TENTANGKITA.CO – Seringkali kita mendengar ceramah yang berisikan pernyataan tentang Nabi Isa a.s. akan turun ke Bumi pada akhir zaman. Biasanya, kedatangan kembali Nabi Isa ke Bumi berkaitan dengan dajjal dan Imam Mahdi.
Namun, ternyata, paling tidak ada dua pendapat terkait dengan benarkah Nabi Isa akan turun lagi ke Bumi pada akhir zaman. Begitu juga dengan pandangan yang mengisahkan kedatangan Dajjal dan Imam Mahdi.
Berikut ini, tentangkita.co kutipkan pendapat Muhammadiyah tentang benarkah Nabi Isa a.s akan turun ke Bumi serta menyangkut juga tentang Dajjal dan Imam Mahdi dari laman fatwatarjih.id.
Dalaman penjelasannya, fatwatarjih.or.id menyebut dirinya sebagai situs resmi Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MTT).
Di laman tersebut, Luqman Amirudin Syarif yang menyebut dirinya sebagai kader muda Muhammadiyah bertanya tentang dua hal yakni:
– Bagaimana pandangan keyakinan (i’tiqad) Muhammadiyah mengenai tanda-tanda hari kiamat seperti: Turunnya kembali Nabi Isa a.s, kemunculan Dajjal dan Ya’juj Ma’juj?
– Bagaimana i’tiqad Muhammadiyah mengenai Imam Mahdi yang akan muncul bersamaan dengan turunnya Nabi Isa a.s.?
Pertanyaan tersebut, menurut fatwatarjih.id, kemudian disidangkan pada Jumat, 23 Muharram 1429 H atau 1 Februari 2008 dan 9 Rabiul Awal 1430 H atau 6 Maret 2009.
BACA JUGA: Kesaksian Ustadz Adi Hidayat: Mencium Aroma Wangi di Makam Mbah Moen
Berikut ini jawaban dari Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah:
Sehubungan dengan pertanyaan No. 1, yaitu tentang tanda-tanda hari kiamat, kalau tanda-tanda itu diterangkan oleh dalil-dalil al-Quran dan hadis-hadis yang mutawatir, maka Muhammadiyah meyakininya. Karena, sesuai dengan manhaj yang dipegang Muhammadiyah, menyangkut soal i’tiqad (keyakinan), dalilnya harus mutawatir.
BUKAN HADITS MUTAWATIR
Turunnya Nabi Isa a.s. pada akhir zaman tidak diterangkan oleh al-Quran dan juga oleh hadis-hadis yang mutawatir tetapi oleh hadis shahih saja. Di dalam al-Quran surat Ali Imran (3) ayat 55 Allah swt berfirman yang artinya:
“(Ingatlah), ketika Allah berfirman: “Hai Isa, Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku …” QS. Ali Imran (3): 55.
Sehubungan dengan ayat ini, sebahagian mufassir atau para ulama berpendapat dengan mena’wilkan ayat tersebut dengan apa yang diistilahkan mereka dengan “taqdim ta’khir” (mendahulukan dan mengemudiankan), diberikan arti sebagai berikut:
Artinya: “Sesungguhnya Aku (Allah) mengangkatmu kepada-Ku, mensucikanmu dari (tipu daya) orang-orang kafir dan (Aku) mewafatkan kamu sesudah kamu turun dan langit,” artinya bahwasannya Allah mengangkatnya ke langit dalam keadaan hidup jasad dan ruhnya dan kelak dia akan turun pada akhir zaman, lalu dia menghukum dengan syariat Islam kemudian Allah mematikannya.
Pendapat ini untuk menampung sejumlah hadis shahih yang mengatakan bahwa Nabi Isa a.s. akan turun ke Bumi pada akhir zaman, sekalipun hadis-hadis itu tidak sampai kepada derajat mutawatir.
BACA JUGA: NGAJI BUYA ARRAZY: Benarkah Imam Mahdi (Turun) dari Indonesia?
