat dapat doorprize, apa saat baca Ad Dhuha?
Ayo coba rasakan, sampai hadir situasi itu, sampai enak. Tahajud itu diburu gitu, bukan karena IPK-nya dapat 4. Bukan karena dapat proyek besar, tapi yang dirasakan “ya Allah, terima kasih Engkau titipkan” dan dia kejar siapa yang memberikannya. Kejar malamnya, kejar baca Al Quran-nya. Kejar puasanya.
Itulah yang sesungguhnya hakekat dalam kehidupan kita. 1 poin pertama.
Kalau ada orang sudah bisa mendekat kepada Allah, maka Allah jamin, dalam syukurnya, dalam situasi dia tenangnya, nyamannya, dia tidak akan menjauh dari Allah. Dan dalam situasi dapat musibah pun tidak akan banyak berpengaruh dalam kehidupannya.
(Poin) Dua. Allah bersumpah lagi.
Ini yang hebat. Saya kemarin bikin quote, lalu kita sebarkan. Ini sebetulnya di antara esensi surat Ad-Dhuha.
Kata Allah, “Muhammad, Saya bersumpah kepadamu, yakinkan pada jiwamu, nanti saat kamu ke akhirat, suasananya akan lebih enak dibandingkan dengan sekarang. Akhirat itu lebih baik dari apa yang kamu rasakan sekarang di dunia.”
Maksudnya begini, kalau kamu sedang capek, kamu sedang ada musibah, kamu sedang lelah… sabar, nanti kalau sudah pulang, semuanya akan hilang.
Memang dunia itu tempat capek. Karena memang tempat beramal. Shalat di dunia, kerja di dunia, puasa di dunia, baca Quran di dunia. Kenapa kita kerjakan? Supaya cari bekal untuk pulang ke akhirat.
Nanti kata Allah, kalau sudah pulang semuanya akan hilang. Jadi tenang saja teman-teman. Capek cuma sebentar. Ya, capek cuma sebentar.
Lelah? Gak papa. Namanya juga dunia. Dunia itu memang tempat capek. Kalau gak mau capek, ya pulang.
Dunia itu tempat capek, dan kita memilih untuk hidup. Makanya jalani itu, nikmati saja, kerjakan saja.
Setiap kerja ada pahala. Setiap shalat, pahala. Baca Quran, pahala, niat cari kerja karena Allah, pahala. Merawat anak, pahala. Memberikan ASI, pahala. Gak papa, memang capek. Memang dunia sifatnya capek. Setiap tahapan tuh capek lagi, capek lagi… biasa.
Supaya dapat bekal. Bukankah orang kerja dapat gaji? Dan enak kan kalau gajian? Dan kalau sudah dapat gaji, lupa kan 29 hari ke belakang?
Anda itu bekerja. Kerja, kerja, kerja. Berangkat gelap, pulang gelap.Tapi kalau sudah dapat gaji, semua itu kan hilang. Semuanya kayaknya hilang saja, besoknya kerja lagi.
Kata Allah, “Saya janjikan yang lebih dahsyat. Kamu sabar saat di dunia, karena dunia memang tempatnya capek. Kamu cari bekal saja, nanti saat pulang ke Akhirat, Saya berikan yang lebih indah. Dan gak akan pernah ada capek lagi.”
TENTANG HUKUM MENGUCAPKAN NATAL DI ARAB SAUDI
Cucu Buya Hamka: Jangan Catut Nama Kakek Soal Fatwa Haram Mengucapkan Selamat Natal
PROFIL USTADZ ADI HIDAYAT (UAH)
Ustadz Adi Hidayat (UAH), seperti disebut di laman seperti disebut di laman www.quantumakhyar.com, memulai pendidikan formal di TK Pertiwi Pandeglang tahun 1989 dan lulus dengan predikat siswa terbaik. Kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN Karaton 3 Pandeglang hingga kelas III dan beralih ke SDN III Pandeglang di jenjang kelas IV hingga VI.
Di dua sekolah dasar ini dia juga mendapat predikat siswa terbaik, hingga dimasukan dalam kelas unggulan yang menghimpun seluruh siswa terbaik tingkat dasar di Kabupaten Pandeglang. Dalam program ini, dia juga menjadi siswa teladan dengan peringkat pertama.
Dalam proses pendidikan dasar ini, Adi Hidayat kecil juga disekolahkan kedua orang tuanya ke Madarasah Salafiyyah Sanusiyyah Pandeglang. Pagi sekolah umum, siang hingga sore sekolah agama.
Di madrasah ini, dia juga menjadi siswa berprestasi dan didaulat sebagai penceramah cilik dalam setiap sesi wisuda santri.
Tahun 1997, dia melanjutkan pendidikan Tsanawiyyah hingga Aliyah (setingkat SMP-SMA) di Ponpes Darul Arqam Muhammadiyyah Garut.
Ponpes yang memadukan pendidikan Agama dan umum secara proporsional dan telah mencetak banyak alumni yang berkiprah di tingkat nasional dan internasional. Di Ponpes inilah ia mendapatkan bekal dasar utama dalam berbagai disiplin pengetahuan, baik umum maupun agama.