Adapun sebahagian mufassir atau ulama yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud dengan perkataan “التوفى” (diwafatkan) adalah الأَمَاتَةُ اْلعَادِيَةُ yang artinya kematian biasa (fisik), sedangkan “الرفع” adalah رَفْعُ الرُّوحِ وَاْلمَكَانَةِ لاَ اْلمَكَانَ كَمَا قَالَ تَعَالَى فَي شَأْنِ إِدْرِيسَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ: وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًا , yang artinya pengangkatan ruh (Isa) dan kedudukannya, bukan tempat (dalam arti fisik) sebagaimana firman Allah swt mengenai keadaan Nabi Idris a.s.: “Dan telah kami angkat dia (Idris) dalam kedudukan yang tinggi (mulia)
Dalam masalah Nabi Isa a.s, Muhammadiyah condong kepada pendapat yang kedua dan memandang tidak perlu adanya “taqdim dan ta’khir”, karena tidak ada kerumitan dalam memahami ayat 55 surat Ali lmran di atas, dengan meminjam ucapan pengarang Tafsir al-Manar:
Artinya: “Bahwa perbedaan tertib (urutan) dalam sebutan itu untuk memberi pengertian tertib dalam wujudnya tidak tampil dalam perkataan yang baligh kecuali karena ada kerumitan, dan di sini tidak ada kerumitan untuk mendahulukan kematian atas pengangkatan, justru pengangkatan itu yang lebih penting karena di dalamnya mengandung berita gembira dengan kemenangan dan tinggi kedudukan itu.”
Mengenai kemunculan Dabbah dan Ya’juj Ma’juj, hal itu diyakini sepenuhnya oleh Muhammadiyah karena diterangkan oleh al-Qur’an, masing¬-masing dalam surat an-Naml ayat 82 dan dalam surat al-Anbiya ayat 96-97, sekalipun secara mujmal dan mubham tanpa ada rinciannya.
Sementara itu, Dajjal tidak disebutkan dalam al-Qur’an tetapi disebutkan dalam hadis-hadis shahih dan hampir mendekati derajat mutawatir, atau paling tidak bersifat masyhur.
BACA JUGA: NGAJI BUYA ARRAZY: Ciri Pengikut Dajjal, Tak Percaya Habib!
KEDATANGAN IMAM MAHDI
Mengenai pertanyaan No. 2, sebelum kami menegaskan keyakinan Muhammadiyah terhadap Imam Mahdi yang akan muncul pada akhir zaman, perlu anda ketahui bahwa paham tentang adanya Imam Mahdi berkembang dalam kalangan Syiah Imamiyah.
Menurut Syiah Imamiyah pada akhir zaman akan datang seorang khalifah yang adil dari keturunan Ali bin Abi Thalib r.a. dengan nama-nama Mahdi, yang akan berkuasa di seluruh dunia Islam.
Paham tentang Imam Mahdi pada mulanya termasuk rekayasa dan strategi Syiah Imamiyah untuk mengimbangi kerajaan Bani Umayyah yang memerintah dengan penuh penindasan kepada pengikut Ali bin Abi Thalib pada waktu itu.
Sementara menunggu munculnya Imam Mahdi, maka dunia ini dipimpin oleh tokoh-tokoh spiritual Syiah yang kasat mata (rijalul qhaib) yang susunannya terdiri dari seorang Quthub atau Qhaus yang diberi nama Insan Kamil, empat orang Autad sebagai menteri, tujuh orang Abdal, dua belas orang Nukaba’ dan tiga ratus orang Nujaba.
Dengan mudah dapat dibantah bahwa kerajaan batin itu yang dikendalikan oleh orang-orang kasat mata tersebut (rijalul qhaib) pada hakikatnya tidak ada, itu hanya imajinasi orang Syiah, tidak bisa diterima oleh akal dan naql (Syara).
BACA JUGA: NASIHAT USTADZ ADI HIDAYAT: Ini Doa Nabi Isa yang Amat Menyentuh (UAH)
Begitu pula dengan Imam Mahdi yang dalam masyarakat Jawa disebut Ratu Adil. Muhammadiyah tidak meyakini adanya Imam Mahdi, karena tidak berdasar kepada dalil-dalil yang mutawatir.
Menurut Ibnu Khaldun, bahwa cerita tentang Imam Mahdi sangat simpang siur sumbernya dari golongan Syiah, tidak jelas ujung pangkalnya. Soal Imam Mahdi oleh musuh-musuh Islam dipakai sebagai senjata untuk merusak Islam, seperti adanya klaim dari Mirza Ghulam, di samping sebagai Nabi juga sebagai Mahdi.
Memang terdapat beberapa riwayat yang dinilai bertolakbelakang dan ternilai dhaif dengan kebanyakan riwayat yang membicarakan seputar masalah ini. Riwayat-riwayat yang lemah dan bertolakbelakang dengan riwayat-riwayat yang kuat itu di antaranya:
Artinya: “Diriwayatkan dari Tsauban, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Apabila kalian melihat panji-panji hitam datang dari Khurasan maka datangilah meskipun dengan merangkak di atas es, karena di dalamnya ada khalifah Allah, (yaitu) al-Mahdi.” HR. Ahmad
Dalam sanad riwayat ini terdapat Ali bin Zaid yang dinilai oleh para ulama kritikus hadis sebagai dha’if. Bahkan dia banyak memiliki riwayat munkar yang hanya diriwayatkan olehnya. Jadi keseluruhan periwayatannya tidak bisa dijadikan argumen.