Guru utama dia, Buya KH. Miskun as-Syatibi ialah orang yang paling berpengaruh dalam menghadirkan kecintaan dia terhadap al-Qur’an dan pendalaman pengetahuan.
Selama masa pendidikan ini dia telah meraih banyak penghargaan baik di tingkat Pondok, Kabupaten Garut, bahkan Provinsi Jawa Barat, khususnya dalam hal syarah al-Qur’an.
Di tingkat II Aliyah bahkan pernah menjadi utusan termuda dalam program Daurah Tadribiyyah dari Universitas Islam Madinah di Ponpes Taruna al-Qur’an Jogjakarta.
Dia juga sering kali dilibatkan oleh pamannya KH. Rafiuddin Akhyar, pendiri Dewan Dakwah Islam Indonesia di Banten untuk terlibat dalam misi dakwah di wilayah Banten.
Ustaz Adi Hidayat lulus dengan predikat santri teladan dalam 2 bidang sekaligus (agama dan umum) serta didaulat menyampaikan makalah ilmiah “konsep ESQ dalam al-Qur’an” di hadapan tokoh pendidikan M. Yunan Yusuf.
Tahun 2003, dia mendapat undangan PMDK dari Fakultas Dirasat Islamiyyah (FDI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bekerjasama dengan Universitas al-Azhar Kairo, hingga diterima dan mendapat gelar mahasiswa terbaik dalam program ospek.
Tahun 2005, dia mendapat undangan khusus untuk melanjutkan studi di Kuliyyah Dakwah Islamiyyah Libya yang kemudian diterima, walau mesti meninggalkan program FDI dengan raihan IPK 3,98.
Hukum Muslim Ucapkan Selamat Natal, Benarkah MUI Keluarkan Fatwa Haram
STUDI DI LIBYA
Di Libya, Adi Hidayat belajar intensif berbagai disiplin ilmu baik terkait dengan al-Qur’an, hadis, fikih, usul fikih, tarikh, Lughah, dan selainnya.
Kecintaannya pada al-Qur’an dan Hadits menjadikan dia mengambil program khusus Lughah Arabiyyah wa Adabuha demi memahami kedalaman makna dua sumber syariat ini.
Selain pendidikan formal, dia juga ber-talaqqi pada masyayikh bersanad baik di Libya maupun negara yang pernah dikunjunginya.
Dia belajar al-Qur’an pada Syaikh Dukkali Muhammad al-‘Alim (muqri internasional), Syaikh Ali al-Liibiy (Imam Libya untuk Eropa), Syaikh Ali Ahmar Nigeria (riwayat warsy), Syaikh Ali Tanzania (riwayat ad-Duri).
Adi Hidayat juga belajar ilmu tajwid pada Syaikh Usamah (Libya). Adapun di antara guru tafsir dia ialah Syaikh Tanthawi Jauhari (Grand Syaikh al-Azhar) dan Dr. Bajiqni (Libya) Ilmu Hadits dia pelajari dari Dr. Shiddiq Basyr Nashr (Libya).
Dalam hal Ilmu Fiqh dan ushul Fiqh di antaranya dia pelajari dari Syaikh ar-Rabithi (mufti Libya) dan Syaikh Wahbah az-Zuhaili (Ulama Syiria).
Dia mendalami ilmu lughah melalui syaikh Abdul Lathif as-Syuwairif (pakar bahasa dunia, anggota majma’ al-lughah), Dr. Muhammad Djibran (pakar bahasa dan sastra), Dr. Abdullâh Ustha (pakar nahwu dan sharaf), Dr. Budairi al-Azhari (pakar ilmu arudh), juga masyayikh lainnya.
Adapun ilmu tarikh, dia pelajari di antaranya dari Ustaz Ammar al-Liibiy (Sejarawan Libya). Selain para masyayikh tersebut, dia juga aktif mengikuti seminar dan dialog bersama para pakar dalam forum ulama dunia yang berlangsung di Libya.
Di akhir 2009 dia diangkat menjadi amînul khutabâ, Ketua Dewan Khatib Jami’ Dakwah Islamiyyah Tripoli yang berhak menentukan para khatib dan pengisi di Masjid Dakwah Islamiyyah.
Dia juga aktif mengikuti dialog internasional bersama para pakar lintas agama, mengisi berbagai seminar, termasuk acara tsaqafah islâmiyyah di kanal At-Tawâshul TV Libya.
Awal tahun 2011 dia kembali ke Indonesia dan mengasuh Ponpes al-Qur’an al-Hikmah Lebak Bulus. Dua tahun kemudian dia berpindah ke Bekasi dan mendirikan Quantum Akhyar Institute, yayasan yang bergerak di bidang studi Islam dan pengembangan dakwah.
Ini Dalil Yasinan dan Tahlilan Menurut Buya Arrazy, Bukan Bid’ah
Demikian Nasihat Ustadz Adi Hidayat yang membahas ayat awal surat Ad Dhuha yang berbicara bahwa dunia itu memang tempatnya capek.