Hadis ini juga digunakan oleh Bani Abbas (Dinasti Abbasiyah) sebagai justifikasi bahwa al-Mahdi akan muncul dari kelompok mereka, di mana keyakinan mereka ini bertentangan dengan banyak riwayat yang lebih kuat bahwa al-Mahdi yang sebenarnya akan muncul dari keturunan Nabi (ahlu bait) yang mempunyai nama yang sama dengan Nabi dan nama bapak Nabi, Muhammad bin Abdullah.
BACA JUGA: Muhammadiyah: Perayaan Maulid Nabi Bukan Bid’ah, Tapi Mubah! Maksudnya?
Namun demikian, jika ditelisik lebih saksama ternyata banyak ulama seperti al-Hafizh Abu Hasan al-Abiri dan Imam asy-Syaukani juga Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnu al-Qayim al-Jauziyah berpendapat bahwa hadits-hadis yang membicarakan tema ini memang mayoritas derajatnya ahad.
Tetapi jika ditinjau secara menyeluruh akan ditemukan kandungan satu hadis mendukung hadis lain. Baik kandungan khusus (seperti hadis yang menceritakan ciri-ciri fisik al-Mahdi) maupun kandungan umum. Terkadang ada hadis yang membicarakan asal usulnya (al-Mahdi) dari keturunan Nabi saw, lalu ada hadis lain yang menerangkan kondisi kehidupan saat al-Mahdi memimpin.
Jika kita urutkan, maka kita akan dapati semacam keselarasan yang sama-sama menerangkan bahwa al-Mahdi akan keluar di akhir zaman (kandungan umum).
Dengan demikian dari segi kandungan khusus, maka hadis semisal yang menerangkan ciri fisik al-Mahdi berstatus ahad, namun dari segi kandungan umum, maka hadis ini adalah mutawatir ma’nawi. Dan derajat mutawatir ma’nawi ini telah menjadi ijmak ulama untuk menerimanya.
BACA JUGA: Menilik Sejarah Peringatan Maulid Nabi, Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Di antara beberapa riwayat mutawatir ma’nawi itu ialah;
Artinya: “Diriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Al-Mahdi berasal dari keluargaku dari anak Fatimah.” HR. Abu Dawud
Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah, dari Nabi saw, beliau bersabda: Seandainya dunia hanya tinggal sehari, Allah pasti akan memanjangkan hari itu sampai Allah mengutus seorang laki-laki dariku, atau dari keluargaku, yang namanya sama dengan namaku dan nama ayahnya sama dengan nama ayahku.” HR. Abu Dawud
Imam asy-Syaukani berpendapat; “Hadis-hadis mengenai kedatangan al-Mahdi al-Muntazhar yang bisa diteliti sebanyak lima puluh. Di antaranya ada yang shahih, hasan, dan dha’if. Riwayat-riwayat ini mutawatir tanpa ada keraguan dan kerancuan di dalamnya.” (Shadiq Hasan Khan dalam al-Idza’ah: 113-114 menukil dari al-Taudhih fi Tawatur Ma Ja’a fi al-Mahdi al-Muntazhar wa al-Dajjal wa al-Masih oleh Imam asy-Syaukani).
Berdasarkan keterangan di atas, kami berpendapat bahwa keyakinan terhadap al-Mahdi merupakan bagian dari keyakinan terhadap hal-hal ghaib adalah benar menurut hadis-hadis mutawatir ma’nawi.
Akan tetapi, terkait dengan fenomena munculnya klaim-klaim dari pihak-pihak tertentu yang mengaku-aku sebagai al-Mahdi, maka kami menyarankan agar umat Islam berhati-hati dan tidak mudah percaya pada klaim-klaim seperti tersebut di atas yang tidak jelas kebenarannya.
Umat Islam hendaknya bersikap kritis dan terus mengkaji persoalan-persoalan seperti ini melalui sumber-sumber yang jelas, yakni al-Quran dan as-Sunnah.
Wallahu a’lam bishshawab
Sumber: Majalah Suara Muhammadiyah No. 7, 2009
Demikian penjelasan dari Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah terkait pendapat mengenai apakah Nabi Isa a.s. akan turun ke Bumi serta juga menyangkut Dajjal dan Imam Mahdi.